ZULFIA ANITA/Padang-Ekspres |
Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Divhumas Polri Brigjen Rikwanto menjelaskan, Minggu pukul 02.45 personil piket Polres mengetahui adanya kebakaran yang berasal dari gedung bagian belakang. Upaya untuk pemadaman api dilakukan, sembari menghubungi pemadam kebakaran. ”Kemungkinan api dimulai dari ruang Siwas atau ruang Sitipol Polres,” ujarnya.
Sekitar pukul 03.00 petugas pemadam kebakaran telah tiba dan berupaya untuk menjinakkan api. Petugas pemadam kebakaran mengitari gedung dalam menyiramkan air. Salah satu petugas pemadam kebakaran kaget melihat dua orang berpakaian hitam yang berada di lingkungan Polres. ”Apalagi, keduanya membawa busur,” tuturnya.
Petugas pemadam kebakaran melaporkan pada petugas Polres yang juga turut membantu pemadaman. Saat kebakaran belum padam, petugas mencoba untuk mengamankan kedua orang berpakaian hitam dengan bersenjata busur itu. ”Namun, mereka justru melawan,” paparnya.
Kedua terduga teroris itu menembakkan busur ke arah petugas. Petugas memberikan peringatan agar keduanya menyerah dengan menembakkan peluru ke udara. ”Tapi, keduanya tidak peduli, justru tetap menyerang petugas Polres,” ujarnya Rikwanto kemarin.
Petugas Polres dengan terpaksa melumpuhkan keduanya. Akhirnya, keduanya bisa dilumpuhkan, namun sayang justru meninggal dunia di lokasi. ”Belum diketahui identitas keduanya,” jelasnya.
Namun, ditemukan sejumlah barang yang menuntun petugas untuk berasumsi bahwa keduanya merupakan anggota kelompok teror. Yakni, secarik kertas bertulisakan pesan jihad berjudul ”Saudara Kalian Abu Azzam Al Khorbily 21 Safar 1439 di Bumi Allah”. ”Ditemukan pula satu busur panah, delapan buah anak panah, 2 sangkur, sebuah pisau dan sepasang sarung tangan hitam,” tuturnya.
Apakah kedua terduga teroris ini yang membakar Polres Dharmasraya? Rikwanto mengaku belum ada kesimpulan semacam itu. Kebakaran itu memang benar adanya, tapi apakah kedua terduga teroris yang membakar masih didalami. ”Belum diketahui,” jelasnya.
Selama ini kantor polisi memang menjadi sasaran empuk kelompok teror, Juli 2016 lalu Polres Solo mengalami serangan teror berupa bom bunuh diri dengan menggunakan sepeda motor. Petugas mengalami luka-luka dalam kejadian tersebut dan pelaku teror tewas terkena bomnya sendiri.
Pada Juni 2017, Polda Sumatera Utara (Sumut) juga diserang dua terduga teroris bersenjata pisau. Seorang petugas piket tewas karena digorok terduga teroris. Akhirnya, kedua terduga teroris itu tewas terkena timah panah petugas.
Sementara Pengamat Terorisme Al Chaidar menuturkan, untuk dugaan pembakaran Polres oleh kelompok teror merupakan modus baru. Biasanya, terduga teroris itu menyerang aparatnya. ”Dilihat dari modusnya memang kemungkinan besar merupakan aggota kelompok teroris,” jelasnya.
Ada sejumlah kesamaan antara penyerangan di Polres Dharmasraya dengan aksi teror di tempat lainnya. Diantaranya, kelompok teror menyerang kantor polisi atau polisinya serta, penyerang menggunakan apapun sebagai senjata baik pisau dan panah. ”Ini cocok dengan himbauan petinggi ISIS,” ujarnya.
Beberapa waktu lalu, memang petinggi ISIS di Filipina menyebarkan video agar semua yang telah berbaiat pada Abu Bakar Al Baghdadi untuk melakukan aksi teror dengan cara apapun. Bahkan, peralatan sehari- hari seperti pisau, kapak dan lainnya bisa digunakan dalam aksi teror. ”Ya, itu yang selam aini terjadi,” jelasnya. (idr)