SINGAPURA – Polda Metro Jaya mengerahkan kekuatan ekstra dalam mengusut kasus penyerangan air keras terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan. Tidak tanggung-tanggung, ada 8 perwira menengah kepolisian yang dilibatkan dalam pemeriksaan Novel di kantor Kedutaan Besar RI (KBRI) di Singapura, kemarin (14/8).
Yakni Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono, Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirkrimum) Kombes Rudy Heriyanto Adi Nugroho, Kasubdit Jatanras Ditreskrimum AKBP Hendy Febrianto Kurniawan, Kasubdit Keamanan Negara (Kamneg) Ditreskrimum AKBP Dedy Murti dan Kasat Harta Benda (Harda) AKBP Nuredy Irwansyah Putra.
Perwira lain yang turut terlibat adalah Kanit 1 Kamneg Polda Metro Jaya Kompol Raindra Ramadhan Syah dan Kanit 2 Kamneg Kompol Fadilah. Atase Polri Singapura Kombes Hirbak Wahyu Setiawan juga ikut mendampingi. Diantara 8 tersebut, 5 perwira masuk tim penyidik. Yakni, Hendy F Kurniawan, Dedy Murti, Nuredy Irwansyah, Raindra Ramadhan Syah dan Fadilah.
Pantauan Jawa Pos di kantor KBRI Singapura yang berlokasi di Chatsworth Road tersebut, tim kepolisian tiba pukul 10.00 waktu setempat. Mereka mengendarai kendaraan pribadi. Setelah sampai di lobi gedung, tim yang mengenakan pakaian rapi non seragam langsung naik ke lantai 3 ruang tengah gedung KBRI. Pemeriksaan terhadap Novel dilakukan pukul 11.00.
Sedangkan di kubu Novel, ada 7 orang yang mendampingi. Dari KPK diwakili Ketua KPK Agus Rahardjo, Wakil Ketua KPK Saut Situmorang, Kabag Investigasi Biro Hukum Evi Laila serta seorang staf biro hukum. Selain itu, ada juga Haris Azhar (pendiri Lokataru), koordinator Kontras Yati Andriyani dan Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Alghiffari Aqsa. Ketiganya menjadi tim advokasi Novel.
Upaya polda untuk menyempurnakan berita acara pemeriksaan (BAP) kasus penyerangan Novel itu dilakukan tertutup. Diantara 5 penyidik, hanya 2 yang bertugas secara bergantian memintai keterangan Novel untuk kebutuhan BAP. Novel dan tim polisi maupun para pendamping hanya keluar sekali selama proses tersebut. Yakni pukul 13.40 atau ketika memasuki waktu salat Duhur di Singapura.
Mereka menunaikan salat di Masjid Istiqamah yang berada di kompleks halaman belakang kantor KBRI Singapura. Seperti biasa, Novel yang kemarin mengenakan pakaian hitam dan peci putih menyempatkan diri untuk salat berjamaah di masjid. Beberapa tim penyidik polda juga ikut salat berjamaah. Salah satunya Hendy F Kurniawan.
Meski berjalan lancar, proses pemeriksaan Novel kemarin belum sepenuhnya sesuai ekspektasi. Bukan hanya soal prosedur pemeriksaan yang tidak lazim karena tanpa diawali surat pemanggilan untuk Novel, tapi juga keterlibatan Hendy F Kurniawan dalam tim penyidik polda. ”Untuk sementara tidak kami persoalkan dulu,” kata Yati kepada Jawa Pos.
Keterlibatan Hendy dalam penanganan kasus Novel memang menjadi sorotan. Pasalnya, Hendy merupakan mantan penyidik KPK yang pada 2012 lalu sempat berseteru dengan Abraham Samad dan beberapa pimpinan komisi antirasuah lain. Bahkan, Hendy yang kala itu masih menjabat sebagai Kompol berkoar tentang perilaku Abraham yang tidak sesuai standar prosedur.
Karena perseteruan itu, Hendy mengundurkan diri dari KPK pada 1 November 2012. Dia kembali bertugas sebagai anggota polisi. Di kepolisian, Hendy dikabarkan ikut andil dalam upaya kriminalisasi pimpinan KPK era Abraham Samad yang waktu itu mengusut kasus rekening gendut Budi Gunawan. Perseteruan KPK-Polri kala itu dikenal dengan istilah cicak versus buaya.
Munculnya nama Hendy sebagai tim penyidik menimbulkan indikasi adanya konflik kepentingan dalam penanganan kasus Novel. Tim advokasi Novel pun memperingatkan kepolisian untuk tidak membawa perseteruan masa lalu dalam penanganan perkara yang sedang menjadi perhatian publik tersebut. ”Kami akan memberikan warning (kepada polisi, Red),” ujarnya.
