JAKARTA - Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai perkembangan mobil listrik akan sangat cepat di masa mendatang. Dalam kurun satu dekade lagi, mobil listrik akan banyak berseliweran di jalan. “Dalam waktu sepuluh tahun mobil listrik ini sudah akan banyak,” ujar JK usai membuka pertemuan internasional geothermal di Jakarta Convention Center, kemarin (2/8).
Dia menuturkan perkembangan yang pesat itu perlu dukungan penyediaan sarana dan prasarana yang memadai. Salah satunya kebutuhan setrum untuk mobil listrik tersebut. Dia berharap pembangkit listrik tenaga panas bumi atau geothermal bisa mengambil peran signifikan.
”Coba bayangkan kalau satu juta mobil tiap malam dicarger berapa listrik itu diperlukan itu akan terjadi dalam kurun waktu sepuuh tahun,” ujar pejabat berlatar belakang pengusaha itu.
Dia menuturkan kebutuhan listrik itu harus diusahakan sejak sekarang. Apalagi energi fosil seperti batu bara dan minyak bumi untuk pembangkit listrik semakin hari semakin habis. Energy terbarukan seperti geothermal punya potensi tinggi tapi yang dimanfaatkan baru 10-11 persen saja. ”Tahun 2025 sisa delapan tahun, sekarang untuk mencapai 23 persen perlu dua kali lipat,” kata JK.
Ada target kapasitas terpasang panas bumi sebesar 7.200 MW pada 2025. Investasi yang akan tersedot dalam dalam industri itu mencapai USD 23 miliar.
Ketua Asosiasi Panas Bumi Indonesia Abadi Poernomo menuturkan pihaknya siap dalam penyediaan listrik yang melimpah dalam sepuluh tahun ke depan untuk mendukung mobil listrik. Dia menyebutkan kebutuhan industri mobil ramah lingkungan itu memang sangat tergantung pada listrik yang konstan. ”Sepuluh tahun bisa saja. Tidak hanya geothermal juga,” kata Abadi.
Tapi, dia juga berharap pemerintah memberikan kepastian regulasi dalam pengembangan industry geothermal. Dia mengakui tahun ini memang agak lesu salah satunya karena aturan yang mengharuskan hubungan business to business dengan PLN
”Ini memerlukan waktu lama karena sdm PLN terbatas. Kemudian WKP (wilayah erja panas bumi) yang dirundingkan banyak sekali sehingga membutuhkan waktu yang berlarut-larut,” ungkap dia.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana menuturkan, pengembangan sumber energi untuk teknologi mobil listrik yang berasal dari geothermal belum masuk dalam pembicaraan hingga saat ini. "Idealnya sih ada geothermal, jadi listrik, lalu listriknya untuk nge-charge mobil kan. Sampai saat ini belum kesana sih," ujarnya kemarin.
Rida menjelaskan, hal itu disebabkan belum adanya jumlah pasti terkait pasokan dan kebutuhan energi yang harus disiapkan untuk pengembangan teknologi mobil listrik. "Karena kan kita nggak tahu nih listrik yang kita pakai dari geothermal itu berapa, masih nyampur," jelasnya.
Sementara itu, Wakil Ketua DPR RI Agus Hermanto meminta pemerintah menargetkan pengoperasian potensi panas bumi untuk listrik pada tahun 2021. "Kita sudah niatkan untuk tahun 2021 itu sebesar 7.000 MW. Itu harus sudah mulai beroperasi. Untuk itu paling tidak kita bisa mencukupi kebutuhan lokal," ujarnya di The 5th Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition (IIGCE) di JCC, kemarin (2/8).
Pengelolaan panas bumi, lanjut Agus, juga membutuhkan komitmen dan perkembangan sektor lain seperti perencanaan, teknologi, dan investasi. "Namun kami semuanya di DPR sudah menyiapkan diri supaya energi ini betul-betul bisa kita kejar," tegasnya.
Namun, meski begitu, Agus tak menampik pengelolaan panas bumi di Indonesia yang masih menemui banyak hambatan. Menurutnya, potensi panas bumi sebagai bahan listrik dapat dimanfaatkan maksimal, jika diikuti dengan sistem pengelolaan yang baik.
Oleh karena itu, Agus mendukung upaya pemerintah menerbitkan Undang-undang Panas Bumi, sebagai pengganti sumber energi fosil yang saat ini masih terus digunakan sebagai sumber energi utama.
