Jakarta - Kontestasi Pilkada Jawa Timur, sebagai salah satu daerah yang diprediksi menghadirkan kontestasi seru nan panas bisa berakhir antiklimaks. Pasalnya, potensi terjadinya calon tunggal di provinsi dengan 37 kabupaten/kota itu sangat terbuka.
Merujuk hasil survei Poltracking Jakarta, elektabilitas Wakil Gubernur Incumben Saifullah Yusuf atau akrab disapa Gus Ipul unggul dibanding lawan-lawannya. Dari berbagai simulasi, mantan Menteri kabinet Gus Dur itu selalu unggul. Baik dari pertanyaan terbuka, simulasi tujuh kandidat, lima kandidat, hingga empat kandidat.
Satu-satunya lawan yang memiliki selisih elektabilitas tidak lebih dari 10 persen adalah Walikota Surabaya Tri Rismaharini. “Untuk simulasi empat kandidat, bahkan selisihnya hanya lima persen,” kata Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia, Hanta Yuda saat merilis di Hotel Morrisey Jakarta, kemarin (11/6).
Meski memiliki elektabilitas cukup tinggi, hal itu tidak membuat PDIP sebagai induk partai yang menaungi Risma menjadi pede. Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan, hingga saat ini, opsi untuk mendukung Gus Ipul maju di Pilkada Jatim masih menjadi opsi pertama.
Hasto mengatakan, pihaknya bersikap realistis dalam memandang Pilkada Jawa Timur. Bukan hanya kalkulasi partai politik, di Jatim, pihaknya harus menggunakan perspektif yang berbeda. Di mana arah dukungan politik ulama menjadi variabel yang penting. “Itu pertimbangan yang penting, selain juga (pertimbangkan arah dukungan) PKB,” ujarnya.
Seperti diketahui, saat ini, Gus Ipul telah didukung oleh mayoritas ulama di Jatim. Baik dari kawasan mataraman, pantura, hingga daerah tapal kuda. Tak hanya itu, PKB sebagai partai dengan jumlah kursi terbanyak juga sudah bulat mendukung orang nomor dua di Jatim tersebut.
Hasto menambahkan, potensi tersebut kemudian diperkuat jika melihat tradisi panjang PDIP bersama Nahdhatul Ulama, maupun PKB sebagai motor politiknya. Mulai dari perjuangan melawan orde baru, hingga kini sama-sama menjadi partai pendukung pemerintah. “Kami lebih nyaman dengan PKB,” imbuhnya.
Untuk itu, jika koalisi tersebut benar-benar terealisasi, pihaknya berencana mengajukan wakil. Menurutnya, ada sejumlah nama yang potensial. Salah satunya Bupati Banyuwangi Azwar Anas.
Lantas, kenapa tidak memajukan Risma sebagai Gubernur? Hasto mengatakan, Risma memiliki komitmen yang kuat untuk bertahan dan memajukan Kota Surabaya. Namun, bukan berarti potensi memajukkan Risma sebagai orang nomor satu di Jatim tertutup. Jika ada desakan publik yang kuat, maka itu bukan hal yang mustahil.
“Kalau Rakyat menghendaki, Bu Risma juga saya kira tidak bisa menghalangi,” ujarnya diplomatis. Dengan sisa waktu yang masih panjang, Hasto menilai segala kemungkinan masih bisa terjadi. Rencananya, kepastian dukungan akan ditetapkan selepas lebaran nanti.
Pernyataan senada juga disampaikan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Ferry Julianto. Menurutnya, Gerindra juga condong memberikan dukungannya ke Gus Ipul. Sama halnya dengan PDIP, Gerindra juga mencoba realistis dalam menghadapi Pilkada Jatim. “Gerindra kemungkinan akan ke Gus Ipul,” ujarnya.
Meski demikian, dia masih berharap PDIP mau mengajukan Risma di Pilkada Jatim. Tujuannya, agar ada kontestasi dan alternatif pilihan yang menarik bagi masyarakat. Pasalnya, kata Ferry, praktis hanya Risma yang bisa menjadi lawan sepadan bagi Gus Ipul. Namun jika PDIP kukuh mendukung Gus Ipul, dia mengaku tak mempersoalkan harus “rujuk” dengan PDIP.
Dia sendiri yakin, meski belakangan memiliki pandangan politik yang beda dengan NU dalam situasi nasional, namun bukan berarti itu menjadi hambatan. “Pakdhe Karwo (Gubernur Jatim) yang berlatar GMNI saja bisa beradaptasi dengan NU,” ujarnya
Sementara itu, Sekjen PKB Abdul Kadir Karding membuka tangan untuk melakukan koalisi dengan partai lain. “Kami bukan tipe yang biasa mencalonkan keduanya (Cagub/cawagub) dari PKB,” ujarnya.
Namun terkait siapa wakil yang akan disandingkan dengan Gus Ipul, itu akan bergantung pada dua hal. Pertama, keinginan dari Gus Ipul sendiri untuk memiliki pasangan seperti apa. Kedua, bergantung pada dinamika yang terjadi di internal koalisi.
