KHOLID HAZMI/RADAR KUDUS |
Bangunan SDN 2 Sumberjo dari luar tampak seperti SD pada umumnya. Dinding temboknya terlihat kokoh. Namun, begitu masuk ke dalam salah satu ruangan, ada atap genteng yang bolong.
Atap tersebut bolong karena ambrol beberapa bulan lalu atau sebelum Puasa tahun ini. Atap yang ambrol berada di ruang UKS. Kondisi kayu usuk penyangga genteng di ruang tersebut tampak sudah rapuh.
Rapuhnya kayu usuk juga terjadi di ruang kelas V yang berada di sisi utara UKS dan berdempetan. Hanya, genteng dan kayu di ruang kelas V tak sampai ambrol. Tapi, ruang kelas tersebut terpaksa tak dipakai lagi untuk menghindari hal yang tak diinginkan.
Lubang yang timbul akibat ambrolnya atap itu panjang dan lebarnya masing-masing sekitar dua meter. Selain menyambung dengan ruang kelas V, ruang UKS juga tersambung langsung dengan ruang guru di sisi selatannya.
Dengan begitu, ketika hujan, ruang guru yang hanya disekat dengan lemari besar tetap terkena air bahkan banjir. Sedangkan siswa kelas V yang jumlahnya 36 orang terpaksa harus dipindah ke ruang kelas II.
Sri Astuti, salah seorang guru yang mewakili Kepala SDN 2 Sumberjo mengungkapkan, KBM tetap berjalan normal. Karena ruangannya dipakai oleh siswa kelas V, maka siswa kelas II terpaksa dipindah ke perpustakaan. ”Kelas II dipindah ke perpustakaan karena siswanya sedikit. Perpustakaan sementara terpaksa vakum,” ungkapnya.
Jawa Pos Radar Kudus mencoba masuk ke ruang perpustakaan yang ditempati kelas II. Lemari yang biasa digunakan menempatkan koleksi buku, terpaksa dipojokkan agar ada sisa ruang untuk menaruh meja dan kursi siswa.
Meja dan kursi ditata memanjang tiga baris. Suasana di ruang tersebut terasa pengap. Sebenarnya ada air conditioner (AC) di ruang tersebut, tapi dimatikan karena daya listrik tak mencukupi.
Sempitnya ruang tersebut bisa terlihat dari jarak antarmeja siswa yang cukup dilewati satu orang dewasa. Bahkan, untuk berpapasan antara satu orang dewasa dengan anak kecil pun tak bisa. Meskipun demikian, 26 siswa kelas II tampak ceria mengikuti pembelajaran.
Sri Astuti mengungkapkan, pihak sekolah sudah mengajukan renovasi sejak tahun 2015 disilam. Oleh Dindikpora, kemudian ditunda hingga tahun 2016. Di tahun 2016, sebenarnya sudah ada pengukuran sebelum renovasi dilakukan. Namun hingga sekarang renovasi tak kunjung dilakukan. ”Minta segera mungkin dibangun. Mohon perhatiannya dan pengertiannya dari dinas,” harapnya. (lid/lil)