setyo wuwuh/temanggung ekspres |
Hal tersebut diakui Ipung salah satu narasumber pada acara Apresiasi Kopi Temanggung Minggu (30/7). Menurutnya, jika dilihat dari hasil olahan biji kopi (oce) yang dihasilkan oleh petani, kualitasnya sudah semakin baik di banding dengan daerah penghasil kopi lainnya.
“Petani mulai tergugah untuk mengolah kopi yang berkualitas,” katanya Minggu kemarin.
Ia mengatakan, kualitas kopi sangat tergantung dari pengolahan, mulai dari perawatan tanaman kopi hingga perlakuan paska panen. Dengan perawatan dan perlakuan paska panen yang teliti bisa menghasilkan kualitas kopi yang sangat baik.
“Dari 37 sampel kopi sangrai yang ada, kualitasnya sudah cukup bagus,” terangnya.
Menurutnya, meningkatnya kualitas kopi Temanggung ini tidak luput dari regenerasi petani kopi. Di Temanggung anak-anak muda terjun langsung merawat tanaman kopi dan melakukan paska panen secara mandiri.
“Ini yang perlu dicontoh, didaerah lain petani kopi umurnya sudah lebih dari 50an tahun. Anak-anak mudanya belum mau terjun, sehingga hasilnya masih kurang maksimal. Aceh, Toraja juga sudah seperti ini labih dulu,” ujarnya.
Ia mengatakan, berdasarkan penilaian yang di lakukan oleh The Specialty Coffee Association of Indonesia (SCAI). Kopi arabika Temanggung memiliki nilai antara 7 sampai delapan. Nilai ini sudah menunjukan bahwa kualitas kopi Temanggung tidak kalah dengan daerah penghasil kopi lainnya.
“Harus dipertahankan dan terus ditingkatkan. Kegiatan seperti ini sangat baik sehingga mulai dari petani hingga pelaku kopi bisa semakin meningkatkan kualitas kopinya,” harapnya.
Sementara itu ketua panitia Apresisasi Kopi Temanggung Wendi mengatakan, mulai dari hulu ke hilir, atau dari petani hingga pelaku kopi harus saling mengedukasi terutama soal kopi, sehingga kualitas kopi bisa semakin baik.
“Ini salah satu bentuk apresisai terhadap petani kopi, saling edukasi tentang kopi,” katanya.(Set)