Menanggapi peta politik yang ke satu nama, Hanta menilai potensi terjadinya calon tunggal di Jatim sangat mungkin terjadi. Khususnya, jika PDIP memilih untuk bergabung dengan PKB. Karena yang potensial menjadi lawan sepadan adalah Risma yang notabene kader PDIP.
Terkait potensi partai seperti Golkar dan Demokrat mengusung calon lain, Hanta mengaku cukup pesimistis. Sebab, partai akan berpikir dua kali untuk melawan Gus Ipul yang notabene didukung tiga partai dengan kursi terbanyak di Jatim.
“Partai akan berhitung juga, bagaimana potensinya,” ujarnya.
Dia sendiri menilai wajar, jika partai besar kaliber PDIP dan Gerinda memilih jalan yang aman di Pilkada. Dengan kondisi Pemilu yang hanya berjarak satu tahun, parpol manapun tidak menghendaki kekalahan di kantong-kantong suara. “Karena itu akan berat secara psikologi,” terangnya.
Untuk diketahui, dalam survei yang dilakukan Poltracking kemarin, Gus Ipul unggul di berbagai simulasi. Meski demikian, Risma bisa menjadi ancaman nyata. Dari delapan sifat kepemimpinan yang dinilai warga Jatim, Risma di enam aspek. Yakni peduli dan merakyat, jujur dan antikorupsi, berprestasi, tegas dan berani, Kreatif dan Inovatif, serta cerdas dan pintar.
Sementara Gus Ipul hanya unggul di dua aspek. Yakni religius dan alim serta mampu memimpin (far)
Grafis
Lima Kandidat Gubernur elektabilitas tertinggi (Dari total 18 nama yang muncul di media)
Saifullah Yusuf : 31,27 persen
Tri Rismaharini : 24,05 persen
Khofifah IP :17,97 persen
Azwar Anas : 8,33 persen
Abdul Halim : 2,41 persen
SIfat kepemimpinan
Peduli dan merakyat : Risma, Gus Ipul, Khofifah, Anas
Jujur dan anti korupsi : Risma, Gus Ipul, Khofifah, Anas
Berprestasi : Risma, Gus Ipul, Khofifah, Anas
Berani dan Tegas : Risma, Gus Ipul, Khofifah, Anas
Mampu memimpin : Gus Ipul, Risma, Khofifah, Anas
Kreatif dan Inovatif : Risma, Gus Ipul, Khofifah, Anas
Religius dan alim : Gus Ipul, Khofifah, Risma, Anas
Cerdas dan Pintar : Risma, Gus Ipul, Khofifah, Anas
Merujuk hasil survei Poltracking Jakarta, elektabilitas Wakil Gubernur Incumben Saifullah Yusuf atau akrab disapa Gus Ipul unggul dibanding lawan-lawannya. Dari berbagai simulasi, mantan Menteri kabinet Gus Dur itu selalu unggul. Baik dari pertanyaan terbuka, simulasi tujuh kandidat, lima kandidat, hingga empat kandidat.
Satu-satunya lawan yang memiliki selisih elektabilitas tidak lebih dari 10 persen adalah Walikota Surabaya Tri Rismaharini. “Untuk simulasi empat kandidat, bahkan selisihnya hanya lima persen,” kata Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia, Hanta Yuda saat merilis di Hotel Morrisey Jakarta, kemarin (11/6).
Meski memiliki elektabilitas cukup tinggi, hal itu tidak membuat PDIP sebagai induk partai yang menaungi Risma menjadi pede. Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan, hingga saat ini, opsi untuk mendukung Gus Ipul maju di Pilkada Jatim masih menjadi opsi pertama.
Hasto mengatakan, pihaknya bersikap realistis dalam memandang Pilkada Jawa Timur. Bukan hanya kalkulasi partai politik, di Jatim, pihaknya harus menggunakan perspektif yang berbeda. Di mana arah dukungan politik ulama menjadi variabel yang penting. “Itu pertimbangan yang penting, selain juga (pertimbangkan arah dukungan) PKB,” ujarnya.
Seperti diketahui, saat ini, Gus Ipul telah didukung oleh mayoritas ulama di Jatim. Baik dari kawasan mataraman, pantura, hingga daerah tapal kuda. Tak hanya itu, PKB sebagai partai dengan jumlah kursi terbanyak juga sudah bulat mendukung orang nomor dua di Jatim tersebut.
Hasto menambahkan, potensi tersebut kemudian diperkuat jika melihat tradisi panjang PDIP bersama Nahdhatul Ulama, maupun PKB sebagai motor politiknya. Mulai dari perjuangan melawan orde baru, hingga kini sama-sama menjadi partai pendukung pemerintah. “Kami lebih nyaman dengan PKB,” imbuhnya.
Untuk itu, jika koalisi tersebut benar-benar terealisasi, pihaknya berencana mengajukan wakil. Menurutnya, ada sejumlah nama yang potensial. Salah satunya Bupati Banyuwangi Azwar Anas.
