BOGOR – Istana Bogor kemarin (1/10) menjadi tempat pamer para pelaku usaha kopi Indonesia. Bertepatan dengan Hari Kopi Internasional kemarin, Presiden Joko Widodo mengajak puluhan stakeholder kopi Indonesia menikmati kopi di Istana Bogor. mulai petani hingga pemilik kafe. Diskusi pun mengalir sepanjang sesi yang berlangsung selama dua jam itu.
Selama sesi diskusi, para stakeholder kopi juga berkesempatan mencicipi ragam kopi dari berbagai daerah di Indonesia. Mulai dari Simalungun, Samosir, Humbang Hasundutan, Jambi, Bandung, hingga Bone Bolango. Masing-masing daerah memiliki cita rasa kopi masing-masing yang khas.
Kopi Arabika Pulo Samosir misalnya, cita rasa kopinya tergolong kuat. Setidaknya, itulah pengakuan sejumlah pengunjung. ’’Kopi ini ditanam di ketinggian 1.200 meter ke atas,’’ terang Sekretaris Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis Kopi Arabika Pulo Samosir Jornong Crillus Sinaga.
Sementara, Kopi Liberika Tungkal Jambi lebih asam, namun ada sedikit rasa manis di dalamnya. ’’Ini satu-satunya kopi yang bisa ditanam di lahan gambut,’’ klaim anggota Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis Kopi Liberika Tungkal Jambi Mohammad Ridwan.
Presiden menuturkan, Indonesia merupakan produsen kopi nomor empat terbesar di dunia. Di urutan pertama ada Brasil, disusul Vietnam dan Kolombia. Namun, dia yakin Indonesia punya kesempatan menyalip negara-negara tersebut untuk menjadi produsen kopi nomor satu di dunia. ’’Karena memang lahannya ada,’’ ujar Jokowi.
Dia mengingatkan, jangan sampai para petani hanya terjebak di lingkungan perkebunan kopi semata. Sebab, nilai tambahnya justru ada pada proses pascapanen hingga sampai ke tangan konsumen. Peluang pascapanen kopi, tutur Jokowi, masih terbuka lebar di dalam negeri. Terlebih, anak-nak muda saat ini semakin gandrung dengan kopi, dan perhatian terhadap kualitas produk maupun pengemasannya.
Presiden juga mendorong para pelaku usaha kopi di tingkat hilir untuk berani berekspansi. Terutama ke pasar mancanegara. Dengan pasar yang ada,peluang kita sangat besar,’’ tambah mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
Sementara itu, Penmain film Filosofi Kopi Chico Jericho mengapresiasi pertemuan tersebut. Terlebih, momennya bertepaan dengan hari kopi internasional. ’’Presiden ingin dengar kegelisahan, apa saja yang terjadi di dalam dunia perkopian ini,’’ ujar Chico usai diskusi. Sebab, bila ingin konsen pada kopi, harus dimulai dari hulu hingga ke hilir.
Di level hilir, industri kopi Indonesia tumbuh pesat. Namun, di hulu, para petani justr khawatir mereka tidak akan mampu melakukan regenerasi. ’’Padahal, anak muda keren juga lho, kalau mau jadi petani kopi. Kan tidak harus setiap hari ke kebun kopi,’’ lanjutnya.
Dia juga sepakat dnegan presiden bahwa kopi Indonesia punya peluang besar di dunia internasional. ’’Yang saya dengar, kita ini negara dengan kopi single origin terbanyak jenisnya di dunia,’’ tambahnya. Itu bisa menjadi modal besar bagi indonesia menguasai pasar kopi dunia. (byu)
Selama sesi diskusi, para stakeholder kopi juga berkesempatan mencicipi ragam kopi dari berbagai daerah di Indonesia. Mulai dari Simalungun, Samosir, Humbang Hasundutan, Jambi, Bandung, hingga Bone Bolango. Masing-masing daerah memiliki cita rasa kopi masing-masing yang khas.
Kopi Arabika Pulo Samosir misalnya, cita rasa kopinya tergolong kuat. Setidaknya, itulah pengakuan sejumlah pengunjung. ’’Kopi ini ditanam di ketinggian 1.200 meter ke atas,’’ terang Sekretaris Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis Kopi Arabika Pulo Samosir Jornong Crillus Sinaga.
Sementara, Kopi Liberika Tungkal Jambi lebih asam, namun ada sedikit rasa manis di dalamnya. ’’Ini satu-satunya kopi yang bisa ditanam di lahan gambut,’’ klaim anggota Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis Kopi Liberika Tungkal Jambi Mohammad Ridwan.
Presiden menuturkan, Indonesia merupakan produsen kopi nomor empat terbesar di dunia. Di urutan pertama ada Brasil, disusul Vietnam dan Kolombia. Namun, dia yakin Indonesia punya kesempatan menyalip negara-negara tersebut untuk menjadi produsen kopi nomor satu di dunia. ’’Karena memang lahannya ada,’’ ujar Jokowi.
Dia mengingatkan, jangan sampai para petani hanya terjebak di lingkungan perkebunan kopi semata. Sebab, nilai tambahnya justru ada pada proses pascapanen hingga sampai ke tangan konsumen. Peluang pascapanen kopi, tutur Jokowi, masih terbuka lebar di dalam negeri. Terlebih, anak-nak muda saat ini semakin gandrung dengan kopi, dan perhatian terhadap kualitas produk maupun pengemasannya.
Presiden juga mendorong para pelaku usaha kopi di tingkat hilir untuk berani berekspansi. Terutama ke pasar mancanegara. Dengan pasar yang ada,peluang kita sangat besar,’’ tambah mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
Sementara itu, Penmain film Filosofi Kopi Chico Jericho mengapresiasi pertemuan tersebut. Terlebih, momennya bertepaan dengan hari kopi internasional. ’’Presiden ingin dengar kegelisahan, apa saja yang terjadi di dalam dunia perkopian ini,’’ ujar Chico usai diskusi. Sebab, bila ingin konsen pada kopi, harus dimulai dari hulu hingga ke hilir.
Di level hilir, industri kopi Indonesia tumbuh pesat. Namun, di hulu, para petani justr khawatir mereka tidak akan mampu melakukan regenerasi. ’’Padahal, anak muda keren juga lho, kalau mau jadi petani kopi. Kan tidak harus setiap hari ke kebun kopi,’’ lanjutnya.
Dia juga sepakat dnegan presiden bahwa kopi Indonesia punya peluang besar di dunia internasional. ’’Yang saya dengar, kita ini negara dengan kopi single origin terbanyak jenisnya di dunia,’’ tambahnya. Itu bisa menjadi modal besar bagi indonesia menguasai pasar kopi dunia. (byu)