NELAYAN Kota Tegal kembali mengadakan Sedekah Laut yang merupakan tradisi turun temurun dari nenek moyang, Senin (2/10). Sedekah Laut, kata Ketua Koperasi Unit Desa (KUD) Karya Mina Hadi Santoso, merupakan simbol ungkapan rasa syukur sekaligus pengharapan dari para nelayan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan penghidupan.
“Tuhan telah memberikan rezeki di laut. Tanpa menanam, kami bisa memanen ikan,” kata Hadi yang saat itu didapuk menjadi ketua panitia. Inti acara Sedekah Laut berlangung sejak Minggu (1/10), diawali Pawai Ancak dengan mengambil rute KUD Karya Mina, Jalan Blanak, Jalan Hang Tuah, Jalan Brigjen Katamso, Jalan Piere Tendean, dan kembali ke KUD.
Malam harinya diadakan tasyakuran dan sebelumnya diadakan hiburan berupa pasar malam dan pagelaran wayang. Pada Selasanya, Sedekah Laut dilanjutkan Ruwatan, Upacara Pelarungan, dan Pelarungan Ancak ke Laut Jawa. Setelah Upacara Pelarungan yang dipimpin sesepuh setempat, warga berebut air Ruwatan dan berharap sebuah keberkahan.
Sedekah Laut ini dihadiri Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Tegal Nursholeh serta anggota Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompinda). Tampak pula para calon Gubernur Jawa Tengah seperti Sudirman Said dan Ferry Juliantono, serta beberapa calon wali kota dan wakil wali kota. Hadi mengatakan, Sedekah Laut diadakan rutin setiap tahun pada bulan Muharam atau Suro.
Tahun ini, ada lima Ancak dari kepala kerbau yang dilarung ke laut dengan menggunakan sekitar 60 kapal, serta dihadiri ribuan warga. Pada praktiknya, sedekah laut meliputi sedekah ke laut dan sedekah dari hasil laut. Sedekah ke laut berupa Pelarungan Ancak, dan sedekah dari laut dengan memberikan santunan kepada anak yatim dan jompo.
“Pelarungan Ancak ini untuk memberikan makan kepada mahluk yang ada di laut, yakni ikan. Kepala kerbau yang dilarung nantinya hancur. Jadi, ini tradisi dan bukan syirik,” kata Hadi. Diungkapkan oleh dia, belakangan, musibah menimpa para nelayan antara lain lima kapal tenggelam, 25 anak buah kapal (ABK) belum ditemukan, dan lima ABK meninggal.
Beberapa waktu lalu, ada seorang nelayan yang menjadi korban penembakan. Hadi menyampaikan, pada kesempatan ini, nelayan memohon kepada Tuhan agar selalu diberikan keselamatan, terutama saat melaut. Nelayan berharap mendapatkan penghasilan banyak dan rezeki yang didapat bisa bermanfaat untuk keluarga serta masyarakat sekitar.
Plt Wali Kota Tegal Nursholeh dan anggota Forkompinda mengikuti Pelarungan Ancak dengan menggunakan Kapal Motor Ekor Kuning. Nursholeh dalam sambutannya mengemukakan, sebagai Kota Bahari, Sedekah Laut merupakan kekayaan tradisi yang harus terus dilestarikan. Selain itu, Sedekah Laut menjadi ajang persatuan nelayan.
“Ungkapan rasa syukur agar terus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari dengan berdoa kepada Allah. Semoga hasil tangkapan nelayan terus melimpah,” ujar Nursholeh. (nam/ela)
“Tuhan telah memberikan rezeki di laut. Tanpa menanam, kami bisa memanen ikan,” kata Hadi yang saat itu didapuk menjadi ketua panitia. Inti acara Sedekah Laut berlangung sejak Minggu (1/10), diawali Pawai Ancak dengan mengambil rute KUD Karya Mina, Jalan Blanak, Jalan Hang Tuah, Jalan Brigjen Katamso, Jalan Piere Tendean, dan kembali ke KUD.
Malam harinya diadakan tasyakuran dan sebelumnya diadakan hiburan berupa pasar malam dan pagelaran wayang. Pada Selasanya, Sedekah Laut dilanjutkan Ruwatan, Upacara Pelarungan, dan Pelarungan Ancak ke Laut Jawa. Setelah Upacara Pelarungan yang dipimpin sesepuh setempat, warga berebut air Ruwatan dan berharap sebuah keberkahan.
Sedekah Laut ini dihadiri Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Tegal Nursholeh serta anggota Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompinda). Tampak pula para calon Gubernur Jawa Tengah seperti Sudirman Said dan Ferry Juliantono, serta beberapa calon wali kota dan wakil wali kota. Hadi mengatakan, Sedekah Laut diadakan rutin setiap tahun pada bulan Muharam atau Suro.
Tahun ini, ada lima Ancak dari kepala kerbau yang dilarung ke laut dengan menggunakan sekitar 60 kapal, serta dihadiri ribuan warga. Pada praktiknya, sedekah laut meliputi sedekah ke laut dan sedekah dari hasil laut. Sedekah ke laut berupa Pelarungan Ancak, dan sedekah dari laut dengan memberikan santunan kepada anak yatim dan jompo.
“Pelarungan Ancak ini untuk memberikan makan kepada mahluk yang ada di laut, yakni ikan. Kepala kerbau yang dilarung nantinya hancur. Jadi, ini tradisi dan bukan syirik,” kata Hadi. Diungkapkan oleh dia, belakangan, musibah menimpa para nelayan antara lain lima kapal tenggelam, 25 anak buah kapal (ABK) belum ditemukan, dan lima ABK meninggal.
Beberapa waktu lalu, ada seorang nelayan yang menjadi korban penembakan. Hadi menyampaikan, pada kesempatan ini, nelayan memohon kepada Tuhan agar selalu diberikan keselamatan, terutama saat melaut. Nelayan berharap mendapatkan penghasilan banyak dan rezeki yang didapat bisa bermanfaat untuk keluarga serta masyarakat sekitar.
Plt Wali Kota Tegal Nursholeh dan anggota Forkompinda mengikuti Pelarungan Ancak dengan menggunakan Kapal Motor Ekor Kuning. Nursholeh dalam sambutannya mengemukakan, sebagai Kota Bahari, Sedekah Laut merupakan kekayaan tradisi yang harus terus dilestarikan. Selain itu, Sedekah Laut menjadi ajang persatuan nelayan.
“Ungkapan rasa syukur agar terus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari dengan berdoa kepada Allah. Semoga hasil tangkapan nelayan terus melimpah,” ujar Nursholeh. (nam/ela)