JOGJAKARTA-Selain letusan magmatik, turunnya satwa dari lereng Merapi menunjukkan bahwa gunung tersebut akan memasuki fase letusan besar. Sebagaimana dilaporkan Jawa Pos Radar Jogja, sejumlah kera ekor panjang, rusa, kancil, dan babi hutan sudah meninggalkan habitat asli mereka kemarin (24/5/2018).
Turunnya satwa terjadi di daerah Srumbung, Magelang, juga Hargobinangun, Pakem, Sleman. Bahkan, kantor Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) juga didatangi satwa yang meninggalkan lereng Merapi.
Kepala Subbagian Tata Usaha TNGM Akhmadi menyatakan, turunnya satwa bisa disebabkan minimnya persediaan makanan. Biasanya, kalau aktivitas gunung sudah menurun, satwa kembali ke habitatnya.
”Indikasi dari migrasi atau berpindah tempat biasanya untuk mencari tempat yang lebih aman. Bisa dari faktor erupsi atau ketersediaan pangan,” jelasnya ketika ditemui di kantor TNGM kemarin.
Turunnya kera ekor panjang di Srumbung sejatinya terjadi Rabu siang, tapi baru dilaporkan kemarin kepada TNGM. Sementara itu, turunnya satwa di kawasan Hargobinangun terdeteksi sejak Kamis pagi hingga siang.
Terkait dengan anggapan bahwa turunnya satwa menjadi tanda bakal adanya erupsi, Akhmadi meminta warga tidak termakan isu. Soal kemungkinan ledakan dahsyat, masyarakat diminta untuk waspada dan memperhatikan setiap arahan pihak berwajib. Warga tidak perlu takut berlebihan.
Di antara migrasi satwa, migrasi lutung hitam menjadi penanda bahwa erupsi sudah sangat dekat, sebagaimana pada erupsi besar 2010. Akhmadi menjelaskan, lutung hitam tidak pernah berinteraksi dengan manusia. ”Lutung hitam sangat menjauhi permukiman warga. Kalau sampai migrasi hingga ke kebun warga, ada kemungkinan terjadi erupsi dalam waktu dekat. Untuk saat ini, lutung hitam belum terdeteksi,” jelasnya.
Kepala Resort Pakem Turi TNGM Teguh Wardaya membenarkan laporan tentang gerombolan kera yang turun gunung. Dia telah mengimbau pedagang untuk mengunci rapat kios. Tujuannya, menghindari penjarahan barang dagangan oleh kera ekor panjang.
”Sudah saya imbau untuk dikunci agar kera tidak mengambil barang dagangan. Sampai saat ini, belum ada laporan perusakan oleh kera, tapi akan terus kami evaluasi,” ujarnya. (dwi/JPR/c11/ang)
Turunnya satwa terjadi di daerah Srumbung, Magelang, juga Hargobinangun, Pakem, Sleman. Bahkan, kantor Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) juga didatangi satwa yang meninggalkan lereng Merapi.
Kepala Subbagian Tata Usaha TNGM Akhmadi menyatakan, turunnya satwa bisa disebabkan minimnya persediaan makanan. Biasanya, kalau aktivitas gunung sudah menurun, satwa kembali ke habitatnya.
”Indikasi dari migrasi atau berpindah tempat biasanya untuk mencari tempat yang lebih aman. Bisa dari faktor erupsi atau ketersediaan pangan,” jelasnya ketika ditemui di kantor TNGM kemarin.
Turunnya kera ekor panjang di Srumbung sejatinya terjadi Rabu siang, tapi baru dilaporkan kemarin kepada TNGM. Sementara itu, turunnya satwa di kawasan Hargobinangun terdeteksi sejak Kamis pagi hingga siang.
Terkait dengan anggapan bahwa turunnya satwa menjadi tanda bakal adanya erupsi, Akhmadi meminta warga tidak termakan isu. Soal kemungkinan ledakan dahsyat, masyarakat diminta untuk waspada dan memperhatikan setiap arahan pihak berwajib. Warga tidak perlu takut berlebihan.
Di antara migrasi satwa, migrasi lutung hitam menjadi penanda bahwa erupsi sudah sangat dekat, sebagaimana pada erupsi besar 2010. Akhmadi menjelaskan, lutung hitam tidak pernah berinteraksi dengan manusia. ”Lutung hitam sangat menjauhi permukiman warga. Kalau sampai migrasi hingga ke kebun warga, ada kemungkinan terjadi erupsi dalam waktu dekat. Untuk saat ini, lutung hitam belum terdeteksi,” jelasnya.
Kepala Resort Pakem Turi TNGM Teguh Wardaya membenarkan laporan tentang gerombolan kera yang turun gunung. Dia telah mengimbau pedagang untuk mengunci rapat kios. Tujuannya, menghindari penjarahan barang dagangan oleh kera ekor panjang.
”Sudah saya imbau untuk dikunci agar kera tidak mengambil barang dagangan. Sampai saat ini, belum ada laporan perusakan oleh kera, tapi akan terus kami evaluasi,” ujarnya. (dwi/JPR/c11/ang)