Sementara itu, Novel tetap konsen bahwa kasus penyerangan yang dia alami pada 11 April lalu itu baru bisa terungkap ketika polisi bekerjasama dengan tim gabungan pencari fakta (TGPF) independen. Itu mengingat sampai saat ini polisi belum bisa mengungkap kasus penyerangan meski sudah memiliki fakta-fakta tentang penyerangan.
Terkait keterlibatan Hendy dalam penanganan kasus tersebut, Novel mengaku baru mengetahuinya. Menurut dia, sejak insiden penyiraman air keras terjadi, Hendy sama sekali tidak terlihat. ”Penyidiknya (polda) ini penyidik baru, bukan penyidik yang awal menangani. Kita doakan penyidik-penyidik itu bekerja dengan lebih baik dan optimal,” ungkap ketua Wadah Pegawai (WP) KPK tersebut.
Usai mempelajari hasil pemeriksaan kemarin, Novel kembali menyatakan kekecewaannya. Khususnya terkait saksi kunci yang dipublikasikan oleh polisi. Kemudian soal tidak ditemukannya sidik jari di cangkir yang digunakan untuk menyiram air keras ke wajahnya. Pria asal Semarang itu juga menilai penyidik polda sejauh ini terkesan menjaga jarak dengan keluarganya.
”Saya ingin membantu penyidik (polda) untuk mengungkap (kasus penyerangan) dengan benar,” imbuhnya. Sayang, pimpinan KPK Agus Rahardjo dan Saut Situmorang tidak bersedia memberikan keterangan usai mendampingi pemeriksaan Novel. Keduanya bergegas pergi meninggalkan kantor KBRI dengan cara menghindari wartawan.
Disisi lain, Hendy F Kurniawan saat dikonfirmasi Jawa Pos hanya tertawa. Dia enggan memberikan komentar ketika ditanya soal indikasi adanya konflik kepentingan dalam keterlibatannya di tim penyidik polda.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono menjelaskan, keterlibatan Hendy dalam penanganan kasus Novel memang tidak bisa dihindari. Sebab, yang bersangkutan saat ini memang merupakan penyidik di polda. ”Tidak masalah, namanya penyidik. Kan penyidik di krimum (kriminal umum, Red) dia (Hendy). Masa nggak boleh ?,” ungkapnya.
Menurut Argo, pemeriksaan kemarin berjalan sebagaimana biasanya. Pihaknya kemarin menggali keterangan Novel seputar kasus apa saja yang ditangani selama ini yang berpotensi mengancam keselamatan. Selain itu, pihaknya juga mengumpulkan informasi yang dimiliki Novel. ”Nanti penyidik yang lebih tahu. Kami masih dalam proses,” ujarnya. (tyo)
Yakni Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono, Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirkrimum) Kombes Rudy Heriyanto Adi Nugroho, Kasubdit Jatanras Ditreskrimum AKBP Hendy Febrianto Kurniawan, Kasubdit Keamanan Negara (Kamneg) Ditreskrimum AKBP Dedy Murti dan Kasat Harta Benda (Harda) AKBP Nuredy Irwansyah Putra.
Perwira lain yang turut terlibat adalah Kanit 1 Kamneg Polda Metro Jaya Kompol Raindra Ramadhan Syah dan Kanit 2 Kamneg Kompol Fadilah. Atase Polri Singapura Kombes Hirbak Wahyu Setiawan juga ikut mendampingi. Diantara 8 tersebut, 5 perwira masuk tim penyidik. Yakni, Hendy F Kurniawan, Dedy Murti, Nuredy Irwansyah, Raindra Ramadhan Syah dan Fadilah.
Pantauan Jawa Pos di kantor KBRI Singapura yang berlokasi di Chatsworth Road tersebut, tim kepolisian tiba pukul 10.00 waktu setempat. Mereka mengendarai kendaraan pribadi. Setelah sampai di lobi gedung, tim yang mengenakan pakaian rapi non seragam langsung naik ke lantai 3 ruang tengah gedung KBRI. Pemeriksaan terhadap Novel dilakukan pukul 11.00.
Sedangkan di kubu Novel, ada 7 orang yang mendampingi. Dari KPK diwakili Ketua KPK Agus Rahardjo, Wakil Ketua KPK Saut Situmorang, Kabag Investigasi Biro Hukum Evi Laila serta seorang staf biro hukum. Selain itu, ada juga Haris Azhar (pendiri Lokataru), koordinator Kontras Yati Andriyani dan Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Alghiffari Aqsa. Ketiganya menjadi tim advokasi Novel.
Upaya polda untuk menyempurnakan berita acara pemeriksaan (BAP) kasus penyerangan Novel itu dilakukan tertutup. Diantara 5 penyidik, hanya 2 yang bertugas secara bergantian memintai keterangan Novel untuk kebutuhan BAP. Novel dan tim polisi maupun para pendamping hanya keluar sekali selama proses tersebut. Yakni pukul 13.40 atau ketika memasuki waktu salat Duhur di Singapura.
