foto humas pemkab kebumen |
Bupati mengaku prihatin dengan kondisi para pasien di tempat itu yang jauh dari kata layak. Satu rumah, menampung tak kurang dari 50 ODGJ, yang sebagian masih dalam kondisi dirantai. Sudah begitu, para pasien kotor dan memiliki keterbatasan dalam hal makanan. Namun demikian, Bupati mengaku bisa memahami kondisi tersebut, mengingat selama ini Marsiyo melakukannya seorang diri tanpa bantuan pihak lain.
"Ini karena Pak Marsiyo melakukannya seorang diri tidak ada yang bantu," kata Mohammad Yahya Fuad.
Namun demikian, Mohammad Yahya Fuad mengapresiasi apa yang dilakukan Mbah Marsiyo yang peduli dan tanpa pamrih merawat ODGJ selama 40 tahun terakhir. "Ini luar biasa," kata Yahya Fuad.
Sebagai solusinya, Mohammad Yahya Fuad berjanji akan membangun panti rehabilitasi baru di Kebumen selain yang sudah ada saat ini di Panti Mardiguno Prembun. Untuk kepentingan ini, Yahya Fuad menyebut bekas bangunan lama RSUD agar penanganan ODGJ lebih layak.
Pembangunan panti rehabilitasi baru ini penting, apalagi di tengah pencanangan Kebumen bebas pasung seperti saat ini.
Yahya Fuad berharap panti rehabilitasi ini akan dapat direalisasikan pada tahun 2018 mendatang.
Seperti diberitakan, Marsiyo alias Mbah Marsiyo selama 40 tahun terakhir menampung dan mengobati para ODGJ di rumahnya, Desa Winong Kecamatan Mirit. . Untuk hal ini, Marsiyo tak memungut biaya alias gratis bagi para pasien yang tak hanya dari Kebumen itu.
Namun, metode yang dia gunakan masih sangat tradisional, yakni dengan mengikat kaki pasiennya dengan rantai (pasung). Kisah Mbah Marsiyo yang juga dijuluki raja Orang Gila Mirit karena hidup bersama ODGJ itu, juga sempat menarik perhatian mahasiswa UGM Jogjakarta dan psikolog asal Australia yang berkunjung ke tempat Marsiyo pada Minggu (1/10/2017). (cah)