ORANG tua pada zaman modern kini sudah berbeda jika dibandingkan dengan orang tua pada waktu silam. Di zaman modern ini semakin banyak orang yang dituntut untuk memberikan sebagaian besar waktunya untuk pekerjaan yang mereka geluti. Tidak terkecuali dengan orang-orang yang sudah menyandang status sebagai “orangtua”.
Status “orangtua” mungkin terlihat sederhana, namun tidak dengan tanggungjawab yang dipikulnya atas peran tersebut. Terutama terkait tanggungjawab atas anak-anak mereka. Ketika seseorang yang beranjak dewasa dan mulai menyandang status tersebut, maka perannya pun akan semakin heterogen. Di mana mereka harus mampu mengatur dirinya atas heterogenitas peran yang mereka miliki. Salah satu peran yang mereka miliki adalah peran sebagai guide dan fasilitator dalam pendidikan anak.
Sebagai guide dan fasilitator dalam pendidikan anak, orangtua harus memahami betul perkembangan anak-anak mereka serta cara dalam mengembangkan dan mengoptimalkannya. Untuk dapat melakukan itu, orangtua harus menyediakan waktu . Sayangnya, pada zaman modern ini sebagian pekerjaan banyak menyita waktu mereka. Orangtua menjadi sangat sulit untuk memberikan kuantitas waktu untuk anak-anaknya.
Namun hal itu bukanlah hal yang tidak dapat diatasi. Seperti halnya setiap penyakit yang mempunyai obatnya, setiap masalahpun ada solusinya asal kita mau berusaha mencarinya. Jika pada zaman sekarang orangtua sulit untuk memberikan kuantitas waktu untuk anak-anaknya, namun bukan berarti mereka tidak memiliki waktu untuk mendidik anak-anaknya.
Sebagian pekerjaan hanya menyita sebagian besar waktu, bukan semuanya. Artinya, masih ada waktu yang dapat digunakan orangtua untuk menjalankan perannya walau mungkin sangat terbatas. Dengan waktu yang terbatas itu, orangtua dapat memaksimalkannya dalam memberikan pendidikan untuk anak-anaknya. Sehingga waktu yang terbatas tersebut dapat menjadi quality time untuk anak.
Kegiatan dongeng pengantar tidur adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan orangtua untuk mengembalikan peran mereka terhadap pendidikan anak di tengah kesibukan yang mereka miliki. Kegiatan dongeng pengantar tidur mungkin sudah sangat jarang dilakukan orangtua terhadap anaknya karena hal itu dianggap “ribet” serta kondisi badan yang lelah usai bekerja. Walau dianggap” ribet”, namun ada banyak manfaat dari kegiatan dongeng pengantar tidur tersebut.
Seperti kata Seto Mulyadi atau yang sering disapa Kak seto, “Orang tua yang baik akan menyempatkan waktu untuk mendongeng untuk anak-anaknya. Pendidikan moral yang terkandung dalam dongeng begitu lengkap.” Untuk bisa mendapatkan nilai-nilai moral yang baik, orantua pun harus memperhatikan isi dari dongeng tersebut.
Bila perlu orangtua dapat membacanya terlebih dahulu dongeng yang akan dibacakan terhadap anak-anaknya,sehingga orangtua dapat memastikan bahwa dongeng tersebut layak untuk diberikan kepada anak. Dongeng dapat menjadi salah satu sarana orangtua dalam memberikan pendidikan moral untuk anak.
Dengan dongeng, anak-anak akan banyak belajar tentang pendidikan moral secara tersirat tanpa merasa digurui atau dituntut. Dengan sendirinya mereka akan berusaha untuk menangkap dan memahami nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Hal ini juga dapat mengasah kemampuannya secara kognitif dan afektif. “Saat menyimak dongeng, anak menggunakan otak kanannya sehingga mereka ikut berimajinasi” , kata pendekar dongeng, Kang Didin.
Hal tersebut terjadi karena ketika anak dibacakan atau diceritakan tentang sebuah dongeng atau cerita lainnya anak akan membayangkan bagiamana bentuk, situasi ataupun kondisi yang ada dalam dongeng. Dongeng juga menjadi salah satu sarana pendidikan moral yang menyenangkan dan tidak membosankan.
