KEBUMEN (kebumenekspres.com) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kebumen merilis potensi gempa besar di Selatan Jawa. Potensi maksimum gempa di selatan Jawa adalah 8,7 SR. Bahkan ada ahli yang memprediksi 9,1 SR. Jika ini terjadi maka akan terjadi tsunami yang besar.
Warga pun diminta waspada terkait kemungkinan tersebut. "Kawasan Selatan Jawa masih sangat minim kesiapsiagaannya. Belum semua pantai ada sirine tsunami. Belum semua warga pernah dilatihkan. Dan rumah-rumah penduduk sebagian besar belum tahan gempa konstruksinya," demikian rilis BPBD Kebumen, Jumat (26/1/2018).
Dalam rilis itu juga disebutkan, Potensi gempa besar di Selatan Jawa cukup besar. Catatan sejarah 400 tahun lalu pernah terjadi gempa besar yang diikuti tsunami. Para ahli tsunami menemukan paleotsunami di selatan Jawa seperti di Pangandaran, Cilacap, Kulon Progo dll. Pernah terjadi gempa tsunami besar. Gempa dan tsunami adalah bencana yang memiliki periode ulang. Pasti terjadi kembali suatu waktu.
Baca juga:
(Soal Potensi Tsunami, Warga Kebumen Diminta tidak Panik Namun Tetap Waspada)
Pertemuan lempeng India Australia dan Eurasia di selatan Jawa bergerak rata-rata 6,6 cm/tahun. Lebih besar daripada di barat Sumatera yang bergerak 5 cm/tahun. Namun sayangnya catatan gempa selama 140 tahun di selatan Jawa yang baru lepas hanya di Banyuwangi (1996) dan Pangandaran (2006) yang memicu tsunami dan timbul korban jiwa. Lokasi lainnya tidak ada catatan sejarah karena data sejarah gempa di Indonesia hanya ada selama 140an tahun. Daerah yang sepi gempa ini dinamakan seismic gap.
Zona selatan Jawa khususnya dari segmen Pangandaran hingga Pacitan dan Banyuwangi adalah zona seismic gap. Lempeng Indo Australia dan Eurasia di selatan Jawa ini aktif bergerak rata-rata dengan kecepatan 6,6 cm per tahun. Ratusan tahun tanpa gempa besar sehingga energinya terkunci. Artinya ada potensi yang besar. Suatu saat bisa lepas energinya menjadi gempa dan membangkitkan tsunami. Kapan? Kita tidak tahu pasti.
"Dengan adanya gempa yang cukup besar yang sering terjadi di selatan Jabar spt gempa 6,9 SR pada 15/12/2017 dan 6,1 SR pada 23/1/2018 dikhawatirkan dapat memicu membangunkan keseimbangan sistem lempeng yang terkunci," demikian BPBD. (cah).
Warga pun diminta waspada terkait kemungkinan tersebut. "Kawasan Selatan Jawa masih sangat minim kesiapsiagaannya. Belum semua pantai ada sirine tsunami. Belum semua warga pernah dilatihkan. Dan rumah-rumah penduduk sebagian besar belum tahan gempa konstruksinya," demikian rilis BPBD Kebumen, Jumat (26/1/2018).
Dalam rilis itu juga disebutkan, Potensi gempa besar di Selatan Jawa cukup besar. Catatan sejarah 400 tahun lalu pernah terjadi gempa besar yang diikuti tsunami. Para ahli tsunami menemukan paleotsunami di selatan Jawa seperti di Pangandaran, Cilacap, Kulon Progo dll. Pernah terjadi gempa tsunami besar. Gempa dan tsunami adalah bencana yang memiliki periode ulang. Pasti terjadi kembali suatu waktu.
Baca juga:
(Soal Potensi Tsunami, Warga Kebumen Diminta tidak Panik Namun Tetap Waspada)
Pertemuan lempeng India Australia dan Eurasia di selatan Jawa bergerak rata-rata 6,6 cm/tahun. Lebih besar daripada di barat Sumatera yang bergerak 5 cm/tahun. Namun sayangnya catatan gempa selama 140 tahun di selatan Jawa yang baru lepas hanya di Banyuwangi (1996) dan Pangandaran (2006) yang memicu tsunami dan timbul korban jiwa. Lokasi lainnya tidak ada catatan sejarah karena data sejarah gempa di Indonesia hanya ada selama 140an tahun. Daerah yang sepi gempa ini dinamakan seismic gap.
Zona selatan Jawa khususnya dari segmen Pangandaran hingga Pacitan dan Banyuwangi adalah zona seismic gap. Lempeng Indo Australia dan Eurasia di selatan Jawa ini aktif bergerak rata-rata dengan kecepatan 6,6 cm per tahun. Ratusan tahun tanpa gempa besar sehingga energinya terkunci. Artinya ada potensi yang besar. Suatu saat bisa lepas energinya menjadi gempa dan membangkitkan tsunami. Kapan? Kita tidak tahu pasti.
"Dengan adanya gempa yang cukup besar yang sering terjadi di selatan Jabar spt gempa 6,9 SR pada 15/12/2017 dan 6,1 SR pada 23/1/2018 dikhawatirkan dapat memicu membangunkan keseimbangan sistem lempeng yang terkunci," demikian BPBD. (cah).