sudarno ahmad/ekspres |
Kepala Bidang Perikanan Budidaya Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kebumen, Budiono, mengatakan proyek senilai Rp 200 juta untuk masing-masing paket itu saat ini telah dilakukan pembangunan fisiknya sudah mencapai 90 persen.
"Ini memang program khusus dari Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk pondok-pondok pesantren, kelompok pendidikan, dan kelompok masyarakat di perbatasan," kata Budiono, kepada Kebumen Ekspres, Sabtu (12/8/2017).
Ia menjelaskan, setiap paket berupa 12 kolam berdiameter 3 meter, 42.000 ekor benih lele berukuran 8-9 cm per ekor, 3,2-4 ton pakan, obat, probiotik dan sarana serta prasarana operasional.
Teknologi bioflok diyakini sangat efisien dengan feed convertion ratio (FCR) 0,8. Artinya, budidaya hanya membutuhkan 0,8 kg pakan untuk menghasilkan 1 kg lele. Pasalnya, selain makan pelet, lele juga makan flock atau gumpalan yang terdiri atas organisme hidup, seperti alga dan bakteri, sehingga memudahkan pencernaan. "Ini juga bertujuan untuk peningkatan gizi masyarakat pondok pesantren," ujarnya.
Setelah masa pemeliharaan 2,5 bulan, pihaknya berharap hasil panen mencapai 4,7 ton per panen per paket. Atau 14,1 ton per paket per tahun dengan nilai produksi Rp 212,6 juta per tahun. Dengan biaya produksi 30 persen, keuntungan pembudidaya bisa mencapai Rp 148 juta per tahun.
Teknologi bioflok ini dinilai mempunyai beberapa keunggulan antara lain efisien tempat, kepadatan lebih tinggi dan efisien pakan. Diakui bahwa saat ini teknologi bioflok di Kebumen belum banyak dikembangkan.
Sehingga bantuan ini sekaligus bisa menjadi pilot project dan obyek studi banding bagi masyarakat yang ingin mengembangkan budidaya ikan menggunakan teknologi bioflok. "Apabila teknik ini bisa berhasil diharapkan dapat meningkatkan produksi ikan dan juga meningkatkan pendapatan masyarakat pembudidaya ikan," pungkasnya.(ori)