fotomulyadiwarga rantewringin |
Di saat yang sama, warga diminta tidak mengusik buaya demi menjaga keamanan.
"Secara alami, semua satwa liar apalagi yang buas dan mempunyai power besar berpotensi membahayakan manusia. Apalagi kalau habitatnya terganggu," ujar Koordinator Bidang Konservasi Keanekaragaman Hayati (KKH) pada Balai Konservasi Sumber Daya Alam (Balai KSDA) Jawa Tengah, Shokhib Abdillah dihubungi Kebumen Ekspres via sambungan telepon, Rabu (2/8/2017).
Shokhib Abdillah mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan sejumlah pihak terkait. Antara lain, BPH Wilayah VII Kebumen, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kebumen, Polri dan aparat terkait.
"Kami meminta pihak-pihak terkait untuk melakukan tindakan antisipatif khususnya memberikan himbauan agar sementara waktu menghindari alur sungai yang menjadi lokasi kemunculan buaya dan meningkatkan kewaspadaan bagi warga sekitar agar tidak ada korban jiwa," kata Shokhib.
Selanjutnya pada hari ini, Kamis (3/8/2017), lanjut dia, pihaknya akan melaksanakan kegiatan sosialisasi bersama yang dihadiri dari Balai Pengelolaan Hutan (BPH) VII Kebumen, BPBD Kebumen dan instansi terkait dalam rangka penanganan konflik satwa.
Sosialisasi ini sebagai penanganan awal sebelum melangkah ke penanganan berikutnya. "Untuk penanganan secara menyeluruh akan ditangani Pokja (kelompok kerja) konflik satwa. Namun demikian penanganannya akan bertahap. Ada jangka pendek, menengah dan panjang," ujar Shokhib.
Kemunculan buaya menghebohkan warga Kebumen dalam dua bulan terakhir. Awalnya, buaya terlihat di muara Sungai Lukulo, persisnya di Desa Jagasima dan Tanggulangin Kecamatan Klirong.
Kemudian, buaya terpantau di Sub DAS Lukulo, Sungai Kedungbener, persisnya di Desa Maduretno dan Bocor Kecamatan Buluspesantren. Adapun penampakan terakhir di Desa Rantewringin, sekitar 4 km dari lokasi kali pertama muncul di muara sungai. Hingga saat ini belum jelas berapa sebenarnya jumlah buaya yang ada di Sungai lukulo. Hanya, warga meyakini, buaya itu lebih dari satu ekor. (mam/cah)