KF Borni Kurniawan |
Pasca Undang Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa mengorbit, geliat desa membangun di Kebumen membuncah cukup leading dibanding daerah-daerah lainnya. Ratusan desa bergerak membangun keberdayaan ekonomi lokal dengan cara membangun kelembagaan BUMDesa. Puluhan BUMDesa membangun unit usaha jasa desa wisata. Gerakan desa wisata ini cepat merebak diberbagai pelosok desa, baik di kawasan Selatan maupun Utara Kebumen.
Desa-desa di Kebumen selatan banyak menawarkan keindahan spot wisata pantai dan karst (goa karst). Desa-desa di kawasan Kebumen utara menawarkan eksotisme alam pegunungan yang masih lestari dengan pepohonan tua, taman geologi dan air.
Demikian juga dengan puluhan desa lainnya cukup berhasil membuka unit usaha produksi dan perdagangan komoditas pertanian dan kerajinan. Diantara produk yang cukup terkenal adalah VCO, minyak kelapa, oyek, kerajinan jenitri.
Bahkan usaha konveksi yang sebelumnya hanya dikerjakan oleh UMKM, kini diperankan BUMDesa. Tak tanggung-tanggung, produk pakaian jadi BUMDesa Bersama dari Karang Tanjung mampu merambah pasar Afrika.
Pemasaran adalah salah satu komponen dalam sistem ekonomi yang menjamin keberlanjutan kegiatan ekonomi. Karenanya, harus ditopang dengan upaya yang terus menerus dan selalu up todate agar kegiatan produksi terus berjalan dan kesejahteraan pekerja di dalamnya terjamin dari waktu ke waktu.
Media, kemudian menjadi pilar penting pemasaran suatu produk ekonomi. Terlebih dengan perkembangan dan kemajuan teknologi digital saat ini yang semakin cepat dan hebat.
Dalam hal pemasaran, petran teknologi digital semakin memanjakan penggunanya sehingga proses transaksi ekonomi dapat berjalan mudah, murah dan cepat. Contoh kecil, soal pemasangan iklan produk. Sebelum masyarakat mengenal perangkat teknologi internet apalagi media sosial, pelaku ekonomi ramai memanfaatkan surat kabar (Koran) sebagai media promosi. Di Indonesia, surat kabar mulai populer sejak pertengahan abad ke-19. Bahkan jika dilihat secara umum iklan surat kabar sudah hadir di Indonesia sejak tahun 1621, ketika Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen (1619-1629) menerbitkan Memorie de Nouvelles.
Hingga tahun 1970-an tren pemasaran produk dengan memasang iklan di surat kabar berada dalam konstelasi yang memuncak. Terlebih saat itu media cetak di Indonesia sedang merekah dengan bagusnya.Antarmedia cetak saling berlomba memuat iklan. Salah satunya diperlihatkan oleh persaingan dua surat kabar tua yaitu Kompas dan Sinar Harapan. Harian pagi Kompas terbit sejak tahun 1965, sementara harian sore Sinar Harapan terbit sejak 1961.
Era pemasaran melalui surat kabar mulai tergeser atau menerima tantangan baru ketika televisi mulai beroperasi. Terlebih ketika pemerintah mengeluarkan Surat Keputusan Menteri Penerangan RI No. 190A/KEP/MENPEN/1987 memberi izin kepada pihak swata menyelenggerakan Siaran Saluran Terbatas (SST) Televisi RI.
Waktu itu, di samping TVRI, RCTI adalah stasiun televisi swasta pertama yang mendapat restu untuk mengudara.Beberapa stasiun televisi berikutnya yang kemudian menjadi ruang pemasaran adalah Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), Indonesiar, SCTV dan hingga kini jumlahnya semakin banyak.Jari kita mungkin tidak cukup untuk menghitung pertumbuhan televisi menjamur.
BUMDesa dan E-Marketing
Kemajuan adalah sebuah keniscayaan yang tak bisa ditolak kedatangannya.Kemajuan suatu peradaban pada dasarnya adalah cerminan prestasi manusia.Kemajuan di bidang teknologi informasi dan komunikasi terus berubah dari waktu ke waktu begitu cepat.
Jika dahulu masyarakat terbiasa dengan komunikasi melalui jaringan akses kabel (wireline), kini masyarakat juga melengkapi dirinya dengan komunikasi mobile-phone (wireless).Jenis komunikasi yang digunakannya pun semakin beragam dari suara (voice), teks (text), data sampai dengan video (Awaludin, 2015).Ragam teknologi tersebut ditemukan di dalam teknologi bernama internet (cyber technology).