"Kendala tersebut sudah kita atasi dengan terbitnya UU Panas Bumi dan juga kita harus menguatkan panas bumi ini, karena apa? Energi fosil kan juga sebentar lagi juga mau habis. Kalau kita tergantung dari energi fosil, maka suistainable energi kita terganggu. Untuk itu maka mau tidak mau, itu kita harus menguatkan panas bumi ini," jelasnya.
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) siap mendukung arahan Presiden Jokowi untuk rekayasa mobil listrik nasional. Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi (TAB) BPPT Eniya L. Dewi menjelaskan lembaganya telah melakukan uji terap teknologi untuk menciptakan kendaraan berbasis energi listrik. "BPPT fokus supaya inovasi dapat masuk ke industri. Mulai dari motor listrik, baterai, dan manufaktur komponen lainnya," kata guru besar profesor riset metrial fuel cell itu.
Eniya mengatakan mobil listrik sangat tergantung pada daya tahan baterai. Sehingga riset BPPT ingin mencari baterai dengan daya tahan sekuat-kuatnya. Sehingga bisa menempuh perjalanan jauh. Menurutnya mobil listrik membutuhkan pengisian daya plug-in. Untuj keperluan isi daya, dibutuhkan sumber listrik mencapai 30-50 kilowatt (kW). "Baterainya juga harus yang cepat diisi," jelasnya.
Eniya mengatakan mobil listrik yang ada sekarang, seperti pabrikan Mitsubishi, Toyota, Nissan, BMW, dan Mercedes-Benz masih membutuhkan 14 jam untuk mengisi baterai. Kondisi itu terjadi jika tidak disiapkan sumber listrik dengan kerapatan arus yang tinggi. Nah sumber listrik dengan kerapatan arus tinggi ini harus banyak tersedia di tempat umum layaknya SPBU.
Dia berharap upaya BPPT dalam melakukan inovasi di beberapa lini mobil listrik itu mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. Dia menjelaskan mewujudkan mobil listrik nasional harus memperhatikan aspek pengembangan, inovasi, dan industrialisasi.
Eniya mengatakan terkait isu pemanasan global, memang membutuhkan transportasi ramah energi. Khususnya untuk transportasi masal. Menurut dia, kendaraan berbasis sumber energi listrik emisinya jauh lebih ramah lingkungan ketimbang kendaraan berbasis energi fosil. (jun/dee/wan)
Dia menuturkan perkembangan yang pesat itu perlu dukungan penyediaan sarana dan prasarana yang memadai. Salah satunya kebutuhan setrum untuk mobil listrik tersebut. Dia berharap pembangkit listrik tenaga panas bumi atau geothermal bisa mengambil peran signifikan.
”Coba bayangkan kalau satu juta mobil tiap malam dicarger berapa listrik itu diperlukan itu akan terjadi dalam kurun waktu sepuuh tahun,” ujar pejabat berlatar belakang pengusaha itu.
Dia menuturkan kebutuhan listrik itu harus diusahakan sejak sekarang. Apalagi energi fosil seperti batu bara dan minyak bumi untuk pembangkit listrik semakin hari semakin habis. Energy terbarukan seperti geothermal punya potensi tinggi tapi yang dimanfaatkan baru 10-11 persen saja. ”Tahun 2025 sisa delapan tahun, sekarang untuk mencapai 23 persen perlu dua kali lipat,” kata JK.
Ada target kapasitas terpasang panas bumi sebesar 7.200 MW pada 2025. Investasi yang akan tersedot dalam dalam industri itu mencapai USD 23 miliar.
Ketua Asosiasi Panas Bumi Indonesia Abadi Poernomo menuturkan pihaknya siap dalam penyediaan listrik yang melimpah dalam sepuluh tahun ke depan untuk mendukung mobil listrik. Dia menyebutkan kebutuhan industri mobil ramah lingkungan itu memang sangat tergantung pada listrik yang konstan. ”Sepuluh tahun bisa saja. Tidak hanya geothermal juga,” kata Abadi.
