BOGOR – Negosiasi mengenai kelanjutan proyek Kereta Api (KA) Semicepat Jakarta-Surabaya berlanjut. Presiden Jokowi menerima utusan khusus PM Jepang, Toshihiro Nikai, di Istana Bogor kemarin (19/1/2018). Dalam pertemuan tersebut, ada permintaan feasibiliy study (FS) ulang agar Indonesia bisa mencari celah untuk menekan biaya pembangunan, khususnya dalam penggunaan teknologinya.
Setelah pertemuan dengan Toshihiro, Menhub Budi Karya Sumadi menjelaskan bahwa target proyek itu adalah memangkas waktu tempuh Jakara-Surabaya menjadi kurang dari enam jam. Tepatnya, 5,5 jam. Dengan demikian, diharapkan jumlah perjalanan perhari bisa meningkat menjadi empat kali. Saat ini, KA Argo Bromo Anggrek membawa penumpang dalam waktu sembilan jam, dua kali sehari.
Kemudian, Indonesia sudah dipastikan bakal menggunakan tipe rel narrow gauge yang lebarnya 1.067 mm. Sebab, hampir seluruh jalur KA di Indonesia menggunakan tipe rel tersebut. ’’Katakanlah kalau kita pakai narrow gauge, kita bangun sampai Semarang, setelah itu jalur Semarang-Solo, Semarang-Surabaya tetap bisa menggunakan itu (rel existing),’’ terangnya.
Meski demikian, sistem narrow gauge itu tetap akan dikombinasikan dengan rel elevated di beberapa titik. ’’Tapi yang elevated itu di kota-kota aja,’’ lanjutnya. Kementerian PUPR sudah memiliki teknologi yang murah untuk membangun jalur elevated, khususnya fly over. Begitupula dengan rencana elektrifikasi di masa depan. Indonesia sudah memiliki teknologinya.
Karena itu, dia meminta ada FS ulang. Dari FS tersebut, akan ketahuan bagian mana saja yang bisa dikerjakan dnegan teknologi dari Indonesia, sehingga biayanya bisa ditekan. Selain itu, bisa menambah jumlah lapangan kerja. Tidak harus seluru teknologi dibawa dari Jepang. Saat ini, biaya pembangunan KA semicepat terseut terbilang mahal, antara Rp 60-70 triliun.
Budi menegaskan, pemerintah tidak akan memaksakan proyek KA semicepat dimulai tahun ini. Meskipun, FS ulang ditargetkan selesai Maret mendatang. Bila tidak memungkinkan, bisa diundur 2019. ’’Sebenarnya kita prefer tahun ini. Tapi kalau misalnya tahun ini, saya takutnya kita nggak teliti dalam mendapatkan teknologi dan harga,’’ tambahnya.
Yang jelas, proyek KA Semicepat sudah pasti bakal dikerjasamakan dengan jepang. Tidak ada lagi peluang perubahan. Begitu perhitungan biaya pembangunan selesai seluruhnya, tender akan langsung dilakukan antara Indonesia dan Jepang. Tidak melibatkan negara lain. (byu/agm)
Setelah pertemuan dengan Toshihiro, Menhub Budi Karya Sumadi menjelaskan bahwa target proyek itu adalah memangkas waktu tempuh Jakara-Surabaya menjadi kurang dari enam jam. Tepatnya, 5,5 jam. Dengan demikian, diharapkan jumlah perjalanan perhari bisa meningkat menjadi empat kali. Saat ini, KA Argo Bromo Anggrek membawa penumpang dalam waktu sembilan jam, dua kali sehari.
Kemudian, Indonesia sudah dipastikan bakal menggunakan tipe rel narrow gauge yang lebarnya 1.067 mm. Sebab, hampir seluruh jalur KA di Indonesia menggunakan tipe rel tersebut. ’’Katakanlah kalau kita pakai narrow gauge, kita bangun sampai Semarang, setelah itu jalur Semarang-Solo, Semarang-Surabaya tetap bisa menggunakan itu (rel existing),’’ terangnya.
Meski demikian, sistem narrow gauge itu tetap akan dikombinasikan dengan rel elevated di beberapa titik. ’’Tapi yang elevated itu di kota-kota aja,’’ lanjutnya. Kementerian PUPR sudah memiliki teknologi yang murah untuk membangun jalur elevated, khususnya fly over. Begitupula dengan rencana elektrifikasi di masa depan. Indonesia sudah memiliki teknologinya.
Karena itu, dia meminta ada FS ulang. Dari FS tersebut, akan ketahuan bagian mana saja yang bisa dikerjakan dnegan teknologi dari Indonesia, sehingga biayanya bisa ditekan. Selain itu, bisa menambah jumlah lapangan kerja. Tidak harus seluru teknologi dibawa dari Jepang. Saat ini, biaya pembangunan KA semicepat terseut terbilang mahal, antara Rp 60-70 triliun.
Budi menegaskan, pemerintah tidak akan memaksakan proyek KA semicepat dimulai tahun ini. Meskipun, FS ulang ditargetkan selesai Maret mendatang. Bila tidak memungkinkan, bisa diundur 2019. ’’Sebenarnya kita prefer tahun ini. Tapi kalau misalnya tahun ini, saya takutnya kita nggak teliti dalam mendapatkan teknologi dan harga,’’ tambahnya.
Yang jelas, proyek KA Semicepat sudah pasti bakal dikerjasamakan dengan jepang. Tidak ada lagi peluang perubahan. Begitu perhitungan biaya pembangunan selesai seluruhnya, tender akan langsung dilakukan antara Indonesia dan Jepang. Tidak melibatkan negara lain. (byu/agm)