JAKARTA - Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antaragama dan Peradaban Din Syamsuddin tidak sepenuhnya setuju dengan larangan mengambil foto di lingkungan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.
Dia menuturkan dulu pernah ada pelarangan untuk mengambil foto di dalam dua masjid tersebut. Tapi, kemudian diperbolehkan.
”Maka sebaiknya jangan dilarang lagi harusnya dibolehkan, cuma pesannya jangan sampai berselfie ria kemudian tidak khusyuk ibadah,” ungkap Din di Istana Wakil Presiden, kemarin (24/11). Dia pun menuturkan pernah berswafoto di depan Kakbah yang ada di dalam Masjidil Haram. ”Saya biasa kalau umroh saya biasa selfie di depan kabah. Ada bukti ada fotonya ini,” imbuh mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah itu.
Dia menuturkan memang ada jamaah umrah yang berlebihan saat menjalankan ibadah. Dia pernah melihat sendiri ada jamaah yang sedang tawaf. Bukanya khusuk berdoa, tapi malah sibuk selfie.
”Itu ada benarnya (berlebihan, Red), tapi kalo dibatalkan sama sekali jangan. Karena perlu ada bukti monumental, karena depan ka’bah itu bagus sekali,” imbuh Din.
Dia menyarankan agar peringatan pelarangan berfoto lingkungan Masjid Nabawi dan Masjidil Haram itu sebagai pengingat bagi calon jamaah. Dia menyarankan agar sekali saja foto untuk mengabadikan momen tersebut. ”Sekali aja lho. Pas mulai, jangan di tengah ibadah,” jelas dia.
Pemberitahuan larangan berfoto di lingkungan Masjidil Haram dan Majid Nabawi itu tertuang dalam nota diplomatik dari Kementerian Luar Negeri Kerajaan Arab Saudi kepada seluruh perwakilan terakreditasi di Kerejaan Arab Saudi. Nota diplomatik bernomor 8/8/057040 itu tertanggal 15 November 2017.
Terkait nota tersebut, Din mengungkapkan hingga kemarin dia belum tahu. Menurut dia, tanggapan terhadap hal tersebut tidak perlu sampai melibatkan presiden. Cukup melalui para pemberitaan media. ”Ini lewat media aja nanti Raja Salman dengar,” kata dia lantas tersenyum.
Wakil Ketua Umum MUI Jainut Tauhid Sa’adi berpendapat lain. Dia menuturkan larangan berfoto atau selfie di Masjidilharam maupun Masjid Nabawi bisa dipahami. Diantaranya adalah mengurangi gangguan kepada jamaah lain. Selain itu juga menghindarkan diri dari sifat riya atau pamer saat beribadah.
Dia mengatakan menghindari pamer dalam berhaji atau umrah itu sangat penting. Zainut menuturkan niat menjalankan ibadah haji atau umrah itu adalah untuk Allah. Dia khawatir dengan seringnya berfoto di dalam Masjidilharam atau Masjid Nabawi, mengurngi kadar keikhlasan beribadah.
Dari sisi adab, Zainut mengatakan larangan berfoto di Masjidilharam dan Masjid Nabawi juga penting. Dia menuturkan dua tempat itu adalah lokasi yang sangat dimuliakan oleh Allah dan Rasulnya. Bahkan di Masjid Nabawi terdapat makam Nabi Muhammad. ’’Sebagai tamu, tentu harus menjaga adab, akhlak, dan sopan-santun,’’ jelasnya. (jun/wan)
Dia menuturkan dulu pernah ada pelarangan untuk mengambil foto di dalam dua masjid tersebut. Tapi, kemudian diperbolehkan.
”Maka sebaiknya jangan dilarang lagi harusnya dibolehkan, cuma pesannya jangan sampai berselfie ria kemudian tidak khusyuk ibadah,” ungkap Din di Istana Wakil Presiden, kemarin (24/11). Dia pun menuturkan pernah berswafoto di depan Kakbah yang ada di dalam Masjidil Haram. ”Saya biasa kalau umroh saya biasa selfie di depan kabah. Ada bukti ada fotonya ini,” imbuh mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah itu.
Dia menuturkan memang ada jamaah umrah yang berlebihan saat menjalankan ibadah. Dia pernah melihat sendiri ada jamaah yang sedang tawaf. Bukanya khusuk berdoa, tapi malah sibuk selfie.
”Itu ada benarnya (berlebihan, Red), tapi kalo dibatalkan sama sekali jangan. Karena perlu ada bukti monumental, karena depan ka’bah itu bagus sekali,” imbuh Din.
Dia menyarankan agar peringatan pelarangan berfoto lingkungan Masjid Nabawi dan Masjidil Haram itu sebagai pengingat bagi calon jamaah. Dia menyarankan agar sekali saja foto untuk mengabadikan momen tersebut. ”Sekali aja lho. Pas mulai, jangan di tengah ibadah,” jelas dia.
Pemberitahuan larangan berfoto di lingkungan Masjidil Haram dan Majid Nabawi itu tertuang dalam nota diplomatik dari Kementerian Luar Negeri Kerajaan Arab Saudi kepada seluruh perwakilan terakreditasi di Kerejaan Arab Saudi. Nota diplomatik bernomor 8/8/057040 itu tertanggal 15 November 2017.
Terkait nota tersebut, Din mengungkapkan hingga kemarin dia belum tahu. Menurut dia, tanggapan terhadap hal tersebut tidak perlu sampai melibatkan presiden. Cukup melalui para pemberitaan media. ”Ini lewat media aja nanti Raja Salman dengar,” kata dia lantas tersenyum.
Wakil Ketua Umum MUI Jainut Tauhid Sa’adi berpendapat lain. Dia menuturkan larangan berfoto atau selfie di Masjidilharam maupun Masjid Nabawi bisa dipahami. Diantaranya adalah mengurangi gangguan kepada jamaah lain. Selain itu juga menghindarkan diri dari sifat riya atau pamer saat beribadah.
Dia mengatakan menghindari pamer dalam berhaji atau umrah itu sangat penting. Zainut menuturkan niat menjalankan ibadah haji atau umrah itu adalah untuk Allah. Dia khawatir dengan seringnya berfoto di dalam Masjidilharam atau Masjid Nabawi, mengurngi kadar keikhlasan beribadah.
Dari sisi adab, Zainut mengatakan larangan berfoto di Masjidilharam dan Masjid Nabawi juga penting. Dia menuturkan dua tempat itu adalah lokasi yang sangat dimuliakan oleh Allah dan Rasulnya. Bahkan di Masjid Nabawi terdapat makam Nabi Muhammad. ’’Sebagai tamu, tentu harus menjaga adab, akhlak, dan sopan-santun,’’ jelasnya. (jun/wan)