Sebuah survei yang dilakukan pada 500 anak usia 3-8 tahun di Inggris mengungkapkan, hampir 2/3 anak yang disurvei menginginkan orangtuanya meluangkan waktu untuk membacakan cerita sebelum mereka tidur, terutama oleh sang Ibu. Anak akan merasa nyaman dan senang dalam mendengarnya, walau sebenarnya dia sedang “diajar” tentang pendidikan moral. Dengan dongeng tersebut anak tidak akan merasa terpaksa untuk mendapatkan pendidikan moral dari orangtuanya.
Dongeng juga dpat menjadi sarana yang efektif dalam memberikan pendidikan moral untuk anak. Mengapa? Berdasarkan penyelidikan Dr. Jeffrey D. Thompson (Center for
Acoustic Research) , ketika menjelang tidur gelombang otak manusia berada pada frekuensi Alpha. Alpha adalah gelombang otak yang terjadi pada saat seseorang yang mengalami relaksasi atau mulai istirahat dengan tanda-tanda mata mulai menutup atau mulai mengantuk.
Anda menghasilkan Alpha setiap akan tidur, tepatnya masa peralihan antara sadar dan tidak sadar. Fenomena Alpha banyak dimanfaatkan oleh para pakar hypnosis untuk mulai memberikan sugesti kepada pasiennya. Frekwensi Alpha 8-12 Hz, merupakan frekwensi pengendali, penghubung pikiran sadar dan bawah sadar. Alpha adalah pikiran yang paling cocok untuk pemrograman bawah sadar. Bayi dan balita rata-rata tidur lebih dari 12 jam dalam sehari.
Itulah mengapa otak anak-anak selalu dalam fase gelombang alpha dan theta. Perlu diingat, gelombang alpha dan theta adalah gelombang pikiran bawah sadar. Oleh sebab itu, anak-anak cepat sekali dalam belajar dan mudah menerima perkataan dari orang lain apa adanya. Gelombang otak (Brainware) ini juga menyebabkan daya imajinasi anak-anak luar biasa.
Dari penyelidikan Dr. Jeffrey D. Thompson tersebut kita telah ketahui bersama bahwa ketika mulai mengantuk/ menjelang tidur gelombang otak kita berada pada frekuensi
Alpha di mana keadaan tersebut adalah pikiran yang paling cocok untuk pemrograman bawah sadar.
Orang tua dapat memanfaatkan kondisi tersebut untuk memberikan pendidikan moral atau pengetahuan lainnya kepada anak serta dapat “memrogram” anak untuk membentuk kepribadian yang baik. Memori yang tersimpan pada alam bawah sadar adalah jenis long term memory (memori jangka panjang). Sehingga apa yang diceritakan orangtua ketika menjelang tidur, entah itu dongeng, nasihat atau pengetahuan yang lain akan menjadi lebih “awet” berada dalam ingatan anak.
Selain manfaat-manfaat yang telah disebutkan di atas, dongeng juga menawarkan bonus manfaat. Kegiatan mendongeng sebelum tidur dapat menumbuhkan kedekatan antara anak dan orangtua. Selain kegiatan mendongeng, orangtua pun dapat memanfaatkan waktu menjelang tidur tersebut dengan memberikan waktu kepada anak untuk menceritakan segala aktivitas dan hal-hal yang terjadi padanya selama seharian penuh. Hal tersebut dapat membuat anak menjadi lebih terbuka kepada orangtua sehingga orangtua akan lebih mudah dalam mengontrolnya.
Keluarga terutama ibu merupakan madrasah atau sekolah yang pertama dan utama bagi anak. Dalam keluarga, anak akan mendapatkan pendidikan pertamanya terkait moral, sikap, serta pengetahuan lainnya. Sekolah formal dan sejenisnya merupakan sarana lanjutan dan penunjang dari pendidikan yang terlebih dahulu ada dalam sebuah
keluarga. Kegiatan dongeng pengantar tidur mungkin bisa menjadi salah satu alternatif bagi orangtua untuk memberikan pendidikan moral dengan cara yang menyenangkan serta efektif . Sehingga orangtua dapat menjadi guide dan fasilitator dalam pendidikan anak, baik dalam keluarga ataupun di luar keluarga seperti sekolah dan pendidikan formal lainnya. Oleh sebab itu, peran orangtua terhadap pendidikan anak menjadi penting untuk diperhatikan oleh setiap orangtua.
