PURWOREJO-Sedikitnya 37 desa di 9 kecamatan di Kabupaten Purworejo diminta meningkatkan kewaspadaan seiring mulai turunnya hujan. Desa-desa tersebut memiliki potensi terjadi longsor cukup tinggi karena memiliki rekahan yang rentan ambrol.
"Kecamatan Gebang menjadi wilayah yang paling banyak punya desa dengan rekahan," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Purworejo, Boedi Hardjono, kemarin.
Dari data yang ada, terdapat 12 desa yang memiliki tingkat keparahan rekahan cukup tinggi. Hal ini mendapat perhatian khusus dan sempat ditinjau dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).
"Karena hujan sekarang sudah mulai turun, meskipun intensitasnya belum terlalu tinggi, tapi kita tekankan agar desa-desa itu bisa meningkatkan kewaspadaannya," imbuh Boedi.
Dijelaskan Boedi, pihaknya selalu membuka diri dan menerima laporan dari masyarakat jika terjadi longsor ataupun bencana yang lain. Petugas akan selalu on call dan pesan yang dikirim bisa melalui telepon atau pesawat di kantor.
"Kita akan tangani setiap laporan yang ada, setiap saat. Intinya kita tidak ingin membiarkan adanya kejadian tidak tertangani," katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Kedaruratan BPBD Hery Susanto mengatakan deteksi dini terhadap ancaman longsor telah dilakukan dengan melakukan pemasangan alat deteksi di beberapa tempat. Diantaranya di Desa Jelok dan Donorejo di Kecamatan Kaligesing, Penunggulan (Gebang) dan Tegalsari (Bruno). Rencanya keberaan alat akan ditambah lagi dan ditempatkan di Desa Jelok (Kaligesing), Kalikalong dan Kalisemo (Loano) serta Ngaglik (Gebang).
"Pemasangan alat deteksi dini dikhususnya bagi daerah yang memiliki tingkat kerawanan tinggi," ujar Hery.
Terkait antisipasi bencana banjir, pihaknya banyak dibantu penanganan sedimentasi di beberapa sungai besar yang ada di Purworejo oleh BBWS. Meski demikian pihaknya meminta agar masyarakat yang selama ini menjadi langganan banjir tetap waspada.
"Kita rencananya juga akan memasang alat deteksi banjir di dua tempat yakni di Bendung Boro dan Bendung Jrakah," imbuh Hery. (ndi)
"Kecamatan Gebang menjadi wilayah yang paling banyak punya desa dengan rekahan," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Purworejo, Boedi Hardjono, kemarin.
Dari data yang ada, terdapat 12 desa yang memiliki tingkat keparahan rekahan cukup tinggi. Hal ini mendapat perhatian khusus dan sempat ditinjau dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).
"Karena hujan sekarang sudah mulai turun, meskipun intensitasnya belum terlalu tinggi, tapi kita tekankan agar desa-desa itu bisa meningkatkan kewaspadaannya," imbuh Boedi.
Dijelaskan Boedi, pihaknya selalu membuka diri dan menerima laporan dari masyarakat jika terjadi longsor ataupun bencana yang lain. Petugas akan selalu on call dan pesan yang dikirim bisa melalui telepon atau pesawat di kantor.
"Kita akan tangani setiap laporan yang ada, setiap saat. Intinya kita tidak ingin membiarkan adanya kejadian tidak tertangani," katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Kedaruratan BPBD Hery Susanto mengatakan deteksi dini terhadap ancaman longsor telah dilakukan dengan melakukan pemasangan alat deteksi di beberapa tempat. Diantaranya di Desa Jelok dan Donorejo di Kecamatan Kaligesing, Penunggulan (Gebang) dan Tegalsari (Bruno). Rencanya keberaan alat akan ditambah lagi dan ditempatkan di Desa Jelok (Kaligesing), Kalikalong dan Kalisemo (Loano) serta Ngaglik (Gebang).
"Pemasangan alat deteksi dini dikhususnya bagi daerah yang memiliki tingkat kerawanan tinggi," ujar Hery.
Terkait antisipasi bencana banjir, pihaknya banyak dibantu penanganan sedimentasi di beberapa sungai besar yang ada di Purworejo oleh BBWS. Meski demikian pihaknya meminta agar masyarakat yang selama ini menjadi langganan banjir tetap waspada.
"Kita rencananya juga akan memasang alat deteksi banjir di dua tempat yakni di Bendung Boro dan Bendung Jrakah," imbuh Hery. (ndi)