Kemajuan tekonologi internet cepat sekali menarik perhatian para pengusaha.Mereka membuat domain atau situs yang secara resmi ditujukan untuk mempromosikan, menawarkan dan membangun kesepakatan jual beli barang ekonomi.
Terlebih saat berbagai jenis aplikasi media sosial (Facebook, Twitter, Instagram, Whatsap dan lain sebagainya), secara cepat perusahaan mampu menghadirkan profile produk ekonomi yang dihasilkannya ke pasar. Apalagi, di sisi lain masyarakat atau konsumen sebagian besar telah memiliki telepon seluler atau smartphone, maka masyarakat dalam setiap detik bisa mengetahui berbagai jenis produk ekonomi terbaru hingga melakukan transaksi atas produk-produk ekonomi terbaru tersebut.
Kemajuan teknologi internet ataupun perangkat media offline untuk promosi produk ekonomi sebagaimana telah diulas di atas, pada saat yang sama sesungguhnya memiliki nilai strategis pada pengembangan pemasaran produk BUMDesa.
Meski ratusan BUMDesa di Kebumen tumbuh pesat, tapi masih sedikit yang pemasarannya lancar. Salah satu kekalahan kuncinya tidak lain tingkat kemampuan pemanfaatan teknologi internet antarBUMDesa yang berbeda.
Ada yang progresif ada yang pasif.Karenanya untuk mendukung keberlanjutan usaha sosial ekonomi yang diperankan BUMDesa, media internet perlu diintegrassikan menjadi bagian dari sistem pemasaran produk BUMDesa.
Satu hal mendasar yang penting diperhatikan dalam membangun atau merencanakan sistem informasi untuk menopang pemasaran produk yaitu menjaga korelasinya dengan visi dan misi BUMDesa.
Meminjam pelajaran dari Indrajit (2016) tentang pengembangan rencana strategis sistem informasi, pada dasarnya setiap perusahaan memiliki visi dan misinya masing-masing.
Secara definisi, visi merupakan deskripsi penggambaran perusahaan di masa mendatang yang diinginkan tercapai. Karenanya, visi kerap pula dikatakan sebagai pernyataan jawaban atas pertanyaan strategis “what do you want to be?”.Sementara itu, misi merupakan sebuah deklarasi dari perusahaan, mengenai bagaimana visi yang telah dicanangkan tersebut dapat dicapai melalui fokus terhadap hal-hal utama yang harus dilakukannya demi kepuasan pelanggan.
Oleh karena itulah maka misi kerap dikatakan sebagai kumpulan pernyataan sebagai jawaban terhadap pertanyaan “why do you exist”. Misi kerap pula dinyatakan sebagai alasan mengapa perusahaan didirikan dan beroperasi (reason for being).
Dengan meminjam penjelasan Indrajit di atas, konteks memahami visi dan misi sangatlah penting dalam pengembangan rencana strategis sistem informasi BUMDesa. Mengapa demikian. Ada beberapa alasan:
1. Sistem informasi harus dapat mendukung BUMDesa secara langsung maupun tidak langsung dalam proses pencapaian visi dan misi yang telah dicanangkan.
2. Sistem informasi yang dikembangkan harus memberikan nilai manfaat yang nyata bagi proses pemenuhan visi yang fokus pada produk/layanan berorientasi pada pelanggan.
3. Sistem informasi yang dibangun harus selaras dengan strategi bisnis yang disusun berdasarkan aktivitas detail pengejawantahan visi dan misi terkait.
4. Sistem informasi merupakan komponen strategis dari ekosistem BUMDesa yang keberadaannya akan sangat menentukan kinerja BUMDesa di mata pelanggan maupun dalam konteks persaingan dengan para kompetitor.
Lalu bagaimana BUMDesa memanfaatkan internet untuk mengembangkan laju pemasaran produk ekonominya.Awaludin (2015) menyarankan beberapa hal mendasar yang penting untuk dibangun oleh para pelaku bisnis di era digital sekarang ini yaitu pertama, menanamkan mindset atau pola pikir positif untuk selalu sukses.