Penulis
Yessi Budi Utami
Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Status “orangtua” mungkin terlihat sederhana, namun tidak dengan tanggungjawab yang dipikulnya atas peran tersebut. Terutama terkait tanggungjawab atas anak-anak mereka. Ketika seseorang yang beranjak dewasa dan mulai menyandang status tersebut, maka perannya pun akan semakin heterogen. Di mana mereka harus mampu mengatur dirinya atas heterogenitas peran yang mereka miliki. Salah satu peran yang mereka miliki adalah peran sebagai guide dan fasilitator dalam pendidikan anak.
Sebagai guide dan fasilitator dalam pendidikan anak, orangtua harus memahami betul perkembangan anak-anak mereka serta cara dalam mengembangkan dan mengoptimalkannya. Untuk dapat melakukan itu, orangtua harus menyediakan waktu . Sayangnya, pada zaman modern ini sebagian pekerjaan banyak menyita waktu mereka. Orangtua menjadi sangat sulit untuk memberikan kuantitas waktu untuk anak-anaknya.
Namun hal itu bukanlah hal yang tidak dapat diatasi. Seperti halnya setiap penyakit yang mempunyai obatnya, setiap masalahpun ada solusinya asal kita mau berusaha mencarinya. Jika pada zaman sekarang orangtua sulit untuk memberikan kuantitas waktu untuk anak-anaknya, namun bukan berarti mereka tidak memiliki waktu untuk mendidik anak-anaknya.
Sebagian pekerjaan hanya menyita sebagian besar waktu, bukan semuanya. Artinya, masih ada waktu yang dapat digunakan orangtua untuk menjalankan perannya walau mungkin sangat terbatas. Dengan waktu yang terbatas itu, orangtua dapat memaksimalkannya dalam memberikan pendidikan untuk anak-anaknya. Sehingga waktu yang terbatas tersebut dapat menjadi quality time untuk anak.
Kegiatan dongeng pengantar tidur adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan orangtua untuk mengembalikan peran mereka terhadap pendidikan anak di tengah kesibukan yang mereka miliki. Kegiatan dongeng pengantar tidur mungkin sudah sangat jarang dilakukan orangtua terhadap anaknya karena hal itu dianggap “ribet” serta kondisi badan yang lelah usai bekerja. Walau dianggap” ribet”, namun ada banyak manfaat dari kegiatan dongeng pengantar tidur tersebut.
Seperti kata Seto Mulyadi atau yang sering disapa Kak seto, “Orang tua yang baik akan menyempatkan waktu untuk mendongeng untuk anak-anaknya. Pendidikan moral yang terkandung dalam dongeng begitu lengkap.” Untuk bisa mendapatkan nilai-nilai moral yang baik, orantua pun harus memperhatikan isi dari dongeng tersebut.
Bila perlu orangtua dapat membacanya terlebih dahulu dongeng yang akan dibacakan terhadap anak-anaknya,sehingga orangtua dapat memastikan bahwa dongeng tersebut layak untuk diberikan kepada anak. Dongeng dapat menjadi salah satu sarana orangtua dalam memberikan pendidikan moral untuk anak.
Dengan dongeng, anak-anak akan banyak belajar tentang pendidikan moral secara tersirat tanpa merasa digurui atau dituntut. Dengan sendirinya mereka akan berusaha untuk menangkap dan memahami nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Hal ini juga dapat mengasah kemampuannya secara kognitif dan afektif. “Saat menyimak dongeng, anak menggunakan otak kanannya sehingga mereka ikut berimajinasi” , kata pendekar dongeng, Kang Didin.
Hal tersebut terjadi karena ketika anak dibacakan atau diceritakan tentang sebuah dongeng atau cerita lainnya anak akan membayangkan bagiamana bentuk, situasi ataupun kondisi yang ada dalam dongeng. Dongeng juga menjadi salah satu sarana pendidikan moral yang menyenangkan dan tidak membosankan.
