RYANTONO PS/RADAR SOLO |
Pasangan muda ini harus kehilangan anak semata wayangnya Arbani Shakeel Alfatih. Bocah berusia 10 bulan ini meninggal setelah mengalami infeksi paru-paru dan jantung bocor bawaan sejak lahir.
Sempat muncul kabar kalau kematian Arbani ini salah satunya diduga karena efek bau limbah dari PT RUM yang sempat diprotes warga setempat. Namun, dari rumah sakit sendiri belum bisa menyimpulkan terkait hal itu.
Juli Saraswati ditemui di rumahnya di Desa Celep, Kecamatan Nguter mengatakan, bayinya tersebut meninggal di RSUD Ir Soekarno Sukoharjo, Kamis (1/3). Awalnya memang anaknya tersebut menderita sakit bocor jantung sejak lahir. Namun, memasuki usia enam bulan kondisi anaknya mulai memburuk bersamaan munculnya polemik bau menyengat limbah PT RUM sekitar Oktober 2017.
“Gejalanya sering batuk. Apalagi sejak empat bulan terakhir, kalau mencium bau menyengat (diduga dari PT RUM) langsung drop badannya. Makanya di rumah selalu sedia tabung oksigen untuk berjaga-jaga ketika drop,” ujarnya.
Setelah kondisinya makin memburuk, anaknya tersebut dibawa ke RSUD Ir Soekarno Sukoharjo. Dari hasil pemeriksaan dokter berdasarkan foto rontgen, anaknya tersebut diduga menderita infeksi paru-paru. Dia juga sudah tanya kepada dokter yang menangani anaknya tersebut, apakah infeksi paru-paru itu disebabkan bau limbah menyengat dari PT RUM atau sebab lain. “Tapi dokter tidak memberi menjawab tegas, ” papar Juli Saraswati yang rumahnya hanya berjarak sekitar 500 meter dari PT RUM Sukoharjo kemarin.
Humas RSUD Ir Soekarno Laila Nurrokhmah membenarkan ada pasien yang masuk atas nama Arbani Shakeel Alfatih. Dia masuk ke instalasi gawat darurat (IGD) pada 25 Februari lalu, dan meninggal pada 1 Maret kemarin. Soal penyebab kematian bayi tersebut, pihak RSUD belum bisa memberikan informasi. ”Belum bisa dipastikan, nanti akan kami investigasi terlebih dahulu,” papar dia kemarin.
Mengenai penyebab kematian bayi berusia 10 bulan ini juga sudah sampai ke Polres Sukoharjo. Kapolres Sukoharjo AKBP Iwan Saktiadi mengaku sudah mendengar terkait kematian bayi tersebut. Kabar itu beredar luas di media sosial (medsos). Menanggapi itu, kapolres meminta agar masyarakat bisa lebih jeli dalam menerima informasi. Untuk menjawab apakah kematian tersebut karena dampak dari PT RUM atau bukan, pihaknya meminta agar ada keterbukaan soal rekam medik pasien.
”Soal kesehatan itu harus didasarkan pada rekam medis. Bukan atas omongan orang yang tidak ada dasarnya. Rekam medis ini berisi diagnosa dan riwayat penderita pasien bersangkutan, jadi biar hasil medis yang berbicara,” katanya.
Dia meminta masyarakat agar tidak mudah terpancing dengan kabar yang beredar di media sosial. Selain itu, mereka juga diajak menjaga kondusifitas daerah. Karena saat ini masyarakat Nguter sudah beraktivitas normal pasca demo besar-besaran memprotes bau menyengat dari PT RUM pekan lalu.
Bagaimana tanggapan PT RUM terkait hal ini? Direktur Umum PT RUM Mochamad Rachmat mengatakan, berkaitan kabar bayi meninggal tersebut diharapkan agar dicermati terlebih dahulu. Harus dilihat rekam medis dari dokter yang bersangkutan. ”Saya tidak berani mengomentari ini, karena saya bukan dokter. Ada yang lebih berhak menjelaskan, misal dinas kesehatan, apakah (kematian bayi itu) akibat bau (dari PT RUM) atau tidak. Jadi, penyebab meninggalnya harus dikroscek dulu,” terang dia. (yan/bun)