![]() |
IMAM/EKSPRES |
Dari 111 peserta yang mengikuti pelatihan, 37 diantaranya merupakan Kepala UPT Distapang dan Koordinator PPL serta penyuluh pendamping. Sedangkan sisanya yakni 74 peserta berasal dari Ketua Kelompok Tim Penggerak PKK Desa. 74 peserta dari TP PKK merupakan kelompok penerima stimulan Percepatan Penganekaraman Konsumsi Pangan (P2KP) tahun 2017.
Salah satu dari tujuan pelatihan yakni peserta mampu mengembangkan pekarangan milik anggota sesuai hasil musyawarah berdasarkan potensi pekarangan dan kebutuhan tiap kolompok. Adapun tanaman yang dibudidayakan meliputi sayuran, buah-buahan dan aneka umbi-umbian yang biasa dikonsumsi dan disukai oleh masyarakat.
Selain tanaman, dalam pelatihan tersebut, peserta juga mendapatkan tentang materi peternakan. Diharapkan peserta nantinya dapat membudidayakan unggas dan peternakan kecil seperti ayam, itik maupun kelinci. Selain itu perikanan juga penting untuk dilaksanakan demi pemenuhan pangan sumber protein hewani.
Kepala Distapang Kebumen Ir Pudji Rahayu menyampaikan, kini penganekaragaman penting dan mendesak. Selama ini kebijakan terfokus pada peningkatan produksi dan belum mempertimbangkan kecukupan gizi. Selain itu pola konsumsi pangan penduduk Indonesia juga belum seimbang. “Mengingat hal tersebut maka diperlukan sebuah upaya untuk menganekaragamkan konsumsi pangan masyarakat,” tuturnya didampingi Kepala Bidang Ketahanan Pangan Kristina Marahastuti SP.
Lebih lanjut dijelaskan, percepatan penganekaragaman konsumsi pangan dilaksanakan dengan dua strategi utama yakni internalisasi penganekaragaman konsumsi pangan dan pengembangan bisnis serta industri pangan lokal.
Internalisasi penganekaragaman konsumsi pangan dilaksanakan dengan advokasi, kampanye, sosialisasi tentang konsumsi pangan yang beragam, bergizi dan seimbang serta aman (B2SA). Selain itu juga dilaksanakan pendidikan konsumsi pangan yang beragam melalui jalur pendidikan formal dan non formal.
Pengembangan bisnis dan industri pangan lokal dilaksanakan melalui fasilitas kepada UMKM untuk mengembangkan bisnis pangan segar, industri bahan baku industri pangan olahan dan pangan siap saji. “Semua itu harus aman dan berbasis sumber daya lokal,” tegasnya.
Selama dua hari pelatihan peserta mendapatkan materi media tanam dan budidaya tanaman hortikultura, budidaya itik, pengelolaan kebun bibit dan demplot. Selain itu peserta juga mendapatkan materi hama dan penyakit tanaman. “Saat ini masih banyak pekarangan yang terbengkelai dan dibiarkan begitu saja, padahal jika dimanfaatkan dengan baik tentunya akan menghasilkan,” ucap Kristina Marahastuti SP. (mam)