IMAM/EKSPRES |
Di beberapa daerah di wilayah Kebumen masih sering ditemui beberapa koloni lebah liar kerap bersarang di pohon, rumah, lobang pada tanah maupun tempat-tempat lainnya. Padahal lebah tersebut dapat dirumahkan dengan baik, untuk dibudidayakan.
Albait Nurfaozi (28) salah satu peternak lebah warga RT 1 RW 1 Desa Kebulusan Kecamatan Pejagoan mengatakan, di alam lebah liar yang dapat dirumahkan masih sangat melimpah. Sayangnya potensi ini masih jarang dilirik atau bahkan dianggap bukan sebagai potensi ekonomi. “Melihat peluang tersebut, saya mencoba menangkarkan lebah,” tuturnya, Kamis (6/7/2017).
Selama ini, lanjutnya, lebah yang ditangkar di pekarangan rumah merupakan lebah jenis Apis Cerana (lebah lokal) dan lebah Klanceng (trigona). Semua lebah masih diperoleh dengan cara berburu di alam dan kemudian dibawa pulang. “Ke depan kami ingin, berusaha memperbanyak dengan cara melakukan pecah koloni,” terang bapak satu anak ini.
Menurutnya, di Kebumen jenis lebah Apis Cerana masih sangat banyak, kendati demikian produktifitas madunya hanya seperempat dari lebah Apis Mellifera (Lebah Australia). Sayangnya harga lebah Apis Mellifera sangat mahal yakni sekitar Rp 1 juta per stup. Padahal untuk modal awal beternak lebah madu Apis Mellifera setidaknya membutuhkan 10 kotak lebah. “Jika sudah mempunyai modal ke depan kami sangat ingin beternak lebah Apis Mellifera,” paparnya.
Beternak lebah memang menguntungkan, apa yang dilakukan oleh Albait, merupakan bagian dari pengembangan ekonomi kreatif dengan memanfaatkan potensi sekitar yang ada. Lebah dapat menjadi penghasilan hutan non kayu. Dengan membuat usaha lebah, masyarakat dapat memperoleh hasil hutan tanpa merusak harus pohon. Pihaknya pun berharap adanya perhatian dari pemerintah terkait pengembangan usaha peternakan tersebut. “Mudah-mudahan mimpi saya untuk menjadi pengusaha peternakan lebah dapat tercapai dengan baik,” ucapnya. (mam)