IMAM/EKSPRES |
Hal ini disampaikan Pengawas Yayasan Hubbul Wathon Institute Kebumen Muchamad Solahudin, saat melaksankaan penanaman bambu di Sempadan Sungai Lukulo, Kamis (18/1/2018).
Penanaman bambu petung dilaksanakan dimulai dari Desa Rantewringin hingga sempadan Sungai Kedungbener yang melintasi Desa Waluyo. Penanaman di Desa Ambalkumolo, Maduretno, Ayamputih melibatkan masyarakat setempat termasuk mahasiswa KKN. Seluruhnya di Kecamatan Buluspesantren.
Sedangkan Muktisari, Tamanwinangun, Panjer, Tembana di Kecamatan Kebumen hingga kini belum dapat dilaksanakan.
"Kontur tanah di wilayah yang belum bisa ditanami labil. Bila dipaksakan dikhawatirkan bambu malah akan hanyut dibawa arus. Nanti akan menyusul menunggu air agak surut,” tuturnya.
Di sisi lain, ketersediaan bibit saat ini belum memungkinkan untuk menjangkau semua desa sasaran. Sebab, baru ada 2.654 bibit. Dari hasil perhitungan yang telah dilaksanakan ternyata masih membutuhkan 10.000 bibit bambu petung. “Kekurangannya masih sangat banyak. Jadi kita laksanakan secara bertahap dan diharapkan bisa direaliasikan tahun depan,” jelas Solahudin.
Penanaman diharapkan dapat merangsang warga untuk giat menjaga Sempadan Sungai Lukulo. Dengan selalu menjaga sempadan diharapkan dapat meminimalir kerusakan yang ada di Sungai Lukulo. Sebab jika tidak ada yang peduli, dapat dipastikan kerusakan akan semakin parah. “Telah banyak tanah dan rumah warga yang hilang akibat longsor,” paparnya.
Penanam bambu petung tidak hanya dilaksanakan Sempadan Sungai Lukulo saja melainkan juga di di Desa Bercong dan Waluyo Kecamatan Buluspesantren. Targetnya lima tahun mendatang di dua desa tersebut dapat menjadi Desa Ekowisata. Secara ekonomi bambu petung selain kuat juga bisa menjadi sektor home industri. “Semoga ini dapat membangkitkan perekonomian masyarakat Buluspesantren kelak,” ucapnya.
Penanaman pohon bambu di Sempadan Sungai Lukolo dilaksanakan oleh Yayasan Hubbul Wathon Institute Kebumen bekerjasama dengan BPH wilayah VII Kebumen, Muspika Buluspesantren, DPD Ipkindo dan warga Desa Rantewringin, Kecamatan Buluspesantren serta mahasiswa yang tengah KKKN. Adapun bibit bambu petung merupakan hasil teknologi jaringan oleh BPDAS - SOP Jogjakarta. (mam)