![]() |
IMAM/EKSPRES |
Cuaca buruk saat ini, disebut dengan Siklon Tropis Cempaka. Dari beberapa sumber menyebutkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah memantau lahirnya siklon (badai) Tropis cempaka. Badai akan terjadi Selatan Pulau Jawa. Sedangkan bibit Siklon tropis di barat daya Bengkulu. Bahkan BMKG sendiri memprediksi jika Siklon Tropis Cempaka akan menyebabkan hujan lebat disertai angin kencang di wilayah Indonesia. Adapun cuaca ekstrem terjadi selama tiga hari yakni Senin (26/11) hingga Rabu (29/11/2017).
Dari pantauan Ekspres di lapangan, sejumlah nelayan di wilayah Kabupaten Kebumen memang tidak melaut. Angin di Pesisir Selatan tampak bertiup lebih kencang dari biasanya. Kendati demikian terdapat pula beberapa nelayan yang tetap melaut. Sebab selain memang butuh penghasilan, para nelayan juga telah paham akan kondisi lautan.
Beberapa nelayan yang tidak berani melaut diantaranya Menganti, Karangduwur dan Tanggulangin. Sedangkan nelayan yang tetap berangkat diantaranya Jetis, Pasir, dan Logending. Nelayan Tanggulangin telah tidak melaut lebih dari seminggu. Sementara untuk nelayan Menganti tidak melaut mulai dari tiga hari kebelakang.
Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kebumen Saman menyampaikan, apa yang terjadi saat ini sebetulnya telah terdapat pada Pranata Mangsa (penentuan musim pada perhitungan Jawa). Untuk itu para nelayan tidak kaget dengan adanya kondisi cuaca tersebut. “Secara perhitungan Pranata Mangsa, memang saat ini cuaca sedang demikian,” tuturnya.
Dijelaskannya, para nelayan dalam menjalakan pekerjaannya selalu menggunakan perhitungan Pranata Mangsa dan ramalan cuaca dari BMKG. Pranata Mangsa merupakan bagian dari kearifan lokal yang menjadi pegangan para nelayan. “Angin dan ombak sedang besar, namun bagi nelayan yang telat terbiasa hal itu umum terjadi. Saat ini yang terjadi yakni ombak banyak pecah di tengah,” paparnya.
Menurutnya, perhitungan pranata mangsa saat ini memasuki masa kanem kepitu (masa enam masuk tujuh). Saat ini angin bertiup dari arah Barat Daya. Pada masa ini umumnya nelayan di Kebumen rata-rata tidak bisa masuk ke laut. Namun untuk nelayan di Jetis, Pasir dan Logending justru saat inilah mereka bisa melaut. Sedangkan jika angin bergerak dari Arah Timur, maka nelayan yang saat ini bisa berangkat besok akan kesulitan melaut. “itulah uniknya Kebumen,” paparnya.
Dalam keselamatan kali ini Saman menghimbau kepada para nelayan untuk hati-hati. Jika awan di atas Pulau Nusa Kambangan menghitam maka para nelayan harus segara mendarat. Sebab jika awan di atas Pulau Nusa Kambangan telah menghitam maka itu pertanda akan datangnya badai. “Jika awan hitam muncul di atas Pulau Nusa Kambangan segara mendarat. Laut sedang tidak aman untuk para nelayan,” ucapnya. (mam)
Beberapa nelayan yang tidak berani melaut diantaranya Menganti, Karangduwur dan Tanggulangin. Sedangkan nelayan yang tetap berangkat diantaranya Jetis, Pasir, dan Logending. Nelayan Tanggulangin telah tidak melaut lebih dari seminggu. Sementara untuk nelayan Menganti tidak melaut mulai dari tiga hari kebelakang.
Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kebumen Saman menyampaikan, apa yang terjadi saat ini sebetulnya telah terdapat pada Pranata Mangsa (penentuan musim pada perhitungan Jawa). Untuk itu para nelayan tidak kaget dengan adanya kondisi cuaca tersebut. “Secara perhitungan Pranata Mangsa, memang saat ini cuaca sedang demikian,” tuturnya.
Dijelaskannya, para nelayan dalam menjalakan pekerjaannya selalu menggunakan perhitungan Pranata Mangsa dan ramalan cuaca dari BMKG. Pranata Mangsa merupakan bagian dari kearifan lokal yang menjadi pegangan para nelayan. “Angin dan ombak sedang besar, namun bagi nelayan yang telat terbiasa hal itu umum terjadi. Saat ini yang terjadi yakni ombak banyak pecah di tengah,” paparnya.
Menurutnya, perhitungan pranata mangsa saat ini memasuki masa kanem kepitu (masa enam masuk tujuh). Saat ini angin bertiup dari arah Barat Daya. Pada masa ini umumnya nelayan di Kebumen rata-rata tidak bisa masuk ke laut. Namun untuk nelayan di Jetis, Pasir dan Logending justru saat inilah mereka bisa melaut. Sedangkan jika angin bergerak dari Arah Timur, maka nelayan yang saat ini bisa berangkat besok akan kesulitan melaut. “itulah uniknya Kebumen,” paparnya.
Dalam keselamatan kali ini Saman menghimbau kepada para nelayan untuk hati-hati. Jika awan di atas Pulau Nusa Kambangan menghitam maka para nelayan harus segara mendarat. Sebab jika awan di atas Pulau Nusa Kambangan telah menghitam maka itu pertanda akan datangnya badai. “Jika awan hitam muncul di atas Pulau Nusa Kambangan segara mendarat. Laut sedang tidak aman untuk para nelayan,” ucapnya. (mam)
Berita Terbaru :
- Siswa TK IT Ulil Albab Diajak Kenal Polisi Lebih Dekat
- 395 Siswa MAN 2 Kebumen Resmi Dilepas
- Hutan Kota, Lokasi yang Digadang Jadi Paru-paru Kota Kebumen
- Polres Kebumen Gelar Panen Raya Jagung di Mirit
- Wabup Zaeni Miftah Jadi Guru Dadakan di SMA Negeri 1 Pejagoan
- Cegah Stunting, Pemkab Kebumen Kampanyekan Gemar Makan Ikan
- Kepengurusan BPC HIPMI Kebumen Periode 2025-2028 Dilantik