foto ravieanandaforekspres |
Pendiri Museum Wahyu Pancasila, Panjer Kebumen, Ravie Ananda mengatakan pendataan dan inventarisasi Benda Cagar Budaya Bergerak Kebumen ini, dilakukan 14 Agustus hingga 28 Agustus. Berawal dari sejumlah koleksi benda- benda purbakala milik Museum Wahyu Pancasila di Panjer, pendataan meluas meliputi Kecamatan Kebumen, Sadang, Karangsambung, Alian, Padureso, Poncowarno, Kutowinangun, Mirit, Bonorowo dan Ambal.
"Pendataan awalnya dilakukan di delapan kecamatan. Namun karena banyaknya benda bersejarah di Kebumen, inventarisasi meluas termasuk di Kecamatan Buluspesantren," kata Ravie.
Terkait hal itu, tim telah melakukan sejumlah riset ke sejumlah tempat. Antara lain, Watu Lumpang di Desa Maduretno Kecamatan Buluspesantren, juga Yoni yang dikenal warga sebagai Watu Celeng di Dusun Buruhan, Desa Ayamputih kecamatan yang sama. Apalagi, di Kecamatan Buluspesantren baru saja ditemukan benda yang diduga fosil gajah purba.
Ravie mengatakan, Kebumen memang menjadi salah satu bagian tak terpisahkan dari mata rantai sejarah yang panjang. Bahkan lengkap, dari mulai masa pra sejarah hingga masa kemerdekaan.
Setidaknya, hal itu terlihat dari adanya penemuan artefak-artegak. Baik yang telah dibawa Belanda pada masa kolonial maupun yang kini masih dijumpai. Sejarah juga membuktikan bahwa Kebumen memiliki peran penting dalam sekala nasional. Dan, menurut Ravie, hal tersebut bisa dijadikan penguatan karakter dan harusnya menjadi kebanggaan masyarakat sekaligus bekal membangun Kebumen berdasarkan sejarah.
"Hasil inventarisasi itu nantinya semakin melengkapi puzzle peradaban di Kabupaten Kebumen yang ternyata merupakan mata rantai panjang sebuah sejarah.,"
"Setiap kota mempunyai ikon tersendiri. Semisal Surabaya kota pahlawan, Bandung kota Kembang. Yogyakarta kota Budaya. Dan dengan kekayaan sejarah tersebut, Kebumen kiranya pantas sebagai kota Perjuangan atau Kota Sejarah. Pemerintah kabupaten kami minta jangan ragu untuk lebih menggiatkan dan menghidupkan kesejaraah pada generasi penerus Kebumen," demikian Ravie Ananda.
Ungkapan senada juga diungkap pemerhati sejarah, Hakam Syatibi. Cerita heroik rakyat Kebumen saat perang kemerdekaan memang telah diakui negeri Belanda. Pada akhir pekan kemarin, seorang peneliti asal negara Kincir Angin telah datang ke Kebumen untuk meneliti peristiwa pertempuran di Desa Candi Karanganyar dan sejumlah tempat bersejarah lain di Kota Beriman.
"Setelah kemarin kami berurusan terkait kontroversi tentang tanggal kedaulatan RI dengan pemerintah negara Belanda kini kami beserta rekan-rekan sejarawan Kebumen dan BPCB Jawa Tengah mempunyai tugas yang tak kalah penting yakni meneruskan penelitian purbakala di Kebumen,"katanya.
Penelitian purbakala di Kebumen, kata Hakam, sebenarnya sudah dilakukan sejak dahulu. Kali pertama, penelitian purbakala di Kebumen dilakukan oleh J.H. Houbolt pada tahun 1939 yang kemudian dibukukan pada tahun 1940.
"Kemudian H.L. Movius Jr pada tahun 1948 dan berlanjut pada tahun 1959 penelitian sejarah purbakala Kebumen dan dibukukan oleh H.R. van Heekeren dalam judul “The Stone age Of Indonesia. Penelitian kembali dilanjutkan oleh Basoeki pada tahun 1977, ”imbuhnya.
Jadi, wajar bila mereka terpanggil melakukan penelitian. "Bila tak dimulai dari sekarang, siapa lagi yang akan melanjutkan ketika semakin banyak penemuan penemuan benda prasejarah maupun purbakala di daerah Kebumen ini," ujarnya.
Penelitian itu, mereka lakukan secara independen dan tak menunggu Pemkab yang hingga sampai saat ini belum menunjukkan respon memadai. "Kami merasa itu sebagai panggilan dan bentuk tanggung jawab kami sebagai putra daerah menjaga agar barang barang purbakala yang sudah banyak ditemukan agar jangan sampai dibawa keluar oleh orang orang luar daerah Kebumen. Ini harta yang tak terhingga milik Kebumen," kata Hakam. (cah)