fotosaefur/ekspres |
Namun tak sedikit yang mempermasalahkan balapan tersebut. Terutama peserta Car Free Day (CFD) yang mengeluhkan penggunaan alun-alun sebagai tempat ajang adu balap. Sebab aktifitas peserta CFD menjadi terganggu.
Apalagi kegiatan rutin setiap minggu sekali itu sejak pagi tidak steril dari kendaraan bermotor. “Kita yang biasanya jogging disini juga jadi terbatas,” keluh Firda, salah satu pengunjung Car Free Day.
Disisi lain, masyarakat merasa kehilangan ruang publik untuk bersantai, karena jalan menuju alun-alun ditutup. Selain itu, suara sepeda motor yang memekakan
telinga juga sangat mengganggu masyarakat sekitar.
Terlebih di kawasan terdapat Masjid Agung dan kantor pemerintahan. “Sebaiknya pemerintahan (Pemkab Kebumen) mengevaluasi ini. Jangan lagi memberikan izin untuk balapan motor di Alun-alun, ini sangat mengganggu,” ujar Budi Mulyono (39), warga Pejagoan.
Menurutnya, tidak ada dampak positif bagi masyarakat sekitar. Malah, kata dia, banyak warga terganggu dengan penyelenggaraan road race yang diselenggarakan
oleh salah satu merk terkenal sepeda motor.
“Sudah jalannya, suarannya bising banget,” keluhnya.
Budi mengaku tidak alergi dengan penyelenggaraan road race, tetapi dia berharap tidak diselenggarakan di tengah kota. “Pemerintah harus memfasilitasi ini,
masih banyak tempat di pesisir selatan, misalnya. Biar ada pemerataan ekonomi juga. Jangan hanya ngumpul di kota saja,” kata dia.
Lain Budi, lain pula pendapat Sugeng (31), warga Desa/Kecamatan Petanahan. Dia bahkan sengaja jauh-jauh membawa keluarganya menuju alun-alun Kebumen
hanya demi menonton road race. Bagi pria pecinta otomotif ini, ajang balapan road race merupakan kesempatan yang langka.
“Tidak setiap bulan bahkan setahun ada event seperti ini. Bagi kami, ini hiburan rakyat apalagi hari ini nontonnya gratis,” kata dia.
Soal adanya pro dan kontra, Sugeng menganggap sebagai hal yang wajar. Menurut dia, tiap event hiburan, apalagi yang digelar di tempat terbuka memang rawan
menjadi bahan perdebatan.
“Ya tinggal kita menyikapinya gimana. Kalau soal road race, saya harap tetap ada. Mungkin bisa juga digelar di lokasi lain yang tidak mengganggu aktifitas orang banyak,”ucap dia.
Yongki (29), warga Kelurahan Kebumen juga mendukung adanya road race di Kebumen. Menurutnya, selain sebagai ajang promosi Kebumen, road race juga bisa sebagai ajang mencari bibit pembalap potensial.
“Jarang lho ada event balap tingkat nasional yang digelar di Kebumen. Saya kira ini harus didukung,” kata dia.
Disisi lain, lanjutnya, keberadaan road race juga diharapkan bisa menyalurkan hobi ataupun bakat balap sehingga mereka tidak melakukan balap liar.
Terlepas soal pro dan kontra, gelaran road race kemarin membuat para pedagang kali lima merasa senang. Pasalnya ribuan penonton yang datang menonton,
membuat dagangan mereka laris manis. Pedagang pun tersenyum membawa pulang keuntungan yang lumayan.
“Pedagang tentu saja senang, pasalnya dagangan mereka laris manis,” tutur Mame (34) salah satu pedagang yang ditemui di Alunalun Kebumen, Minggu (6/8/2017). (ori/mam)