setyo wuwuh/temanggung ekspres |
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Kepala Balai Arkeologi (Balar) Yogyakarta, Sugeng Riyanto saat berkunjung ke Temanggung Senin (2/10). Menurutnya, dari berbagai macam situs peninggalan jaman Mataram kuno yang terkuak di situs tersebut, Jaladwara dan lahan pertanian kuno ini memiliki atau menyimpan nilai sejarah yang cukup tinggi.
Ia mengatakan, saat tim dari Balar melakukan ekskavasi yang terakhir, yuakni sekitar akhir September lalu, tim kembali menemukan yonie di lahan pertanian kuno yang berada di bagian batu bolder.
“Yoni itu ukuran tebalnya 20 centimeter berbentuk bundar dengan diameter sekitar 1 meter. Yoni tersebut berada di struktur bolder. Seperti struktur pertanian sekarang berteras juga dan yoni berada di teras paling tinggi, yoni itu sangat unik dan hanya ada di Liangan,” katanya.
Di depan cerat yoni, katanya terdapat saluran air. Artinya yoni itu berkaitan langsung dengan pertanian dan irigasi.
“Yoni yang ditemukan ini sangat berbeda dengan yoni sebelumnya. Lumbangya tembus hingga ke ujung paling bawah, sehingga air yang masuk ke lubang dan masuk langsung ke bumi,” terangnya.
Diperkirakan, yoni itu merupakan jantung pertanian kuno, karena di situ paling tinggi, kemudian dilakukan upacara di yoni tersebut yang melambangkan kesuburan.
“Kita punya gambaran sistem pertanian yang kuno itu, jadi sebelum bertani mengadakan upacara di atas kemudian airnya mengalir ke tanah dan kemana-mana," katanya.
Saat ini lanjutnya, pihaknya memang sedang melakukan penelitian detail ke pertaniannya dan jenis pertaniannya. Namun tidak berarti meninggalkan temuan situs yang lainnya.
“Semua temuan ada kaitannya, tapi untuk penelitian yang terakhir kemarin memang kami fokuskan ke Jaladwara dan lahan pertanian terlebih dahulu,” terangnya.
Ia berharap dengan, dilakukannya penelitan ini, kedepan masyarakat yang berkunjung ke situs Liangan bisa menikmati dan memahami serta mempelajari sejarah Mataram Kuno di situs Liangan
“Ada perbedaan dengan situs lainnya, jadi orang ke sana tidak melihat candi, tetapi melihat peradaban leluhurnya. Bisa belajar dari leluhurnya untuk kebanggaan jati diri bahwa leluhur kita itu hebat,” katanya.
Selain menemukan yoni, pada penelitian terakhir di akhir bulan September lalu, tim ekskavasi melakukan penelitian untuk memperjelas hubungan antara teras halaman empat ke halaman tiga.
“Ternyata teras halaman empat untuk naik ke halaman tiga itu cukup rapat dengan benteng dari bambu yang ditancapkan ganda dengan jarak 30 centimeter,” katanya.
Ia mengatakan dengan adanya benteng bambu tersebut kalau dari halaman empat ke halaman tiga tidak bisa langsung dan harus melalui tangga. Namun, tangganya belum ditemukan.
“Tahun ini sudah tidak ada ekskavasi lagi, mungkin akan kami lanjutkan di thaun depan,” tandansnya.(Set)