IMAM/EKSPRES |
Apa yang telah dilakukan oleh PK memang harus dipertanggungjawabkan di hadapan hukum. Pasalnya, setiap orang yang bersalah atau melakukan kejahatan, terlebih telah menghilangkan nyawa seseorang memang harus menerima hukuman yang setimpal. Kendati demikian sebagai seorang manusia biasa, apa yang dialami oleh PK sungguh membuat mengelus dada. “Saya memberi bantuan kebutuhan bayi. Ini hanya sekedar untuk meringankan bebannya saat ini,” tuturnya, beberapa waktu lalu.
Saat di temui Ekspres PK pun menceritakan banyak hal. Penuturan ibu keturunan Jepang tersebut memang cukup memilukan. Saat ditangkap Jajaran Kepolisian Polres Kebumen, PK sendiri tengah mengandung tujuh bulan anak keduanya. PK yang merupakan seorang perawat ditangkap karena merupakan pelaku otak pembunuhan Basiyem. “Saya sangat menyesal dengan apa yang sudah terjadi, awalnya saya hanya ingin menyakiti saja. Sebab saya sakit hati dengan kata-katanya,” terangnya.
Setelah ditangkap PK pun harus merasakan dinginnya jeruji besi penjara. Waktu semakin berjalan dan umur kandungannya pun semakin kian menua. Saat waktu melahirkan tiba, PK dibawa ke RSUD Dr Soedirman untuk menjalani persalinan. “Meski belum divonis, namun saya telah mendapatkan sanksi sosial, setiap orang memandang saya dengan penuh kebencian,” paparnya.
Setiap seorang istri selalu berharap suaminya berada di sampingnya saat proses melahirkan. Namun hal itu tidak dapat dirasakan oleh PK saat melahirkan 12 Agustus 2017. Bahkan PK mengaku ditinggal sendirian di kamar bersalin rumah sakit. Setiap kali kontraksi, PK hanya dapat berteriak-teriak sendirian tanpa teman.
Bahkan saat hendak membuang hajat (BAB) PK tidak dapat berjalan ke kamar mandi. Kondisi payah menahan sakit hendak melahirkan membuat PK terpaksa BAB di ranjang. Kendati telah menunggu lama dalam kepayahan, namun sang jabang bayi belum juga kunjung mau keluar dari rahimnya.
Merasa risih di ranjang, PK terpaksa berjalan menuju kamar mandi sendirian dengan susah payah sembari menahan sakit. “Saya membersihkan diri, namun saat membuka kaki, saya melihat kepala bayi. Saya berteriak-teriak namun mungkin perawat tidak ada yang mendengar,” kenangnya.
Meski dalam kepayahan PK terap berusaha sebisa mungkin. Dengan tangan kanannya sendiri PK memegang kepala bayi yang dari rahimnya. Sementara tangan dirinya berusaha sebisa mungkin menjaga keseimbangan tubuhnya. Beruntung meski sendirian bayi yang dilahirkan dapat selamat. Teriakan minta tolong PK ditambah kerasnya tangisan bayi, rupanya terdengar oleh perawat. “Saat itulah perawat datang dan memberi pertolongan,” paparnya.
Perawat pun langsung mengurus bayi, mengambil gunting dan memotong tali pusar. Sementara plasenta bayi masih berada di rahim. Dengan tubuh yang payah setelah melahirkan, PK berjalan tertatih-tatih menuju ranjang, sementara gunting yang digunakan untuk memotong tali pusar bayi masih mengantung di antara kedua kakinya. “Saya berjala dengan gunting masih menggatung di selakangan, sementara plasenta belum keluar,” paparnya, sembari tetap berusaha tersenyum meski matanya terlihat berkaca-kaca.
Setelah proses melahirkan selesai, PK kembali ke tahanan, sementara bayinya dititipkan kepada sanak saudaranya. Nurani seorang ibu yang tidak dapat bertemu dengan anaknya setelah melahirkan membuatnya merasakan kesedihan teramat sangat.
Selain itu karena tidak disusu, payudaranya pun terasa sakit dan bengkak. PK pun pingsan karena tidak kuat menghadapi penderitaan fisik dan psikis dalam waktu yang bersamaan. Beruntungnya Kepala Rutan Kebumen Soetopo Berutu Amd IP SSos MS berbaik hati, dan memperbolehkan PK bersama dengan anaknya. Hal itu dilakukan atas permintaan PK sendiri.
Saat ini sebagai orang yang menyusui, PK sebetulnya membutuhkan banyak asupan gizi. Selain itu beberapa makanan dan perlengkapan bayi juga sangat dibutuhkan. Namun pihaknya tidak dapat berbuat apa-apa. Jika terlalu banyak mengeluh, bisa jadi PK justru tidak diijinkan membawa anaknya turut serta bersamanya. “Wanita mana pun kalau sedang menyusui akan sangat cepat lapar, namun di sini saya tidak bisa apa-apa. Saya berterima kasih sekali dengan kepala rutan yang telah memberikan kesempatan terbaik ini,” katanya, dengan tetap berusaha tegar dan tersenyum meski tetap terlihat sedih.
Terpisah Karutan Kebumen Soetopo Berutu Amd IP SSos MS menyampaikan, melihat kasusnya, PK mungkin akan dihukum berat dan tidak dipenjara di Kebumen. Selain itu belum tentu juga pihak penjara mengijinkan PK bersama dengan anaknya. Untuk itu atas dasar kemanusiaan PK diijinkan bersama dengan bayinya. “Hanya ini kesempatan yang dia punya. Nanti saat menjalani hukuman PK akan berpisah dalam waktu yang lama dengan anaknya,” terasnya.
Sementara itu Pengacara Lilik Pujiharto SH berharap adanya keringanan hukuman bagi PK. Selain sangat kooperatif PK juga mempunyai anak kecil dan bahkan baru berumun 3 bulan.
Lebih kasihan lagi melihat nasib anaknya yang harus berpisah dengan kedua orang tuanya, sebab suami PK sendiri statusnya sama yakni turut serta melakukan pembunuhan kepada Basiyem. “Yang salah memang harus dihukum, namun melihat apa yang dialami dan terdakwa selalu kooperatif mudah-mudahan hakim meringankan hukumannya,” ucapnya. (mam)