Sebuah survei yang dilakukan pada 500 anak usia 3-8 tahun di Inggris mengungkapkan, hampir 2/3 anak yang disurvei menginginkan orangtuanya meluangkan waktu untuk membacakan cerita sebelum mereka tidur, terutama oleh sang Ibu. Anak akan merasa nyaman dan senang dalam mendengarnya, walau sebenarnya dia sedang “diajar” tentang pendidikan moral. Dengan dongeng tersebut anak tidak akan merasa terpaksa untuk mendapatkan pendidikan moral dari orangtuanya.
Dongeng juga dpat menjadi sarana yang efektif dalam memberikan pendidikan moral untuk anak. Mengapa? Berdasarkan penyelidikan Dr. Jeffrey D. Thompson (Center for
Acoustic Research) , ketika menjelang tidur gelombang otak manusia berada pada frekuensi Alpha. Alpha adalah gelombang otak yang terjadi pada saat seseorang yang mengalami relaksasi atau mulai istirahat dengan tanda-tanda mata mulai menutup atau mulai mengantuk.
Anda menghasilkan Alpha setiap akan tidur, tepatnya masa peralihan antara sadar dan tidak sadar. Fenomena Alpha banyak dimanfaatkan oleh para pakar hypnosis untuk mulai memberikan sugesti kepada pasiennya. Frekwensi Alpha 8-12 Hz, merupakan frekwensi pengendali, penghubung pikiran sadar dan bawah sadar. Alpha adalah pikiran yang paling cocok untuk pemrograman bawah sadar. Bayi dan balita rata-rata tidur lebih dari 12 jam dalam sehari.
Itulah mengapa otak anak-anak selalu dalam fase gelombang alpha dan theta. Perlu diingat, gelombang alpha dan theta adalah gelombang pikiran bawah sadar. Oleh sebab itu, anak-anak cepat sekali dalam belajar dan mudah menerima perkataan dari orang lain apa adanya. Gelombang otak (Brainware) ini juga menyebabkan daya imajinasi anak-anak luar biasa.
Dari penyelidikan Dr. Jeffrey D. Thompson tersebut kita telah ketahui bersama bahwa ketika mulai mengantuk/ menjelang tidur gelombang otak kita berada pada frekuensi
Alpha di mana keadaan tersebut adalah pikiran yang paling cocok untuk pemrograman bawah sadar.
Orang tua dapat memanfaatkan kondisi tersebut untuk memberikan pendidikan moral atau pengetahuan lainnya kepada anak serta dapat “memrogram” anak untuk membentuk kepribadian yang baik. Memori yang tersimpan pada alam bawah sadar adalah jenis long term memory (memori jangka panjang). Sehingga apa yang diceritakan orangtua ketika menjelang tidur, entah itu dongeng, nasihat atau pengetahuan yang lain akan menjadi lebih “awet” berada dalam ingatan anak.
Selain manfaat-manfaat yang telah disebutkan di atas, dongeng juga menawarkan bonus manfaat. Kegiatan mendongeng sebelum tidur dapat menumbuhkan kedekatan antara anak dan orangtua. Selain kegiatan mendongeng, orangtua pun dapat memanfaatkan waktu menjelang tidur tersebut dengan memberikan waktu kepada anak untuk menceritakan segala aktivitas dan hal-hal yang terjadi padanya selama seharian penuh. Hal tersebut dapat membuat anak menjadi lebih terbuka kepada orangtua sehingga orangtua akan lebih mudah dalam mengontrolnya.
Keluarga terutama ibu merupakan madrasah atau sekolah yang pertama dan utama bagi anak. Dalam keluarga, anak akan mendapatkan pendidikan pertamanya terkait moral, sikap, serta pengetahuan lainnya. Sekolah formal dan sejenisnya merupakan sarana lanjutan dan penunjang dari pendidikan yang terlebih dahulu ada dalam sebuah
keluarga. Kegiatan dongeng pengantar tidur mungkin bisa menjadi salah satu alternatif bagi orangtua untuk memberikan pendidikan moral dengan cara yang menyenangkan serta efektif . Sehingga orangtua dapat menjadi guide dan fasilitator dalam pendidikan anak, baik dalam keluarga ataupun di luar keluarga seperti sekolah dan pendidikan formal lainnya. Oleh sebab itu, peran orangtua terhadap pendidikan anak menjadi penting untuk diperhatikan oleh setiap orangtua.
Penulis
Yessi Budi Utami
Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Purwokerto