JAKARTA- Tidak bisa dipungkiri jika Indonesia merupakan kawasan yang rawan bencana. Mulai dari banjir, tanah longsor, gempa, hingga sunami. Untuk itu Menteri Sosial Idrus Marham menyarankan agar sadar bencana ditanamkan sejak dini.
”Anak-anak adalah salah satu kelompok rentan dalam sebuah bencana,” tutur Idrus. Oleh karena itu segera setelah terjadi bencana, Tim Layanan Dukungan Psikososial Kemensos memberikan trauma healing kepada anak-anak.
Tidak hanya memberikan layanan psikososial, tim tersebut juga harus mengajarkan tentang pengetahuan dan ketrampilan dasar dalam menghadapi bencana. Khususnya materi untuk anak-anak.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terdapat 386 kabupaten/kota di zona bahaya gempa bumi sedang hingga tinggi. Terdapat 233 kabupaten/kota di rawan tsunami, 75 kabupaten/kota terancam erupsi gunung api. Kemudian sebanyak 315 kabupaten/kota di daerah bahaya sedang-tinggi banjir, dan 274 kabupaten/kota daerah bahaya sedang-tinggi bencana longsor. Oleh karena itu, lanjut Mensos, sebagai nergara yang rawan bencana, masyarakat harus tangguh dalam menghadapi bencana. ”Dan untuk mendorong masyarakat sadar bencana, harus ditanamkan sejak dini,” ujarnya.
Idrus menyebutkan layanan dukungan psikososial merupakan hal penting yang tidak boleh diabaikan dalam penanganan bencana. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. Dalam pasal 25 dijelaskan bahwa pemenuhan hak dasar bagi korban bencana adalah pemenuhan kebutuhan air bersih dan sanitasi, sandang, pangan, pelayanan kesehatan, pelayanan psikososial dan penampungan serta tempat hunian.
Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial, Harry Hikmat mengatakan terapi psikososial bagi korban bencana terutama anak-anak harus dilakukan sedini mungkin. Sebab luka jiwa yang membekas pada anak-anak akan menimbulkan perasaan seperti lebih sensitif, mudah takut, mudah curiga, tidak percaya, dan trauma. ”Trauma ini jika tidak segera diterapi maka dikhawatirkan dalam jangka panjang mempengaruhi mental, pandangan, dan reaksi emosional korban,” katanya. (lyn
”Anak-anak adalah salah satu kelompok rentan dalam sebuah bencana,” tutur Idrus. Oleh karena itu segera setelah terjadi bencana, Tim Layanan Dukungan Psikososial Kemensos memberikan trauma healing kepada anak-anak.
Tidak hanya memberikan layanan psikososial, tim tersebut juga harus mengajarkan tentang pengetahuan dan ketrampilan dasar dalam menghadapi bencana. Khususnya materi untuk anak-anak.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terdapat 386 kabupaten/kota di zona bahaya gempa bumi sedang hingga tinggi. Terdapat 233 kabupaten/kota di rawan tsunami, 75 kabupaten/kota terancam erupsi gunung api. Kemudian sebanyak 315 kabupaten/kota di daerah bahaya sedang-tinggi banjir, dan 274 kabupaten/kota daerah bahaya sedang-tinggi bencana longsor. Oleh karena itu, lanjut Mensos, sebagai nergara yang rawan bencana, masyarakat harus tangguh dalam menghadapi bencana. ”Dan untuk mendorong masyarakat sadar bencana, harus ditanamkan sejak dini,” ujarnya.
Idrus menyebutkan layanan dukungan psikososial merupakan hal penting yang tidak boleh diabaikan dalam penanganan bencana. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. Dalam pasal 25 dijelaskan bahwa pemenuhan hak dasar bagi korban bencana adalah pemenuhan kebutuhan air bersih dan sanitasi, sandang, pangan, pelayanan kesehatan, pelayanan psikososial dan penampungan serta tempat hunian.
Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial, Harry Hikmat mengatakan terapi psikososial bagi korban bencana terutama anak-anak harus dilakukan sedini mungkin. Sebab luka jiwa yang membekas pada anak-anak akan menimbulkan perasaan seperti lebih sensitif, mudah takut, mudah curiga, tidak percaya, dan trauma. ”Trauma ini jika tidak segera diterapi maka dikhawatirkan dalam jangka panjang mempengaruhi mental, pandangan, dan reaksi emosional korban,” katanya. (lyn