PRENGKIWIRANANDA/RADARMADURA |
KPK juga menangkap Kasi Intel Kejari Pamekasan Soegeng Prakoso, Kasipidsus Eka Hermawan, dan staf kejari Indra Pramana. Kepala Inspektorat Pamekasan Sutjipto Utomo, staf inspektorat Solehoddin dan Margono. Kepala Desa Dasok Agus Mulyadi dan Kepala Desa Moh. Ridwan turut diciduk KPK.
Penangkapan orang-orang penting itu diduga terkait penyimpangan alokasi dana desa (ADD) di Pamekasan tahun anggaran 2015–2016. Selain mengamankan orang-orang yang diduga terlibat penyimpangan ADD, KPK juga menyita barang bukti (BB) berupa uang tunai sekitar Rp 250 juta.
Tim Satgas Penindakan KPK berada di Pamekasan sejak tiga hari lalu. Kemudian sekitar pukul 06.30 kemarin (2/8), Kajari Pamekasan Rudi Indra Prasetya ditangkap tim KPK di rumah dinasnya di Jalan Raya Panglegur.
Tim dari KPK melakukan pengembangan pemeriksaan. Di antaranya dengan menggeledah ruang kerja Kasi Intel, Kasipidsus, dan ruang kerja kepala Inspektorat Pamekasan. Total KPK mengamankan sebelas orang yang diduga terkait dengan penyimpangan ADD.
Orang-orang yang ditangkap itu dikumpulkan di Mapolres Pamekasan untuk diperiksa. Sekitar pukul 12.15, mereka yang diamankan KPK masuk ke bus polisi lalu dibawa ke Surabaya untuk selanjutnya diterbangkan ke Jakarta.
Bus yang mengangkut sebelas orang itu dikawal ketat polisi. Pengawalan tidak hanya menggunakan mobil. Sejumlah polisi dari pasukan pengurai massa (raimas) Sat Sabhara Polres Pamekasan ikut mengamankan bus menggunakan motor.
Tidak ada satu pun orang dari KPK yang bersedia memberikan keterangan di Pamekasan kemarin. Mereka keluar dari Mapolres Pamekasan secara diam-diam lewat pintu samping. Kemudian masuk ke minibus warna hitam dan putih. Mereka lantas meninggalkan Pamekasan.
Kapolres Pamekasan AKBP Nowo Hadi Nugroho tidak memberikan keterangan pasti terkait penangkapan sejumlah pejabat penting itu. Nowo hanya membenarkan ada penangkapan oleh KPK. Namun detailnya dia mengaku tidak tahu. ”Tidak tahu saya,” katanya singkat.
Wakil Bupati (Wabup) Pamekasan Khalil Asy’ari juga mengaku belum mengetahui secara pasti penangkapan terhadap Kajari, bupati, dan sejumlah pejabat lainnya. Khalil tidak mau banyak bicara terkait penangkapan tersebut.
Menurutnya, penangkapan itu tidak akan mengganggu roda pemerintahan di Pamekasan. ”Pemerintahan tidak akan terganggu,” tandasnya.
Informasi yang didapat Jawa Pos Radar Madura, Kepala Desa Dasok Agus Mulyadi dan Kepala Desa Mapper Moh. Ridwan diduga terlibat dalam penyimpangan ADD tersebut. Keduanya diduga menjadi koordinator penghimpunan uang setoran dari kepala desa lainnya untuk oknum pejabat Kejari Pamekasan.
Kepala desa menyetorkan uang agar dugaan penyimpangan ADD yang ditangani kejari diselesaikan secara kekeluargaan. Penghimpunan uang setoran kepada kejari itu dipercaya oleh para kepala desa. Sebab, Moh. Ridwan merupakan Ketua Persatuan Kepala Desa (Perkasa) Pamekasan. Sementara Agus Mulyadi adalah ketua Perkasa sebelum Moh. Ridwan. (pen/hud)
Syafii Ditunggu di Halaman Pendapa
PENANGKAPAN Bupati Achmad Syafii oleh KPK cukup mengejutkan. Saat digiring ke mobil untuk dibawa ke Jakarta, orang nomor satu di lingkungan Pemkab Pamekasan itu mengenakan baju dinas abu-abu dan celana cokelat. Dia memakai kacamata dan topi Korpri.
Wajah Syafii sedikit pucat. Namun
dia masih sempat melemparkan senyum kepada awak media yang sudah lama menunggu di halaman Mapolres Pamekasan. Dia lantas masuk ke mobil polisi.
Sebelum ditangkap KPK, suami Anni Syafii itu menghadiri acara penutupan TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) di Desa Bukek, Kecamatan Tlanakan, Pamekasan. Di acara tersebut dia berkesempatan menerima penyerahan tanda berakhirnya acara TMMD dari TNI.
Sekitar pukul 11.00, Syafii kembali ke Pendapa Ronggosukowati. Mobil yang dia tumpangi sudah masuk halaman pendapa. Namun saat itu juga ada mobil KPK yang mencegah dan kemudian membawa Syafii ke Mapolres Pamekasan.
