Humas Pemkab Kebumen/Ekspres |
"Kebumen menunggu kiprah santri, ladang pengabdian terbentang. Kemiskinan masih menjadi PR kita bersama. Menjaga ahlak generasi muda juga membutuhkan figur-figur tauladan. Karenanya, jadilah santri-santri produktif dan inspiratif untuk mengurangi kemiskinan," kata Mohammad Yahya Fuad, saat menjadi pembina apel pada peringatan Hari Santri Nasional (HSN) 2017 tingkat Kabupaten Kebumen, di Alun-alun Kebumen, Minggu (22/10/2017) pagi.
Hadir pada apel tersebut, Wakil Bupati Kebumen Yazid Mahfudz, Kapolres Kebumen AKBP Titi Hastuti, Dandim 0709 Kebumen Letkol Kav Suep. Serta pimpinan pondok pesantren se Kabupaten Kebumen, serta ribuan santri.
Bupati menegaskan, momentum hari santri perlu ditransformasikan menjadi gerakan penguatan paham kebangsaaan yang bersinergis dengan keagamaan. Spirit nasionalisme bagian dari iman perlu digelorakan ditengah arus ideologi fundamentalisme, komunis, liberalis maupun sekuler.
"Hari santri juga harus digunakan sebagai revitalisasi etos moral kesederhanaan dan spiritualisme sebagai karakter kaum santri. Etos ini penting untuk mencegah korupsi," tegasnya.
Disisi lain, santri juga hidup di tengah era digital. Era ini, menurut M Yahya Fuad, memiliki aspek manfaat dan mudharat yang sama-nsama besar. Internet telah digunakan untuk menyebarkan pesan-pesan kebaikan dan dakwah islam. Tetapi juga digunakan untuk merusak harga diri dan martabat seseorang dengan fitnah dan berita hoaks. "Santri diminta memanfaatkan teknologi informasi sebagai media dakwah. Serta sarana menyebarkan kebaikan dan kemaslahatan," ujar Yahya Fuad.
Pada kesempatan itu, Bupati Kebumen juga menyampaikan hari santri merupakan bukti pengakuan negara atas jasa ulama dan santri dalam perjuangan merebut, mengawal, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan.
Hari Santri Nasional mengandung pesan untuk meneruskan jejak perjuangan para santri. Ulama, dan kiai dalam membela umat, bangsa dan negara. Kaum santri merupakan represantasi bangsa pribumi dari kalangan pesantren. Yang sangat berjasa membawa bangsa Indonesia menegakkan kemerdekaan melalui resolusi jihad 22 Oktober 1945, yang dicetuskan oleh KH Hasyim Asy'ari, pendiri NU.
Penetapan Hari Santri bukan hanya sebagai agenda kepentingan kelompok tertentu. Tetapi kepentingan seluruh bangsa Indonesia, yang ketika itu digerakkan oleh resolusi jihad. Yakni fatwa jihad KH Hasyim Asy'ari, yang menyatakan bahwa membela tanah air dari penjajah hukumnya fardu ain atau wajib bagi setiap individu.
Jaringan santri, telah terbukti konsisten menjaga perdamaian dan keseimbangan. Perjuangan para kiai menjadi catatan sejarah yang strategis, bahkan sejak kesepakatan tentang darul Islam pada pertemuan para kiai di Banjarmasin 1936, jauh sebelum Indonesia merdeka.
Santri dan kiai terbukti mengawal kokohnya NKRI. Para kiai dan santri selalu berada di garda depan untuk mengawal NKRI, memperjuangkan Pancasila. "Dengan resolusi jihad dan pidato hadlaratus syeikh yang menggetarkan tersebut, bergeraklah pemuda patriot-patriot bangsa. Yang dengan gigih membela bangsa dan negara. Sehingga terjadilah pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. Yang kemudian kita peringati sebagai Hari Pahlawan," paparnya.
Pada kesempatan itu, para santri juga berikrar akan setia kepada NKRI, bersedia dan siap siaga menyerahkan jiwa raga membela tanah air dan bangsa Indonesia. Siap berperan aktif dalam pembangunan nasional untuk mewujudkan kesejahteraan lahir batin untuk seluruh rakyat Indonesia.(*)