Tapi, dia juga berharap pemerintah memberikan kepastian regulasi dalam pengembangan industry geothermal. Dia mengakui tahun ini memang agak lesu salah satunya karena aturan yang mengharuskan hubungan business to business dengan PLN
”Ini memerlukan waktu lama karena sdm PLN terbatas. Kemudian WKP (wilayah erja panas bumi) yang dirundingkan banyak sekali sehingga membutuhkan waktu yang berlarut-larut,” ungkap dia.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana menuturkan, pengembangan sumber energi untuk teknologi mobil listrik yang berasal dari geothermal belum masuk dalam pembicaraan hingga saat ini. "Idealnya sih ada geothermal, jadi listrik, lalu listriknya untuk nge-charge mobil kan. Sampai saat ini belum kesana sih," ujarnya kemarin.
Rida menjelaskan, hal itu disebabkan belum adanya jumlah pasti terkait pasokan dan kebutuhan energi yang harus disiapkan untuk pengembangan teknologi mobil listrik. "Karena kan kita nggak tahu nih listrik yang kita pakai dari geothermal itu berapa, masih nyampur," jelasnya.
Sementara itu, Wakil Ketua DPR RI Agus Hermanto meminta pemerintah menargetkan pengoperasian potensi panas bumi untuk listrik pada tahun 2021. "Kita sudah niatkan untuk tahun 2021 itu sebesar 7.000 MW. Itu harus sudah mulai beroperasi. Untuk itu paling tidak kita bisa mencukupi kebutuhan lokal," ujarnya di The 5th Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition (IIGCE) di JCC, kemarin (2/8).
Pengelolaan panas bumi, lanjut Agus, juga membutuhkan komitmen dan perkembangan sektor lain seperti perencanaan, teknologi, dan investasi. "Namun kami semuanya di DPR sudah menyiapkan diri supaya energi ini betul-betul bisa kita kejar," tegasnya.
Namun, meski begitu, Agus tak menampik pengelolaan panas bumi di Indonesia yang masih menemui banyak hambatan. Menurutnya, potensi panas bumi sebagai bahan listrik dapat dimanfaatkan maksimal, jika diikuti dengan sistem pengelolaan yang baik.
Oleh karena itu, Agus mendukung upaya pemerintah menerbitkan Undang-undang Panas Bumi, sebagai pengganti sumber energi fosil yang saat ini masih terus digunakan sebagai sumber energi utama.
"Kendala tersebut sudah kita atasi dengan terbitnya UU Panas Bumi dan juga kita harus menguatkan panas bumi ini, karena apa? Energi fosil kan juga sebentar lagi juga mau habis. Kalau kita tergantung dari energi fosil, maka suistainable energi kita terganggu. Untuk itu maka mau tidak mau, itu kita harus menguatkan panas bumi ini," jelasnya.
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) siap mendukung arahan Presiden Jokowi untuk rekayasa mobil listrik nasional. Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi (TAB) BPPT Eniya L. Dewi menjelaskan lembaganya telah melakukan uji terap teknologi untuk menciptakan kendaraan berbasis energi listrik. "BPPT fokus supaya inovasi dapat masuk ke industri. Mulai dari motor listrik, baterai, dan manufaktur komponen lainnya," kata guru besar profesor riset metrial fuel cell itu.
Eniya mengatakan mobil listrik sangat tergantung pada daya tahan baterai. Sehingga riset BPPT ingin mencari baterai dengan daya tahan sekuat-kuatnya. Sehingga bisa menempuh perjalanan jauh. Menurutnya mobil listrik membutuhkan pengisian daya plug-in. Untuj keperluan isi daya, dibutuhkan sumber listrik mencapai 30-50 kilowatt (kW). "Baterainya juga harus yang cepat diisi," jelasnya.
Eniya mengatakan mobil listrik yang ada sekarang, seperti pabrikan Mitsubishi, Toyota, Nissan, BMW, dan Mercedes-Benz masih membutuhkan 14 jam untuk mengisi baterai. Kondisi itu terjadi jika tidak disiapkan sumber listrik dengan kerapatan arus yang tinggi. Nah sumber listrik dengan kerapatan arus tinggi ini harus banyak tersedia di tempat umum layaknya SPBU.
Dia berharap upaya BPPT dalam melakukan inovasi di beberapa lini mobil listrik itu mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. Dia menjelaskan mewujudkan mobil listrik nasional harus memperhatikan aspek pengembangan, inovasi, dan industrialisasi.
Eniya mengatakan terkait isu pemanasan global, memang membutuhkan transportasi ramah energi. Khususnya untuk transportasi masal. Menurut dia, kendaraan berbasis sumber energi listrik emisinya jauh lebih ramah lingkungan ketimbang kendaraan berbasis energi fosil. (jun/dee/wan)