ILUSTRASI |
"Balai Karantina Semarang sudah melakukan pengecekan ke lokasi. Hasil awal ditemukan bakteri Aeromonas hidropyla," terangnya, Rabu (31/1/2018).
Ikan yang terserang bakteri tersebut, ketika akan mati melompat-lompat. Kondisi ini membuat ikan tidak bisa ditangkap untuk dikonsumsi. Ikan baru bisa ditangkap ketika sudah dalam kondisi terapung dan membusuk. "Sehingga tidak bisa dimanfaatkan dan hanya dibuang. Jumlahnya banyak sekali," ujarnya.
Dia mengatakan di Desa Tanjunganom saja setidaknya lima kuintal ikan gurame berbagai ukuran mati. "Yang ukurannya tiga ons, lima ons sampai yang dua kilo
mati," jelasnya.
Penyakit tersebut menular melalui media air. Sehingga ikan gurame dalam kolam yang sama kemungkinan bakal ikut terserang. "Saya kan punya kolam, satu kolam
katakan tiga kuintal yang hidup paling tinggal beberapa ekor," kata dia. Sedangkan dua kolam lain miliknya tidak mengalami serangan serupa yang dipelihara bersamaan dengan ikan nila.
Edi mengatakan kondisi ini terjadi sejak awal Januari lalu. Menurut dia, hal ini terjadi karena pengaruh cuaca buruk. Hujan deras disertai angin kencang dan
panas pada siang hari, membuat bakteri tersebut berkembang biak dengan pesat.(drn)