JAKARTA -- Bahan kimia berbahaya kembali ditemukan dalam takjil yang dijajakkan di bulan puasa. Dari sidak yang dilakukan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), boraks masih jadi primadona para pedagang. Namun, jumlah temuan ini sudah jauh menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Dalam sidak yang dilakukan di Pasar Bendungan Hilir, kemarin (2/1), hanya segelintir makanan yang positif mengandung bahan pangan berbahaya. dari 52 item sampel yang diuji dengan rapid test kit, tercatat hanya 2 item yang mengandung zat bersifat karsinogenik. Temuan tersebut berupa zat Rhodamin B untuk pewarna kue apem dan boraks pada kerupuk.
"Ini yang harus diperhatikan. Makanan-makanan yang mengandung bahan karsinogenik yang bisa memicu kanker, "ujarnya disela sidak kemarin.
Sekalipun masih ada, lanjut dia, namun jumlah temuan pangan takjil mengandung bahan berbahaya terus menunjukkan penurunan. Secara nasional, penurunan ini sudah tampak dari tiga tahun terakhir. Di tahun 2014 misalnya, jumlah temuan pangan takjil dengan bahan berbahaya mencapai 15,5 persen. Jumlah itu menurun drastis di tahun 2016. Temuan hanya mencapai 7,7 persen.
"Di pekan kedua tahun ini, tampak sudah mengalami penurunan hingga 5,3 persen" ungkapnya.
penurunan tersebut juga diikuti di wilayah Jakarta. Di tahun 2015, temuan takjil yang mengandung bahan berbahaya mencapai 12,46 persen. Persentase ini menurun hampir 50 persen dari tahun sebelumnya, sebesar 21,16 persen. Temuan tersebut kembali turun menjadi 6,23 persen di tahun 2016.
Menurutnya, keberhasilan penurunan ini terjadi atas kerja sama BPOM dengan pemerintah daerah yang secara masif melakukan pembinaan dan edukasi kepada masyarakat. Baik itu pada pelaku usaha maupun konsumen. Sehingga, mereka jadi lebih paham terhadap penggunaan bahan berbahaya pada makanan.
"Setelah pembinaan dan ternyata masih ditemujan ada pedagang yang menggunakan bahan berbahaya, kami akan langsung menindak tegas pelanggaran tersebut, "tegas Penny.
Kegiatan sidak pangan takjil selama Ramadhan 2017 tidak hanya dilakukan di wilayah Jakarta, namun juga di seluruh wilayah Indonesia. Selama periode 2014 – 2016 lalu, hasil intensifikasi pengawasan pangan takjil menunjukkan masih adanya pangan takjil yang tidak memenuhi syarat karena mengandung bahan berbahaya. Seperti, formalin yang didapati pada bakso, bubur sumsum, es buah, dan agar-agar. Lalu, boraks yang ditemui pada bakso, cincau, cimol, lontong, tahu, sotong, kerupuk, dan mi. Sementara, kandungan rhodamin untuk pewarna ditemukan pada bubur mutiara, pacar cina, cendol, es delima, agar-agar, kue lapis, terasi, kerupuk, dan sirup merah.
Penny menghimbau, agar masyarakat terus teliti pada makanan yang akan dikonsumsi. Terlebih, untuk beberapa jenis pangan takjil yang seringkali ditemukan mengandung bahan berbahaya. (mia)
Dalam sidak yang dilakukan di Pasar Bendungan Hilir, kemarin (2/1), hanya segelintir makanan yang positif mengandung bahan pangan berbahaya. dari 52 item sampel yang diuji dengan rapid test kit, tercatat hanya 2 item yang mengandung zat bersifat karsinogenik. Temuan tersebut berupa zat Rhodamin B untuk pewarna kue apem dan boraks pada kerupuk.
"Ini yang harus diperhatikan. Makanan-makanan yang mengandung bahan karsinogenik yang bisa memicu kanker, "ujarnya disela sidak kemarin.
Sekalipun masih ada, lanjut dia, namun jumlah temuan pangan takjil mengandung bahan berbahaya terus menunjukkan penurunan. Secara nasional, penurunan ini sudah tampak dari tiga tahun terakhir. Di tahun 2014 misalnya, jumlah temuan pangan takjil dengan bahan berbahaya mencapai 15,5 persen. Jumlah itu menurun drastis di tahun 2016. Temuan hanya mencapai 7,7 persen.
"Di pekan kedua tahun ini, tampak sudah mengalami penurunan hingga 5,3 persen" ungkapnya.
penurunan tersebut juga diikuti di wilayah Jakarta. Di tahun 2015, temuan takjil yang mengandung bahan berbahaya mencapai 12,46 persen. Persentase ini menurun hampir 50 persen dari tahun sebelumnya, sebesar 21,16 persen. Temuan tersebut kembali turun menjadi 6,23 persen di tahun 2016.
Menurutnya, keberhasilan penurunan ini terjadi atas kerja sama BPOM dengan pemerintah daerah yang secara masif melakukan pembinaan dan edukasi kepada masyarakat. Baik itu pada pelaku usaha maupun konsumen. Sehingga, mereka jadi lebih paham terhadap penggunaan bahan berbahaya pada makanan.
"Setelah pembinaan dan ternyata masih ditemujan ada pedagang yang menggunakan bahan berbahaya, kami akan langsung menindak tegas pelanggaran tersebut, "tegas Penny.
Kegiatan sidak pangan takjil selama Ramadhan 2017 tidak hanya dilakukan di wilayah Jakarta, namun juga di seluruh wilayah Indonesia. Selama periode 2014 – 2016 lalu, hasil intensifikasi pengawasan pangan takjil menunjukkan masih adanya pangan takjil yang tidak memenuhi syarat karena mengandung bahan berbahaya. Seperti, formalin yang didapati pada bakso, bubur sumsum, es buah, dan agar-agar. Lalu, boraks yang ditemui pada bakso, cincau, cimol, lontong, tahu, sotong, kerupuk, dan mi. Sementara, kandungan rhodamin untuk pewarna ditemukan pada bubur mutiara, pacar cina, cendol, es delima, agar-agar, kue lapis, terasi, kerupuk, dan sirup merah.
Penny menghimbau, agar masyarakat terus teliti pada makanan yang akan dikonsumsi. Terlebih, untuk beberapa jenis pangan takjil yang seringkali ditemukan mengandung bahan berbahaya. (mia)