ISTIMEWA |
Ini pula yang dirasakan oleh Dika Lokaarta (22) salah satu mahasiswi asal Kebumen yang kuliah di Kampus Kent Street Sydney di Negara Australia. Pengalaman puasa dengan waktu pendek tentunya tidak bisa dirasakan oleh masyarakat Indonesia yang berada di jalur Khatulistiwa. Pasalnya di Indonesia perbedaan waktu siang dan malam tidaklah terpaut perbedaan yang signifikan pada setiap tahunnya. Rata-rata di Indonesia waktu puasa berkisar 13 jam.
Sekedar mengingatkan, Dika Lokaarta merupakan mahasiswi asal RT 1 RW 5 Desa Klapasawit Kecamatan Buluspesantren. Sejak 28 Februari 2014 silam, Lokaa yang merupakan lulusan SMA Negeri 2 Kebumen itu, berangkat kuliah ke Kampus Bridge Business College Pty Ltd mengambil jurusan Diploma Accounting, lalu pindah ke Kampus Kent Street Sydney di Negara Australia.
Di Australia, anak dari pasangan Drs Kusmantoro dan Dra Budi Nurhayati itu, mampu hidup dengan mandiri dengan kuliah sambil kerja. Bahkan gadis dengan dengan zodiak Virgo kelahiran 29 Agustus 1994 itu, mampu membeli mobil sendiri, dengan hasil bekerja di Australia. “Lapangan kerja di Australia memang diprioritaskan bagi para pelajar atau mahasiswa. Anak saya bekerja di pabrik makanan siap saji dan toko aksesoris. Setiap bulan dapat bekerja hingga 80 jam, sedang per jamnya, digaji 15-20 Dollar Australia,” tutur. Dra Budi Nurhayati yang kini menjabat sebagai Kepala Seksi Pendidikan Masyarakat Dinas Pendidikan Kebumen.
Saat dihubungi via Whatsapp, Selasa (13/6/2017), Lokaa menyampaikan puasa di Australi dilaksanakan mulai dari pukul 05.25 hingga 16.53 UTC (waktu Australia). Di beberapa daerah di Australia juga terdapat banyak umat muslim. “Kalau saya tinggal di kota Haymarket yang termasuk Pusat Kota Australia, di sini Umat Muslim tidak begitu dominan,” paparnya.
Meski tak banyak Umat Muslim, bahkan sebagian besar temannya merupakan Non Muslim, namun Dika Lokaa mengaku tetap menjalankan ibadah puasa dengan rutin. Hal itu dilakukan semata-mata untuk menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslimah. “Dika pergi keluar negeri untuk belajar, jangan sampai niat yang baik itu justru menjauhkan dirinya dari sang pencipta,” ucap Dra Budi Nurhayati. (mam)