Bupati Kebumen, Mohammad Yahya Fuad, pun mengaku penasaran mengapa hal itu bisa terjadi. "Setelah kami lihat langsung ke lapangan, ternyata hanya sekitar 10 persen saja yang tepat sasaran," ujar Yahya Fuad, belum lama ini.
Dalam beberapa kasus, kata dia, bantuan diberikan tanpa pendampingan sehingga keberlangsungannya tidak bisa dipastikan. Seperti misalnya, pemberian bantuan ternak. Karena berbagai alasan, banyak diantara warga penerima bantuan malah menjual ternak-ternak tersebut karena tidak ada monitoring. "Belum lagi penerima bantuan memang tidak menguasai peternakan jadi mereka memilih menjualnya di tengah jalan," katanya.
Ke depan, Mohammad Yahya Fuad berharap hal itu tidak terjadi lagi. Dalam catatannya, ada sekitar 80 ribu rumah tangga miskin di Kebumen atau ada pada kisaran 19 persen. Angka kemiskinan di Kebumen masih lebih tinggi dari Jawa Tengah yang ada pada kisaran 13 persen.
"Saat ini kita tengah mengupayakan mencari data riil di lapangan terkait berapa sebenarnya jumlah RTM miskin di Kebumen. Dalam pendataan itu sekaligus akan ditemukan bantuan apa yang tepat untuk mereka. Proses selanjutnya, saat sudah diberikan bantuan akan ada tim pendamping yang kami rencanakan ada 78 orang di luar yang sudah ada saat ini," katanya.
Yahya Fuad berharap, langkah tersebut akan menjadi roadmap untuk mengurangi angka kemiskinan di Kebumen. Diharapkan dalam tiga tahun kedepan angka kemiskinan bisa berkurang hingga menyentuh angka 11 persen atau ada pengurangan sebesar minimal 7 persen. (cah)