Mindset ini yang nantinya akan membedakan mana pelaku bisnis yang unggul (winner) dan mana yang kalah (losser). Tidak sedikit pelaku usaha menghentikan usahanya ketika menderita kerugian. Padahal kadang kerugian adalah awal dari cerita sukses usaha yang akan ditekuninya.
Kedua, mencari berbagai pola pendekatan (approach) agarmindset positif tersebut berjalan efektif. Pendekatan ini misalnya digunakan untuk memahami kondisi lingkungan, perubahan persaingan usaha yang kian dinamis, perubahan trend pasar, hingga pengaruh teknologi terhadap iklim usaha.
Ketiga, menguatkan networking atau jejaring sebagai sumber pengetahuan, sumber inspirasi, dan informasi untuk pengembangan bisnis BUMDesa.Agar jejaring dapat berjalan baik di masa depannya, BUMDesa sebaiknya membangun sikap kelembagaan yang terbuka dalam bergaul dengan pelaku ekonomi lainnya, baik di dalam desa, antardesa, regional maupun nasional.
Hal selanjutnya yang perlu diperhatikan dalam berkampanye atau memasarkan produk melalui perangkat internet khususnya media sosial adalah memikirkan konten, konteks dan kontinuitas.
Konten adalah inti dari pesan di media sosial yang kita gunakan untuk mengiklankan atau memasarkan produk BUMDesa. Sebagaimana disinggung di atas, isinya bisa macam-macam.
Ada yang berupa foto, narasi atau profil produk sampai dengan penjelasan melalui video.Video adalah salah satu jenis konten pemasaran di media sosial (salah satunya twitter) yang paling banyak diminati konsumen. Nah, dalam hal konten video, hasil studi Twitter Indonesia, menyimpulkan bahwa preferensi pengguna terhadap konten Twitter berupa video tertarik terhadap suatu produk karena bintang iklannya selebritis (45%), brand (37%) dan pengguna lainnya (40%).
Contoh penerapannya sebegai berikut.Komoditas ekonomi yang dijual oleh BUMDesa Bersama adalah barang atau jasa yang bernuansa desa.Konten yang dimaksud adalah profil dari produk ekonomi yang dihasilkan oleh BUMDesa, dan diunggah di media sosial bisa dalam bentuk narasi tertulis, foto maupun video/filler.
Sebaiknya, konten iklan yang diunggah menampilkan ciri khas desa.Sebagai contoh, ada BUMDesa penghasil nasi tiwul (nasi yang terbuat dari ubi kayu/singkong).Maka sebaiknya tampilan foto/video/filler tiwul yang diunggah menyampaikan pesan dan kesan kepada pelanggan/konsumen bahwa tiwul adalah makanan dari desa yang memiliki ciri khas dan keunggulan tersendiri dibanding komoditas pangan lainya, apalagi dengan produk makanan instan (produk pabrikan modern).
Misalnya munculkan keunggulan dari segi kesehatan bahwa tiwul memiliki nutrisi dan gizi yang baik, kemas dalam beberapa bentuk kemasan khas dan higienis, dibuat dengan berbagai cita rasa, atau mungkin sampai diceritakan dari mana dan siapa petani-petani desa penghasil singkongnya.
Nah, di sinilah kiranya konsumen akan mengetahui bahwa konten iklan tentang tiwul tidak lepas dari konteks kebutuhan gaya hidup sehat konsumen di satu sisi dan memiliki tarikan konteks yang sangat kuat bahwa tiwul adalah makanan lokal dari desa.
Untuk menjaga keberlanjutan (sustainability) produk BUMDesa, sudah barang tentu keseimbangan input-output perlu diperhatikan.Artinya kita tetap perlu memperhatikan tinggi rendahnya permintaan dan penawaran.
Dengan kata lain barang atau jasa yang diproduksi oleh BUMDesa perlu diadaptasikan dengan tingkat kepuasan pelanggan. Untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan, BUMDesa disarankan melakukan riset, sekalipun kecil-kecilan. Hasilnya, digunakan oleh tim managemen BUMDesa sebagai bahan refleksi dan evaluasi hingga dicapai keputusan untuk membaharui sistem pemasarannya ataupun inovasi produknya. Dengan demikian, produk ekonomi yang dikeluarkan BUMDesa selalu up to date atau tidak mati gaya. Karena orientasi selera pasar selalu dinamis.[]
KF Borni Kurniawan
(Tim Strategic Public Policy Unit Kemendesa PDTT RI)