Darno/Radarmas |
Selain itu, ada prosesi lain yang harus dilakoni.
Sesepuh Dieng, Sumanto mengatakan sebelum pemotongan rambu gimbal di Komplek Candi Arjuna, dilakukan persiapan dua hari sebelumnya. "Sebelum dipotong, sesepuh Dieng melakukan napak tilas untuk mengambil air dari sumber mata air yang ada di Dieng," terangnya.
Air yang dikeramatkan ini lalu digunakan untuk menjamas rambut anak yang rambut gimbalnya akan dipotong. Selama prosesi berlangsung, diiringi alunan musik gamelan dan kidungan.
Selain itu, sesepuh Dieng juga menyediakan berbagai makanan tradisional. Antara lain nasi tumpeng kalung, tumpeng robyog, tumpeng panggang dengan ayam ingkung, tumpeng kuning dan ketupat. Jajanan pasar, sepasang ambeng dan buah-buahan tidak luput dari persiapan. Makanan ini kemudian dimakan bersama seusai prosesi pemotongan rambut gimbal.
Ketua Panitia DCF 8, Alif Fauzi mengatakan semula ada delapan anak berambut gimbal yang akan dicukur rambutnya. Namun atas permintaan sesepuh, menjadi sembilan. "Sembilan itu merupakan angka ganjil. Kita sengaja pilih angka ganjil sehingga yang semula delapan ditambah satu anak agar menjadi sembilan," ungkapnya.
Bupati Banjarnegara, Budhi Sarwono mengatakan gaung DCF telah tersebar ke seantero Nusantara. "Kita terus mempromosikan agar ganungnya lebih luas lagi. Bahkan sampai ke level Intenasional," terangnya. (drn)