TRI WIDODO/RASO |
Kecelakaan tunggal tersebut terjadi di jalur Solo-Selo-Borobudur (SSB), Selasa (31/10). Minibus melaku dari arah Selo. Setelah menurunkan seorang penumpang di Dusun Kadipiro, Desa Genting, Kecamatan Cepogo minibus melanjutkan perjalanan.
Tapi, kali ini berbeda. Sekitar pukul 12.00, belasan penumpang yang kesemuanya pedagang Pasar Selo tersebut mencium bau sangit kampas rem. Disusul laju bus tak terkendali. Suasana bertambah mencekam ketika minibus mendekati tikungan dan turunan curam. Para pedagang berteriak histeris.
Rahmat memutuskan banting stir ke kanan. Minibus akhirnya melompati parit, menabrak tebing, kemudian masuk pekarangan. Minibus baru berhenti setelah terguling.
Sujiyem, 44, warga Desa Klero, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang menuturkan, sebelum kecelakaan, dirinya dan penumpang lain mencium bau sangit dari kampas rem.
“Di jalan menurun, penumpang teriak-teriak karena laju minibus kencang sekali. Padahal di depan ada tikungan tajam juga,” ujarnya.
Kekhawatiran penumpang menjadi kenyataan. Minibus oleng kemudian menabrak tebing dan terguling. Benturan dengan benda keras menyebabkan Sujiyem mengalami luka-luka lecet pada bagian tubuhnya.
Penumpang lainnya, Tumi, 45, warga Desa Mliwis, Kecamatan Cepogo lebih parah lagi. Tulang tangan kanannya sampai patah. Pedagang ayam potong ini tak menyangka minibus yang biasa ditumpanginya mengalami kecelakaan.
Tumi sudah curiga ada yang tidak beres dengan minibus tersebut. Sebab, ketika mendekati tikungan di Dukuh Kadipiro, bus malah melaju kencang karena sopir gagal melakukan pengereman.
“Saya dan penumpang lain berteriak- teriak memperingatkan sopir. Namun kata sopir tidak apa- apa. Tahu-tahu bus menghantam tebing ladang,” jelasnya ditemui di ruang IGD RSU Pandan Arang, Boyolali.
Nahas bagi Slamet, 60, warga Dukuh Sambungrejo, Desa Mliwis, Kecamatan Cepogo dan Siti Munjiyah, 55, warga Dukuh Bendosari, Desa/ Kecamatan Cepogo. Keduanya terjepit bodi mobil.
Polisi dibantu warga sekitar cepat memberikan pertolongan. Untuk mengevakuasi Slamet dan Siti, bodi bus yang terguling terlebih dahulu ditarik. Keduanya segera dilarikan ke RSUD Pandan Arang Boyolali. Tapi sayang, nyawa pedagang bumbu dapur dan bunga tabur itu tak terselamatkan. Sedangkan penumpang lain yang mengalami luka ringan dievakuasi ke Puskesmas Cepogo.
Camat Cepogo Agus Darmawan mengakui, jalan di wilayah Cepogo- Selo rawan kecelakaan. Banyak tikungan dan turunan tajam. “Kondisi kendaraan yang melintas harus benar- benar laik jalan. Kecelakaan ini karena bus mengalami rem blong,” kata dia.
Kabid Pelayanan RSUD Pandan Arang Boyolali Budi Ari Wibowo mengatakan, Siti Munjiyah meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit setempat. Sedangkan Slamet meninggal di rumah Sakit.
Sementara itu, sehari sebelumnya, kecelakaan tunggal juga terjadi di jalan Dukuh Puntansari, Desa Suroteleng, Kecamatan Selo. Pikap L300 terjun ke jurang. Tidak ada korban jiwa maupun luka.
Namun, hingga kemarin, pikap belum dievakuasi dari jurang sedalam sepuluh meter. “Saya sudah menyampaikan kejadian ini kepada juragan. Katanya masih menunggu mobil derek,” jelas Nur Solikhin,19, sopir pikap warga Dukuh Kadipiro, Desa Genting, Kecamatan Cepogo. (wid/wa)