![]() |
wiwid arif/magelang ekspres |
Pohon tabebuya atau nama latin chrysotricha ini tertanam di Jalan Pemuda, sebagian Jalan A Yani, dan Jalan Pahlawan. Kemudian, pada tahun ini juga ditanam di kawasan Jalan Soekarno-Hatta, Jalan Tidar, Jalan S Parman, dan Jalan Tentara Pelajar.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Magelang, Machbub Yani Arfian mengatakan, jika di bulan Oktober ini merupakan puncak bermekaran jenis tanaman berbunga ini. Butuh waktu dua tahun, dari pertama ditanam hingga mampu menghasilkan bunga-bunga yang indah.
”Memang jenis tabebuya ini bunganya sangat indah, tapi punya kekurangan karena berbunga hanya satu minggu saja dan langsung rontok, sehingga ini jadi momen yang sangat langka,” kata Machub kepada wartawan, Senin (16/10).
Ia menyebutkan, DLH Kota Magelang tahun ini sudah menanam sebanyak 1.000 pohon tabebuya di titik-titik tertentu. Pohon tersebut dipilih menjadi alternatif perindang di Kota Sejuta Bunga, karena selain berbunga indah, juga kontur akarnya tumbuh ke bawah.
”Sifat akarnya ini tunggang dan tumbuh ke dalam, jadi tidak mengganggu trotoar. Sebagian besar pohon perindang yang sudah berusia tua, kami ganti dengan jenis ini, dengan harapan tidak menimbulkan gelombang jalan,” paparnya.
Kekuatan dahannya juga dianggap lebih baik, ketimbang tanaman keras lainnya. Namun demikian, perawatan dan pemeliharaan harus rutin dilakukan, apalagi jika sudah memasuki musim penghujan.
”Seperti sekarang ini kami gencar kerahkan petugas untuk memantau dan melihat dahan-dahan pohon perindang. Jika keropos atau rentan patah, kami langsung lakukan perabasan,” tandasnya.
Fitriana, salah satu warga Magelang saat ditemui melintas di Jalan Sarwo Edhi Wibowo, mengatakan dirinya mengetahui ada bunga menarik saat masuk Kota Sejuta Bunga dari arah timur.
”Awalnya saya tahu dari media sosial banyak orang yang mengunggah foto-foto bunga yang indah. Setelah saya datangi, ternyata memang benar-benar menyejukkan mata,” akunya. (wid)