YOGYAKARTA – Dukungan infrastruktur bandara menunjukkan perkembangan signifikan dalam menurunkan harga-harga kebutuhan di Indonesia timur. Setelah BBM satu harga tahun 2016 lalu, harga semen juga akan turun minggu depan.
Di sela-sela diskusi dengan Menteri Perhubungan (Menhub) sabtu kemarin (12/8), Willem Wandik, Bupati Kabupaten Puncak, Papua menerangkan bahwa harga satu sak semen akan turun yang semual Rp 2,5 juta akan turun menjadi Rp 1 juta 50 puluh ribu. “Harga ini akan diresmikan pada 17 Agustus mendatang,” katanya.
Wandik menuturkan, warga Puncak sudah lama menunggu penurunan harga ini. Ia menyebut pada tahun 2016, harga BBM rata-rata Rp 50 ribu per liter. Itupun kalau suplai normal. Jika terjadi kelangkaan, maka harga BBM melonjak menjadi Rp 100 ribu per liter. “Sekarang sudah menjadi Rp. 6.500 per liter,” katanya.
Willem juga optimistis selain harga BBM dan semen, Willem menjelaskan penurunan harga barang-barang kebutuhan disebabkan oleh semakin banyak transportasi yang masuk ke wilayah Puncak Papua.
Penurunan harga ini, kata Willem tidak lepas dari kehadiran Bandara Ilaga di Kabupaten Puncak dan Bandara Timika. Dengan semakin terbukanya akses transportasi, perekonomian warga semakin meningkat dan harga-harga menurun.
Willem menyebut, dulunya hanya ada satu penerbangan dalam satu minggu menuju Kabupaten Puncak. Sebulan terhitung hanya 5-6 kali penerbangan. Namun, ketika bandara Timika dimiliki oleh Pemerintah, maka peningkatan penerbangan termasuk yang ke puncak tinggi sekali. “Sekarang penerbangan bisa 30 sampai 40 pesawat," papar Willem.
Menhub Budi Karya Sumadi mengatakan bahwa warga di pegunungan Papua sangat tergantung pada konektivitas udara. “Oleh karena itu kami bangunkan beberapa bandara supaya bisa ikut merasakan kemerdekaan seperti orang Jawa, Sumatera, dan Kalimantan,” katanya.
Tidak hanya Papua, Kemenhub juga tengah gencar melakukan pembangunan bandara di titik-titik terluar indonesia. Budi mencontohkan pembangunan Bandara di pulau Miangas, Sulawesi Utara. Posisi Miangas sangat strategis, terletak 400 Km dari Manado dan 70 Km dari Filipina. “Kalau orang-orang Miangas tidak diurus oleh pemerintah, bisa-bisa mereka pindah jadi orang Filipina,” katanya.
Banyak perubahan yang terjadi setelah kehadiran Bandara Miangas. Hibor Arunda, Seorang Guru menuturkan, Sebelum bandara beroperasi pada 13 Maret lalu, warga sangat tergantung dengan kapal laut untuk keluar masuk Miangas. “Kapal ikut cuaca, jadi jadwalnya tidak pasti, kalau pesawat kan jadwalnya pasti, ” kata Hibor.
Kalau cuaca tidak memungkinkan, warga harus menunggu 2 minggu agar kapal Pelni baru masuk ke pantai Miangas. “Dengan adanya bandara ini, ekonomi kami meningkat,” kata Petrus Mambu, salah seorang Nelayan asal Miangas.(tau)
Di sela-sela diskusi dengan Menteri Perhubungan (Menhub) sabtu kemarin (12/8), Willem Wandik, Bupati Kabupaten Puncak, Papua menerangkan bahwa harga satu sak semen akan turun yang semual Rp 2,5 juta akan turun menjadi Rp 1 juta 50 puluh ribu. “Harga ini akan diresmikan pada 17 Agustus mendatang,” katanya.
Wandik menuturkan, warga Puncak sudah lama menunggu penurunan harga ini. Ia menyebut pada tahun 2016, harga BBM rata-rata Rp 50 ribu per liter. Itupun kalau suplai normal. Jika terjadi kelangkaan, maka harga BBM melonjak menjadi Rp 100 ribu per liter. “Sekarang sudah menjadi Rp. 6.500 per liter,” katanya.
Willem juga optimistis selain harga BBM dan semen, Willem menjelaskan penurunan harga barang-barang kebutuhan disebabkan oleh semakin banyak transportasi yang masuk ke wilayah Puncak Papua.
Penurunan harga ini, kata Willem tidak lepas dari kehadiran Bandara Ilaga di Kabupaten Puncak dan Bandara Timika. Dengan semakin terbukanya akses transportasi, perekonomian warga semakin meningkat dan harga-harga menurun.
Willem menyebut, dulunya hanya ada satu penerbangan dalam satu minggu menuju Kabupaten Puncak. Sebulan terhitung hanya 5-6 kali penerbangan. Namun, ketika bandara Timika dimiliki oleh Pemerintah, maka peningkatan penerbangan termasuk yang ke puncak tinggi sekali. “Sekarang penerbangan bisa 30 sampai 40 pesawat," papar Willem.
Menhub Budi Karya Sumadi mengatakan bahwa warga di pegunungan Papua sangat tergantung pada konektivitas udara. “Oleh karena itu kami bangunkan beberapa bandara supaya bisa ikut merasakan kemerdekaan seperti orang Jawa, Sumatera, dan Kalimantan,” katanya.
Tidak hanya Papua, Kemenhub juga tengah gencar melakukan pembangunan bandara di titik-titik terluar indonesia. Budi mencontohkan pembangunan Bandara di pulau Miangas, Sulawesi Utara. Posisi Miangas sangat strategis, terletak 400 Km dari Manado dan 70 Km dari Filipina. “Kalau orang-orang Miangas tidak diurus oleh pemerintah, bisa-bisa mereka pindah jadi orang Filipina,” katanya.
Banyak perubahan yang terjadi setelah kehadiran Bandara Miangas. Hibor Arunda, Seorang Guru menuturkan, Sebelum bandara beroperasi pada 13 Maret lalu, warga sangat tergantung dengan kapal laut untuk keluar masuk Miangas. “Kapal ikut cuaca, jadi jadwalnya tidak pasti, kalau pesawat kan jadwalnya pasti, ” kata Hibor.
Kalau cuaca tidak memungkinkan, warga harus menunggu 2 minggu agar kapal Pelni baru masuk ke pantai Miangas. “Dengan adanya bandara ini, ekonomi kami meningkat,” kata Petrus Mambu, salah seorang Nelayan asal Miangas.(tau)