sudarno ahmad/eskpres |
Menurut Endang, saat ini penyalahgunaan bahan makanan berbahaya masih ditemukan pada pangan. Terutama pangan industri rumah tangga dan jajanan anak sekolah. Penyalahgunaan tersebut, selain karena kepedulian masyarakat yang masih rendah terhadap keamanan pangan. Juga karena kemudahan memperoleh bahan berbahaya.
Harga yang relatif murah, serta keefektifan fungsi dari bahan berbahaya tersebut untuk menghasilkan efek yang diinginkan dalam pangan. "Dampak kesehatan yang tidak langsung terlihat atau dirasakan menjadi faktor penguat para pelaku usaha pangan untuk mengubah cara produksinya," kata Endang.
Endang menambahkan, berdasarkan pantauan di lapangan, saat ini masih banyak ditemukan krupuk yang menggunakan bahan pengawet yang tidak aman dan berbahaya bagi tubuh. "Seperti pemakaian rhodamen B pada krupuk, sangat berbahaya. Karena bahan pangan adalah jenis bahan pewarna tekstil," ujarnya.
Dari sosialisasi ini diharapkan dapat terjadi perubahan kesadaran masyarakat produsen krupuk dalam penyalahgunaan bahan berbahaya dalam pangan. Mereka menjadi tahu dan mau menggunakan pewarna pangan dan tidak berlebihan dalam pemakaiannya. Sosialisasi juga sebagai salah satu langkah untuk meminimalkan kebocoran bahan berbahaya di pasaran.
Sementara Wakil Bupati Kebumen Yazid Mahfudz, saat membuka sosialisasi tersebut meminta kepada para produsen krupuk agar mengindari jalan pintas dalam mengejar keuntungan. Misalnya mengunakan zat pewarna berbahaya agar kerupuk kelihatan “ngejreng”.
"Dalam jangka pendek, mungkin cara ini efektif. Tapi dalam jangka panjang, justru akan merugikan," kata Yazid Mahfudz. Karena bisnis sekarang ini sangat tergantung dengan kepercayaan. Sekali produk kita diketahui mengandung bahan berbahaya, maka kepercayaan masyarakat akan hilang. Dan sulit sekali untuk memulihkannya. Kita juga yang rugi," paparnya.
Sosialisasi diikuti oleh sekitar 60 produsen krupuk di tiga desa di Kecamatan Karanggayam. Ketiga sentra produksi krupuk tersebut adalah Desa Gunungsari, Selogiri dan Desa Kalibening Kecamatan Karanggayam. Dalam kesempatan tersebut juga diserahkan bantuan berupa bahan pewarna yang dianjurkan kepada para produsen krupuk.
Selain di Kecamatan Karanggayam, sosialisasi serupa juga digelar di Kecamatan Kuwarasan, Kamis (10/8). Di Kecamatan Kuwarasan setidaknya saat ini terdapat sekitar 160 produsen lanting, baik yang berproduksi secara kontinue maupun musiman. Mereka tersebar di Desa Lemahduwur, Harjodowo, Madureso dan Desa Kuwarasan.(ori)