ISTIMEWA/ sudarnoahmad |
Sehingga wisatawan akan lebih bebas menyusuri keasrian hutan konservasi yang terletak di muara Sungai Bodo Desa/Kecamatan Ayah itu.
Pengelola Hutan Mangrove Ayah, Dedi Agung Prabowo, mengatakan ada empat kano yang disediakan oleh BUMDesa setempat. Setiap kano disewakan dengan tarif Rp 100 ribu per jam. Namun, wisatawan juga bo leh menyewa kurang dari satu jam. “Kalau misalnya ada yang cuma setengah jam, bayarnya cuma Rp 50 ribu,” pria yang akrab disapa
Robert ini
Setiap satu kano, kata dia, bisa diisi oleh dua orang yang sudah dilengkapi dengan pelampung. Sehingga keselamatan wisatawan terjamin. Masuk ke obyek wisata
yang terletak di sekitar Pelabuhan Pendarata Ikan (PPI) Logending, pengunjung cukup membayar Rp 15 ribu untuk membayar perahu menuju lokasi. “Itu sudah antar jemput.
Tapi kalau ada yang mau susur hutan mangrove menggunakan perahu tarifnya Rp 25 ribu,” imbuhnya.
Sementara itu, ekosistem mangrove menjadi produk wisata yang menarik karena menyajikan fenomena alam yang beragam. Mulai dari keanekaragaman jenis man-grove, jenis-jenis fauna yang terdapat dalam ekosistem tersebut seperti burung, mollusca (siput atau keong), ikan, jenis-jenis crustacea (kepiting) dan hewan-he wan lainnya.
Di kawasan mangrove ini,para pengunjung bisa mendapatkan banyak ilmu pengetahuan tentang hutan mangrove dan fungsinya bagi lingkungan dan berbagai
pengetahuan lainnya terkait ekosistem mangrove. Wisata ke kawasan ini akan menambah pengetahuan dan pengalaman para pengunjung, karena ekosistem mangrove di
muara Sungai Bodo itu masih dalam tahap pertumbuhan.
Pembina Kelompok Peduli Lingkungan (KPL) Pansela,Sukamsi, menjelaskan hutan mangrove yang kini menjadi kawasan wisata edukasi tersebut diakui memiliki
banyak manfaat. Selain sebagai penjaga garis pantai, kini lokasi itu telah menjadi kawasan edukasi.
Bahkan, pengunjung tidak hanya dapat menikmati keindahan panorama alam disana. Mereka pun dapat turut serta menjaga dan melestarikan hutan mangrove. Salah satunya dengan cara menanam bibit pohon mangrove.
Dijelaskannya, keberadaan hutan mangrove bukan hanya menjadi objek wisata rekreasi namun juga dapat menjadi media edukasi bagi pelajar. Bukan hanya kesuburannya saja, tetapi karena keragaman jenis mangrove yang ada menjadikannya lebih menarik.
“Di tempat ini juga ditemukan ikan kakap putih yang dulu punah sejak 40 tahun lalu. Tapi sekarang muncul lagi, bahkan nelayan sudah banyak yang menang kakapnya,” ujar dia. (ori)