Syafii diamankan di ruang penyidikan mapolres bersama pejabat lainnya yang ditangkap. Sekitar pukul 12.10 Syafii dibawa menuju Jakarta.
Jawa Pos Radar Madura mendatangi Pendapa Ronggosukowati. Situasi di pendapa hening. Di halaman pendapa banyak mobil parkir. Beberapa pejabat di pendapa terlihat berbincang-bincang dengan wajah serius namun suara pelan.
Plt Sekkab Pamekasan Mohammad Alwi saat itu ada di pendapa. Dia tidak berani bicara tentang penangkapan bupati. Alwi mengaku tidak tahu kasus apa yang menyebabkan Syafii berurusan dengan KPK.
”Kami menunggu status beliau (bupati, Red) bagaimana. Kami akan berkoordinasi dengan pemprov terkait pemerintahan di Pamekasan setelah bupati dibawa KPK,” ucapnya.
Sementara itu, halaman Mapolres Pamekasan yang semula sepi mendadak ramai. Kendaraan dinas sejumlah pejabat lalu-lalang di halaman markas Korps Bhayangkara itu. Mobil pribadi ikut menyesaki lahan parkir.
Bus milik Polres Pamekasan berwarna cokelat stand by tepat di depan ruang humas. Puluhan motor trail ditunggangi pasukan pengurai massa (raimas) Sat Sabhara Polres Pamekasan siap menjalankan tugas.
Awak media mengerumuni pintu utama mapolres. Para kuli tinta menunggu keluarnya sebelas orang yang diamankan KPK. Komisi antirasuah itu meminjam satu ruangan polres untuk melakukan pemeriksaan terhadap orang-orang yang diamankan.
Pintu utama polres terkunci. Terlihat dari luar kaca sejumlah perwira sibuk di ruangan itu. Personel dari satuan sabhara bersenjata lengkap menjaga pintu utama. Sebagian menggunakan topeng penutup wajah.
Beberapa saat kemudian, mobil Innova putih masuk ke halaman mapolres. Sejumlah perempuan turun dari mobil dinas yang biasa dipakai Kajari Pamekasan Rudi Indra Prasetya itu.
Perempuan berhijab yang keluar dari mobil putih itu menenteng tas berbahan kertas. Tas tersebut berisi pakaian ganti. Itu diketahui setelah polisi menanyakan maksud dan tujuan perempuan datang ke polres.
Tas yang dibawa perempuan tersebut dibawa ke ruang pemeriksaan. Tidak menunggu lama, perempuan yang raut wajahnya terlihat lesu dan mata memerah itu pergi meninggalkan mapolres. ”Keluarga Pak Kajari,” kata sopir yang mengantarkan dia.
Pukul 10.30, perempuan berpenampilan sederhana dan memakai baju biru kombinasi putih lengkap dengan kerudung oranye terlihat bingung. Kepada awak media dia menanyakan ruangan Pak Tomo.
Perempuan itu juga membawa tas berbahan kertas. Tas warna kuning tersebut berisi pakaian. Tidak satu pun polisi mengetahui ruangan Pak Tomo. Ternyata, perempuan itu hendak mengantarkan pakaian ganti milik Sutjipto Utomo, kepala Inspektorat Pamekasan yang diciduk KPK.
Kabag Ops Polres Pamekasan Kompol Sarpan menyambangi perempuan itu lalu membawa pakaian tersebut ke gedung utama Polres Pamekasan. Ibu yang enggan menyebutkan namanya itu mengaku pembantu di rumah Utomo.
Dia diminta keluarga Utomo mengantarkan baju ganti. ”Saya hanya mengantarkan baju bapak. Saya tidak tahu apa-apa,” katanya lalu berlari keluar dari mapolres dan menghindari wartawan.
Keluarga orang-orang yang ditangkap KPK terus berdatangan. Sejumlah kepala desa juga terlihat di halaman mapolres. Mereka menyaksikan langsung rekan dan keluarganya digelandang ke bus bernopol 508-64 itu.
Ketua Unit Pemberantasan Pungutan Liar (UPP) Pamekasan Kompol Harnoto mengaku tidak mengetahui kronologi penangkapan sejumlah pejabat. Dia mengaku tidak pernah ada koordinasi apa pun dari KPK. ”Tiba-tiba ada penangkapan,” katanya.
Pria yang juga menjabat Wakapolres Pamekasan itu mengaku prihatin atas penangkapan tersebut. Terlebih, salah satu yang ditangkap KPK adalah wakil ketua UPP atau yang biasa disebut tim saber pungli.
Meski demikian, dia memastikan UPP tidak akan terpengaruh atas penangkapan tersebut. Dia memastikan, tim yang dipimpinnya akan tetap berjalan normal.
Untuk diketahui, selain Bupati Achmad Syafii dan Kajari Pamekasan Rudi Indra Prasetya, KPK juga menangkap Kepala Inspektorat Sutjipto Utomo. Utomo merupakan wakil ketua UPP Pamekasan. (sin/pen/hud)