Mereka menunaikan salat di Masjid Istiqamah yang berada di kompleks halaman belakang kantor KBRI Singapura. Seperti biasa, Novel yang kemarin mengenakan pakaian hitam dan peci putih menyempatkan diri untuk salat berjamaah di masjid. Beberapa tim penyidik polda juga ikut salat berjamaah. Salah satunya Hendy F Kurniawan.
Meski berjalan lancar, proses pemeriksaan Novel kemarin belum sepenuhnya sesuai ekspektasi. Bukan hanya soal prosedur pemeriksaan yang tidak lazim karena tanpa diawali surat pemanggilan untuk Novel, tapi juga keterlibatan Hendy F Kurniawan dalam tim penyidik polda. ”Untuk sementara tidak kami persoalkan dulu,” kata Yati kepada Jawa Pos.
Keterlibatan Hendy dalam penanganan kasus Novel memang menjadi sorotan. Pasalnya, Hendy merupakan mantan penyidik KPK yang pada 2012 lalu sempat berseteru dengan Abraham Samad dan beberapa pimpinan komisi antirasuah lain. Bahkan, Hendy yang kala itu masih menjabat sebagai Kompol berkoar tentang perilaku Abraham yang tidak sesuai standar prosedur.
Karena perseteruan itu, Hendy mengundurkan diri dari KPK pada 1 November 2012. Dia kembali bertugas sebagai anggota polisi. Di kepolisian, Hendy dikabarkan ikut andil dalam upaya kriminalisasi pimpinan KPK era Abraham Samad yang waktu itu mengusut kasus rekening gendut Budi Gunawan. Perseteruan KPK-Polri kala itu dikenal dengan istilah cicak versus buaya.
Munculnya nama Hendy sebagai tim penyidik menimbulkan indikasi adanya konflik kepentingan dalam penanganan kasus Novel. Tim advokasi Novel pun memperingatkan kepolisian untuk tidak membawa perseteruan masa lalu dalam penanganan perkara yang sedang menjadi perhatian publik tersebut. ”Kami akan memberikan warning (kepada polisi, Red),” ujarnya.
Sementara itu, Novel tetap konsen bahwa kasus penyerangan yang dia alami pada 11 April lalu itu baru bisa terungkap ketika polisi bekerjasama dengan tim gabungan pencari fakta (TGPF) independen. Itu mengingat sampai saat ini polisi belum bisa mengungkap kasus penyerangan meski sudah memiliki fakta-fakta tentang penyerangan.
Terkait keterlibatan Hendy dalam penanganan kasus tersebut, Novel mengaku baru mengetahuinya. Menurut dia, sejak insiden penyiraman air keras terjadi, Hendy sama sekali tidak terlihat. ”Penyidiknya (polda) ini penyidik baru, bukan penyidik yang awal menangani. Kita doakan penyidik-penyidik itu bekerja dengan lebih baik dan optimal,” ungkap ketua Wadah Pegawai (WP) KPK tersebut.
Usai mempelajari hasil pemeriksaan kemarin, Novel kembali menyatakan kekecewaannya. Khususnya terkait saksi kunci yang dipublikasikan oleh polisi. Kemudian soal tidak ditemukannya sidik jari di cangkir yang digunakan untuk menyiram air keras ke wajahnya. Pria asal Semarang itu juga menilai penyidik polda sejauh ini terkesan menjaga jarak dengan keluarganya.
”Saya ingin membantu penyidik (polda) untuk mengungkap (kasus penyerangan) dengan benar,” imbuhnya. Sayang, pimpinan KPK Agus Rahardjo dan Saut Situmorang tidak bersedia memberikan keterangan usai mendampingi pemeriksaan Novel. Keduanya bergegas pergi meninggalkan kantor KBRI dengan cara menghindari wartawan.
Disisi lain, Hendy F Kurniawan saat dikonfirmasi Jawa Pos hanya tertawa. Dia enggan memberikan komentar ketika ditanya soal indikasi adanya konflik kepentingan dalam keterlibatannya di tim penyidik polda.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono menjelaskan, keterlibatan Hendy dalam penanganan kasus Novel memang tidak bisa dihindari. Sebab, yang bersangkutan saat ini memang merupakan penyidik di polda. ”Tidak masalah, namanya penyidik. Kan penyidik di krimum (kriminal umum, Red) dia (Hendy). Masa nggak boleh ?,” ungkapnya.
Menurut Argo, pemeriksaan kemarin berjalan sebagaimana biasanya. Pihaknya kemarin menggali keterangan Novel seputar kasus apa saja yang ditangani selama ini yang berpotensi mengancam keselamatan. Selain itu, pihaknya juga mengumpulkan informasi yang dimiliki Novel. ”Nanti penyidik yang lebih tahu. Kami masih dalam proses,” ujarnya. (tyo)