KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Pemkab Kebumen mendorong masyarakat beralih konsumsi pangan lokal seperti singkong, ubi jalar, gayong, dan umbi-umbian lain. Hal itu disampaikan Asisten Sekda Tri Haryono, membacakan sambutan tertulis Bupati Kebumen pada acara Rakor Ketahanan Pangan Kabupaten Kebumen, belum lama ini.
Selain itu, Pemkab Kebumen juga menggalakkan gerakan penganekaragaman konsumsi pangan dengan bahan baku lokal. Hal ini dilakukan menyusul belum beragamnya pola konsumsi gizi seimbang, masyarakat. "Sehingga ketergantungan terhadap beras bertahap dapat berkurang," kata Tri Haryono, membacakan sambutan bupati.
Untuk mempercepat tujuan ini, kata Tri Haryono, telah dilaksanakan inovasi one day no rice alias sehari tanpa nasi yang diluncurkan sejak Mei 2016. Setiap hari Jumat semua acara tidak menggunakan konsumsi yang berbahan baku beras.
Dengan masih adanya kerawanan pangan utamanya rawan pangan kronis (kekurangan gizi) yang disebabkan oleh ketidakmampuan daya beli sebagai akibat kemiskinan, maupun minimnya pengetahuan tentang pola makan sehat perlu diatasi secara bersama-sama.
Sehingga angka kemiskinan di Kebumen dapat dikurangi. "Termasuk mengurangi kebiasaan merokok dan dialihkan untuk makanan sumber gizi sehingga berdampak positif pada ketahanan pangan," ujarnya, seraya menambahkan, rapat koordinasi bertujuan untuk meningkatkan koordinasi semua stakeholder ketahahan pangan.
Sementara itu, tingkat ketergantungan masyarakat Kebumen pada bahan pangan beras masih tinggi. Hal ini mengakibatkan pola konsumsi pangan masyarakat tidak berimbang, belum sesuai dengan dengan pola pangan harapan (PPH).
Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distapang) pola konsumsi padi-padian cukup tinggi yang mencapai 311,1/gram/kap/hari. Sedangkan idealnya adalah 275,0 gram/kap/hari. Hal serupa pada konsumsi beras 272,0 gram/kap/hari dari jumlah ideal 249,4/gram/kap/hari.
Hal ini berbalik dengan tingkat konsumsi umbi-umbian dan pangan hewani seperti daging ruminanisa, daging unggas, telur, susu dan ikan. Konsumsi daging unggas misalnya hanya 12,6 gram/kap/hari. Padahal idelanya 18,7 gram/kap/hari. Begitu juga konsumsi buah, kacang, juga kurang.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan, Pudji Rahaju, mengatakan perlu peningkatan dan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan melalui pengembangan kawasan rumah pangan lestari. Serta optimalisasi pemanfaatan pekarangan dengan pemberdayaan kelompok wanita.
Dalam rakor itu, persoalan yang teridentifikasi adalah di tengah surplusnya beras tiap tahun, bahan pangan lain seperti kacang, kedelai, ubi jalar masih minus. Selain itu, masih adanya penggunaan bahan tambahan makanan yang membahayakan seperti formalin dan pewarna tekstil.(ori)
Selain itu, Pemkab Kebumen juga menggalakkan gerakan penganekaragaman konsumsi pangan dengan bahan baku lokal. Hal ini dilakukan menyusul belum beragamnya pola konsumsi gizi seimbang, masyarakat. "Sehingga ketergantungan terhadap beras bertahap dapat berkurang," kata Tri Haryono, membacakan sambutan bupati.
Untuk mempercepat tujuan ini, kata Tri Haryono, telah dilaksanakan inovasi one day no rice alias sehari tanpa nasi yang diluncurkan sejak Mei 2016. Setiap hari Jumat semua acara tidak menggunakan konsumsi yang berbahan baku beras.
Dengan masih adanya kerawanan pangan utamanya rawan pangan kronis (kekurangan gizi) yang disebabkan oleh ketidakmampuan daya beli sebagai akibat kemiskinan, maupun minimnya pengetahuan tentang pola makan sehat perlu diatasi secara bersama-sama.
Sehingga angka kemiskinan di Kebumen dapat dikurangi. "Termasuk mengurangi kebiasaan merokok dan dialihkan untuk makanan sumber gizi sehingga berdampak positif pada ketahanan pangan," ujarnya, seraya menambahkan, rapat koordinasi bertujuan untuk meningkatkan koordinasi semua stakeholder ketahahan pangan.
Sementara itu, tingkat ketergantungan masyarakat Kebumen pada bahan pangan beras masih tinggi. Hal ini mengakibatkan pola konsumsi pangan masyarakat tidak berimbang, belum sesuai dengan dengan pola pangan harapan (PPH).
Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distapang) pola konsumsi padi-padian cukup tinggi yang mencapai 311,1/gram/kap/hari. Sedangkan idealnya adalah 275,0 gram/kap/hari. Hal serupa pada konsumsi beras 272,0 gram/kap/hari dari jumlah ideal 249,4/gram/kap/hari.
Hal ini berbalik dengan tingkat konsumsi umbi-umbian dan pangan hewani seperti daging ruminanisa, daging unggas, telur, susu dan ikan. Konsumsi daging unggas misalnya hanya 12,6 gram/kap/hari. Padahal idelanya 18,7 gram/kap/hari. Begitu juga konsumsi buah, kacang, juga kurang.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan, Pudji Rahaju, mengatakan perlu peningkatan dan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan melalui pengembangan kawasan rumah pangan lestari. Serta optimalisasi pemanfaatan pekarangan dengan pemberdayaan kelompok wanita.
Dalam rakor itu, persoalan yang teridentifikasi adalah di tengah surplusnya beras tiap tahun, bahan pangan lain seperti kacang, kedelai, ubi jalar masih minus. Selain itu, masih adanya penggunaan bahan tambahan makanan yang membahayakan seperti formalin dan pewarna tekstil.(ori)