SUBEKAN/RADAR KUDUS |
Kerasnya hidup membuat Darmawan Wibisono menjadi pribadi yang tangguh. Meski harus putus kuliah karena kurang biaya, tak membuatnya putus asa. Sekarang dia menjadi pengusaha pentol goreng. Dari usahanya itu, dia berhasil merekrut belasan pekerja. Penghasilannya per bulan pun mencapai puluhan juta rupiah.
SUBEKAN, Blora
LELAKI satu ini tak pernah menyangka mempunyai kehidupan yang layak. Itu berkat ekonominya yang semakin stabil. Kondisi keuangannya terus membaik berkat usaha pentol goreng yang dijalani Darmawan Wibisono sejak beberapa tahun silam.
Dari usahanya itu, pria kelahiran Blora, 01 November 1976 silam ini, bisa mempunyai penghasilan puluhan juta rupiah tiap bulannya. Bahkan saat ini dia sudah memiliki belasan karyawan yang memasarkan usahanya tersebut.
Pentol goreng yang diberi nama Narsis 1001 ini juga sudah menyebar di berbagai daerah. Mulai Blora, Semarang, Bojonegoro, hingga Boyolali. Darmawan sendiri tinggal memonitor penyebaran pentol goreng miliknya itu.
Lelaki yang sempat kuliah di Jurusan Teknik Sipil Untag Semarang ini mengaku, setiap hari bisa memproduksi pentol antara 2.500 hingga 3.000 tusuk pentol goreng. Untuk satu tusuknya berisi lima pentol. ”Saya mulai membuat pentol goreng setelah menikah sekitar tahun 2012 silam,” kata Darmawan.
Dia menceritakan mulai berbisnis karena desakan ekonomi. Sebelumnya, dia sempat kuliah, yakni pada tahun 1998 silam. Namun pada semester VII harus berhenti, tepatnya tahun 2001.Alasannya, karena kekurangan biaya. Selanjutnya, Darmawan menganggur dua tahun di rumah.
Tidak betah dengan kondisinya itu, laki-laki yang tinggal di RT 6/RW 2 Desa Punggursugih, Kecamatan Ngawen, Blora, ini lantas merantau ke Jakarta selama satu tahun, yakni 2003 -2004 untuk jualan es krim di Ancol. ”Tahun 2004 saya kenal pembeli yang kebetulan seorang kontraktor yang lagi membutuhkan karyawan untuk pengawas lapangan. Selanjutnya saya tertarik dan menjadi supervisor di Bogor selama satu tahun,” jelasnya.
Namun ternyata di tempat baru juga tidak betah. Dia pindah lagi bekerja di PT Angkasa Jaya Jakarta. Lagi-lagi hanya bertahan enam bulan. Akhirnya pada 2008 dia pulang ke rumah dan mulai membuka usaha sablon kaus pameran dengan maksud nasibnya bisa berubah.
Namun nasib berkata lain. Dia kembali pindah haluan. Tahun 2010 mulai buka usaha pembuatan batako paving blok di rumah dan hanya berjalan 6 bulan. Karena kurang modal pindah lagi usaha bikin produksi sampo sepeda motor dan cuci piring, serta silicon untuk motor. Hal itu juga hanya berjalan 6 bulan.
Tahun 2012 dewi fortuna mulai tampak. Tepatnya setelah Darmawan menikahi Priyati. Dari situ dia mulai usaha membikin pentol goreng. ”Saat itu di desa belum ada makanan yang seperti saya buat,” ucapnya.
Pada November 2012, Wawan mendapatkan saran dari salah satu temannya yang telah berbisnis bakso terlebih dahulu. Dia diajari pembuatan bakso sampai cara meracik dan lain-lain. Setelah bisa membuat bakso, kemudian dia beri saran untuk membuat pentol bakar.
Melihat peluang yang ada itu, dia lantas berjualan pentol bakar dengan keliling menggunakan motornya. Baru pada 2015 lalu Wawan mulai menata manajemen usahanya. Kemudian dia merekrut orang lain untuk berjualan di tempatnya hingga memiliki 15 karyawan. ”Intinya adalah berjuang dengan tekad kuat. Tidak lupa berdoa kepada Allah SWT,” ujarnya.
Saat ini dia juga terus mengembangkan usahanya dengan mebuat pentol krispi. Dari hasil usaha itu, per bulan bisa mencapai puluhan juta rupiah bersih.
Untuk mendapat pelanggan, Wawan sangat mementingkan kualitas dan cita rasa. Untuk itu pentol hasil racikannya lebih banyak rasa daging dibanding tepungnya. ”Sampai saat ini saya masih buka lowongan sebanyak-banyaknya. Kudus dan Pati juga belum ada (cabangnya). Untuk pembagian keuntungan 35 persen penjual dan 65 persen saya,” jelasnya.
Selain dapat uang harian, pekerja yang bergabung dengannya juga mendapatkan fasilitas lebih. Mulai dari menyediakan liburan gratis bagi setiap pekerjanya dalam satu tahun sekali. Seperti ke Jogja, Malang, dan lain sebagianya.
”Setiap orang per hari bisa jual 250-500 tusuk. Kadang sampai 1.000 tusuk. Selain itu mereka ngambil dulu, bayar nanti setelah laku. Sisa berapa di kembalikan,” jelasnya.
Dia juga memastikan pentol buatanya itu aman. Sebab mengunakan arang untuk membakar, bukan api gas elpiji. Selain itu dia sudah mengantongi izin dari dinas kesehatan dan memiliki lebel SNI. ”Yang pasti pentol saya ini tidak memakai bahan pengawet,” ucapnya.
Wawan mempunyai puluhan armada untuk menjualkan usahanya tersebut. Namun saat ini yang beroperasi baru 15 armada. Lainnya masih menunggu warga yang ingin bergabung dan bekerja bersamamanya. Dia juga mengembangkan bentuk pentol yang lain. Seperti pentol krispi dan pentol bakso yang baru dibuat tahun 2017 ini.
Saat ini keinginannya hanya satu, yaitu mengurangi pengangguran dan mengajak untuk maju bersama dengan berwirausaha. ”Ingin menambah pekerja untuk mengurangi pengangguran,” tegasnya. (sub/lil)