SEMARANG – Stok beras hasil panen petani tergolong mencukupi untuk kebutuhan seluruh warga Jateng. Di pertengahan Januari ini, Bulog masih menyimpan sektar 102 ribu ton. Sementara kebutuhan beras di Jateng per bulan hanya 30 ribu ton. Artinya, tanpa mengambil porsi beras impor, ketersediaan beras di Jateng masih cukup hingga Maret mendatang.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Dinperindag) Jateng, Arif Sambodo menegaskan, akhir Januari-Februari mendatang, sawah di Jateng mulai panen raya. "Untuk stok saja sudah cukup sampai Maret. Setelah panen raya ini, otomatis stok terisi lagi," tegasnya, Selasa (16/1/2018).
Meski diperkirakan bakal surplus, hasil panen dari petani Jateng kali ini tidak akan disebar ke sejumlah wilayah di Pulau Jawa dan Kalimantan seperti tahun lalu. "Info dari Bulog, sementara untuk mencukupi daraeh Jateng dulu," terangnya.
Karena itu, dia meyakinkan warga Jateng untuk tidak khawatir bakal kekurangan beras. Terutama beras medium. Memang, akhir tahun lalu, sejumlah sawah terendam banjir akibat Siklon Cempaka yang menggagalkan panen. Karena itu, tidak heran jika paska panen di Januari ini harga beras sedikit melambung.
"Siklusnya memang setiap Januari atau sebelum panen raya, harga beras meningkat. Tapi tahun ini agak tinggi karena Desember kemarin banyak sawah yang terendam banjir," jelasnya.
Mengenai impor beras, Arif tidak bisa menjelaskan karena kebijakan itu merupakan keputusan pemerintah pusat. Dia hanya memastikan jika impor beras itu dikelola Bulog untuk cadangan saja. Beda jika impor beras itu diberikan kepada PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI).
"Kalau PPI, dikhawatirkan akan ada skema komersil. Karena itu perusahaan, jadi harus segara dijual. Kalau Bulog, kan disimpan dulu. Begitu di pasar kekurangan stok, baru digelontorkan," bebernya.
Sekda Jateng, Sri Puryono menjelaskan, sejumlah bupati sudah menginfokan bahwa minggu depan, petani di daerah mereka sudah mulai panen. Pemprov Jateng tinggal mengawal distribusinya saja. "Sentimen pasar harus dicermati," tutur Puryono yang juga menjabat Ketua Tim Pemantau dan Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Jateng.
Untuk menstabilkan sekaligus menjaga harga beras agar tidak 'liar', TPID menggandeng Bulog akan rutin menggelar operasi pasar. Rencananya, hari ini, Rabu (17/1), operasi pasar digelar di sejumlah titik di tiga wilayah. "Semarang, Solo, satunya lagi saya lupa. Sebelumnya sudah ada 65 titik," katanya.
Sementara itu, Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo justru meminta Menteri Pertanian, Andi Amran untuk mengkaji ulang kebijakan impor beras. Dia menelpon Andi untuk menyampaikannya. Pengkajian ulang impor beras ini sebagai bentuk keberpihakan pada kalangan petani.
"Barusan saya telepon Mentan, kemarin juga sudah kita laporkan ke Presiden Joko Widodo agar menghitung betul cadangan beras nasional. Ketika cadangan itu dianggap cukup, maka saya minta rastra segera diturunkan, operasi pasar dilakukan," jelasnya setelah menelpon Andi Amran. (amh/ric)
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Dinperindag) Jateng, Arif Sambodo menegaskan, akhir Januari-Februari mendatang, sawah di Jateng mulai panen raya. "Untuk stok saja sudah cukup sampai Maret. Setelah panen raya ini, otomatis stok terisi lagi," tegasnya, Selasa (16/1/2018).
Meski diperkirakan bakal surplus, hasil panen dari petani Jateng kali ini tidak akan disebar ke sejumlah wilayah di Pulau Jawa dan Kalimantan seperti tahun lalu. "Info dari Bulog, sementara untuk mencukupi daraeh Jateng dulu," terangnya.
Karena itu, dia meyakinkan warga Jateng untuk tidak khawatir bakal kekurangan beras. Terutama beras medium. Memang, akhir tahun lalu, sejumlah sawah terendam banjir akibat Siklon Cempaka yang menggagalkan panen. Karena itu, tidak heran jika paska panen di Januari ini harga beras sedikit melambung.
"Siklusnya memang setiap Januari atau sebelum panen raya, harga beras meningkat. Tapi tahun ini agak tinggi karena Desember kemarin banyak sawah yang terendam banjir," jelasnya.
Mengenai impor beras, Arif tidak bisa menjelaskan karena kebijakan itu merupakan keputusan pemerintah pusat. Dia hanya memastikan jika impor beras itu dikelola Bulog untuk cadangan saja. Beda jika impor beras itu diberikan kepada PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI).
"Kalau PPI, dikhawatirkan akan ada skema komersil. Karena itu perusahaan, jadi harus segara dijual. Kalau Bulog, kan disimpan dulu. Begitu di pasar kekurangan stok, baru digelontorkan," bebernya.
Sekda Jateng, Sri Puryono menjelaskan, sejumlah bupati sudah menginfokan bahwa minggu depan, petani di daerah mereka sudah mulai panen. Pemprov Jateng tinggal mengawal distribusinya saja. "Sentimen pasar harus dicermati," tutur Puryono yang juga menjabat Ketua Tim Pemantau dan Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Jateng.
Untuk menstabilkan sekaligus menjaga harga beras agar tidak 'liar', TPID menggandeng Bulog akan rutin menggelar operasi pasar. Rencananya, hari ini, Rabu (17/1), operasi pasar digelar di sejumlah titik di tiga wilayah. "Semarang, Solo, satunya lagi saya lupa. Sebelumnya sudah ada 65 titik," katanya.
Sementara itu, Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo justru meminta Menteri Pertanian, Andi Amran untuk mengkaji ulang kebijakan impor beras. Dia menelpon Andi untuk menyampaikannya. Pengkajian ulang impor beras ini sebagai bentuk keberpihakan pada kalangan petani.
"Barusan saya telepon Mentan, kemarin juga sudah kita laporkan ke Presiden Joko Widodo agar menghitung betul cadangan beras nasional. Ketika cadangan itu dianggap cukup, maka saya minta rastra segera diturunkan, operasi pasar dilakukan," jelasnya setelah menelpon Andi Amran. (amh/ric)