Istimewa |
lulus oleh tim penguji yang terdiri dari lima profesor pembimbing dalam Public Hearing for Ph.D. pada Selasa, (23/1) di Kampus Graduate School for International
Development and Cooperation.
Tema riset yang diangkat Wiji cukup unik. Sebab dia meneliti mengenai pendidikan non formal berbasis agama Islam dengan judul Diversification of Qur’anic Schools in Semi-Urban and Remote Rural Areas in Banjarnegara Regency in Central Java Province. Setelah meraih gelar Doktor Pendidikan, Wiji ingin segera kembali
mengajar di Tanah Air.
“Saya sudah tidak sabar lagi untuk mengajar. Mengambil studi Doktor benar-benar menyita tenaga, fikiran, dan biaya. Semoga ilmu yang saya peroleh bermanfaat bagi pengembangan TPQ di Indonesia," paparnya.
Melalui penelitiannya ini, Wiji berhasil menemukan jawaban atas empat pertanyaan dalam disertasinya. Mengapa dan bagaimana diversifikasi pendidikan di TPQ
dimulai pada daerah pedesaan di Indonesia setelah tahun 1980-an? Apakah diversifikasi tersebut mendapatkan pengaruh dari dalam dan luar? Adakah model
reformasi dalam pendidikan TPQ? Dan apakah makna di balik diversifikasi TPQ di tengah-tengah masyarakat modern di era global?
Selama menempuh pendidikan selama 4,5 tahun, Wiji berhasil mengumpulkan tiga publikasi di jurnal pendidikan terakreditasi, baik di Jepang maupun di Indonesia.
Di samping itu 8 SKS mata kuliah berhasil dia selesaikan dengan nilai sempurna/cumlaud (IPK 4.00). Adapun biaya kuliah S3 di Jepang, diperolehnya dari sponor Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP)-Kemenku RI. (drn)