Lantas, kenapa tidak memajukan Risma sebagai Gubernur? Hasto mengatakan, Risma memiliki komitmen yang kuat untuk bertahan dan memajukan Kota Surabaya. Namun, bukan berarti potensi memajukkan Risma sebagai orang nomor satu di Jatim tertutup. Jika ada desakan publik yang kuat, maka itu bukan hal yang mustahil.
“Kalau Rakyat menghendaki, Bu Risma juga saya kira tidak bisa menghalangi,” ujarnya diplomatis. Dengan sisa waktu yang masih panjang, Hasto menilai segala kemungkinan masih bisa terjadi. Rencananya, kepastian dukungan akan ditetapkan selepas lebaran nanti.
Pernyataan senada juga disampaikan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Ferry Julianto. Menurutnya, Gerindra juga condong memberikan dukungannya ke Gus Ipul. Sama halnya dengan PDIP, Gerindra juga mencoba realistis dalam menghadapi Pilkada Jatim. “Gerindra kemungkinan akan ke Gus Ipul,” ujarnya.
Meski demikian, dia masih berharap PDIP mau mengajukan Risma di Pilkada Jatim. Tujuannya, agar ada kontestasi dan alternatif pilihan yang menarik bagi masyarakat. Pasalnya, kata Ferry, praktis hanya Risma yang bisa menjadi lawan sepadan bagi Gus Ipul. Namun jika PDIP kukuh mendukung Gus Ipul, dia mengaku tak mempersoalkan harus “rujuk” dengan PDIP.
Dia sendiri yakin, meski belakangan memiliki pandangan politik yang beda dengan NU dalam situasi nasional, namun bukan berarti itu menjadi hambatan. “Pakdhe Karwo (Gubernur Jatim) yang berlatar GMNI saja bisa beradaptasi dengan NU,” ujarnya
Sementara itu, Sekjen PKB Abdul Kadir Karding membuka tangan untuk melakukan koalisi dengan partai lain. “Kami bukan tipe yang biasa mencalonkan keduanya (Cagub/cawagub) dari PKB,” ujarnya.
Namun terkait siapa wakil yang akan disandingkan dengan Gus Ipul, itu akan bergantung pada dua hal. Pertama, keinginan dari Gus Ipul sendiri untuk memiliki pasangan seperti apa. Kedua, bergantung pada dinamika yang terjadi di internal koalisi.
Menanggapi peta politik yang ke satu nama, Hanta menilai potensi terjadinya calon tunggal di Jatim sangat mungkin terjadi. Khususnya, jika PDIP memilih untuk bergabung dengan PKB. Karena yang potensial menjadi lawan sepadan adalah Risma yang notabene kader PDIP.
Terkait potensi partai seperti Golkar dan Demokrat mengusung calon lain, Hanta mengaku cukup pesimistis. Sebab, partai akan berpikir dua kali untuk melawan Gus Ipul yang notabene didukung tiga partai dengan kursi terbanyak di Jatim.
“Partai akan berhitung juga, bagaimana potensinya,” ujarnya.
Dia sendiri menilai wajar, jika partai besar kaliber PDIP dan Gerinda memilih jalan yang aman di Pilkada. Dengan kondisi Pemilu yang hanya berjarak satu tahun, parpol manapun tidak menghendaki kekalahan di kantong-kantong suara. “Karena itu akan berat secara psikologi,” terangnya.
Untuk diketahui, dalam survei yang dilakukan Poltracking kemarin, Gus Ipul unggul di berbagai simulasi. Meski demikian, Risma bisa menjadi ancaman nyata. Dari delapan sifat kepemimpinan yang dinilai warga Jatim, Risma di enam aspek. Yakni peduli dan merakyat, jujur dan antikorupsi, berprestasi, tegas dan berani, Kreatif dan Inovatif, serta cerdas dan pintar.
Sementara Gus Ipul hanya unggul di dua aspek. Yakni religius dan alim serta mampu memimpin (far)
Grafis
Lima Kandidat Gubernur elektabilitas tertinggi (Dari total 18 nama yang muncul di media)
Saifullah Yusuf : 31,27 persen
Tri Rismaharini : 24,05 persen
Khofifah IP :17,97 persen
Azwar Anas : 8,33 persen
Abdul Halim : 2,41 persen
SIfat kepemimpinan
Peduli dan merakyat : Risma, Gus Ipul, Khofifah, Anas
Jujur dan anti korupsi : Risma, Gus Ipul, Khofifah, Anas
Berprestasi : Risma, Gus Ipul, Khofifah, Anas
Berani dan Tegas : Risma, Gus Ipul, Khofifah, Anas
Mampu memimpin : Gus Ipul, Risma, Khofifah, Anas
Kreatif dan Inovatif : Risma, Gus Ipul, Khofifah, Anas
Religius dan alim : Gus Ipul, Khofifah, Risma, Anas
Cerdas dan Pintar : Risma, Gus Ipul, Khofifah, Anas