SRI PUTJIWATI/RADAR KUDUS |
Korban beserta anaknya mengalami luka serius di sekujur tubuhnya. Keduanya langsung meninggal dunia. Selanjutnya dibawa ke RSUD RAA Soewondo. Petugas polisi melakukan olah TKP. Tidak ada tanda-tanda kekerasan. Korban meninggal murni terjun dari lantai 11.
Korban selesai diotopsi dari RSUD RAA Soewondo sekitar pukul 13.00. Namun, terjadi hujan sangat lebat.
Di sisi lain, suasana duka terlihat di halaman rumah korban di Dukuh Baran, Desa Sidoharjo, Kecamatan Kota. Ada dua tenda dan puluhan kursi dipasang di halaman rumahnya.
Beberapa tetangganya melayat. Keluarganya sibuk membeli keperluan pemakaman. Jenazah yang dimakamkan secara Kristen oleh keluarganya.
Pemakaman kedua korban dilakukan sekitar pukul 15.30. Pemakaman korban diiringi keluarga, tetangga, dan temannya.
Keluarganya tertutup. Termasuk, suaminya. Arif, 59, salah satu pensiunan PNS di Bumi Mina Tani memilih bungkam.
Berdasarkan informasi, dua tahun lalu korban menikah dengan Arif. Mereka tinggal di rumah kontrakan di Kecamatan Margorejo. Sedangkan, Desa Sidoharjo ini rumahnya orang tua Sulistyani.
Ketua RT 3 RW 2, Dukuh Baran, Desa Sidoharjo, Kota, Andi Guretno mengatakan, tidak mengetahui pasti motif apa dari korban sehingga bunuh diri dari lantai 11. Namun, suami korban sempat bercerita kepadanya. Sebelum kejadian sekitar pukul 05.45 korban bersama anaknya ingin membeli bubur di belakang Polsek Margorejo.
“Suami korban bercerita bahwa korban pamit membeli bubur. Korban sempat meminta Pak Arif mengantarkan membeli bubur. Namun, Pak Arif tidak mau karena lagi tidak enak badan sehingga korban pergi sendirian bersama anaknya. Selang beberapa menit itu polisi mendatangi Pak Arif dan memberikan kabar peristiwa itu,” jelasnya.
Sementara itu, salah satu tetangga lainnya mengaku, korban orangnya baik. Namun selama ini tertutup baik korban maupun keluarganya. Korban merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Ibunya korban merupakan penjual makanan.
Selesai kuliah, korban bekerja di beberapa tempat. Tiba-tiba diketahui menikah tanpa ada perayaan apapun. Suaminya ini berasal dari Bandung, Jawa Barat
Korban diketahui terjatuh dari lantai 11 Hotel Safin Pati sekitar pukul 06.15. Sebelum diketahui meninggal, korban masuk hotel sempat ditegur oleh satpam. Korban menjawab ingin masuk ke hotel usai jalan-jalan dari luar. Korban terjun dari lantai 11 di timur hotel.
“Ketika mendapatkan informasi, kami langsung menuju TKP dan melakukan olah TKP. Petugas Puskesmas Pati turut hadir. Ketika olah TKP di parkiran sekitar hotel menemukan sepeda motor yang dikendarai korban dan di dalam jok ada beberapa surat penting dengan identitas suami korban sehingga kami langsung mencari suami korban,” kata Kapolres Pati AKBP Maulana Hamdan melalui Kabag Ops Kompols Sundoyo.
General Manager Hotel Safin Pati Agus Sunarto mengungkapkan, telah mengecek daftar tamu dan CCTV setelah peristiwa itu terjadi. Korban masuk ke dalam hotel dengan menaiki Ballroom di lantai 10. Ruang itu tidak ada balkonnya.
Sesampainya di lantai 10, diduga korban menaiki tangga menuju lantai 11. Di lantai itu ada balkon. Saat tiba di lantai 11 belok ke kiri. Korban dan anaknya diduga ke arah pinggir pembatas di sebelah timur.
Sayangnya, di sebelah sana tidak ada CCTV-nya. Sehingga pihaknya tidak dapat dilihat bagaimana korban dan anaknya terjatuh.
“Yang jelas, anaknya terjatuh duluan. Kemudian, disusul ibunya. Kami melaporkan ke pihak berwajib. Semuanya sudah ditangani petugas kepolisian. Kami tidak mempunyai datanya karena bukan tamu dalam hotel,” jelasnya kemarin.
Agus menambahkan, lantai 10 merupakan ruang publik sehingga bisa diakses siapa saja. Termasuk, korban. Dia menegaskan, hotel tersebut mempunyai sistem keamanan ketat. Mulai security, kunci, dan CCTV. Kamar hotel juga ada kuncinya sendiri yang hanya bisa diakses pemesannya.
“Masyarakat umum hanya bisa mengakses ruang publik lantai 10, lantai 3, dan lantai karaoke. Sedangkan lantai kamar hotel hanya bisa diakses tamu dalam hotel yang menyewa. Jadi Hotel Safin hanya korban tempatnya saja pada peristiwa itu,” jelasnya. (put/ris)