PATI – Gempa berkekuatan 4,3 skala richter (SR) terjadi di Semenanjung Muria kemarin (3/5/2018) sekitar pukul 05.47. Diketahui gempa berada di titik 6,42 lintang selatan, 111.07 bujur timur. Tepatnya di laut pada jarak 36,6 km arah utara Kota Pati pada kedalaman 12 km.
Gempa itu terasa di wilayah utara Pati dan Jepara. Di Bumi Mina Tani, di antaranya terasa di Kecamatan Dukuhseti. Bahkan para pedagang di Pasar Alasdowo, Dukuhseti, berhamburan keluar pasar karena khawatir.
Dari pantauan kemarin pagi, warga di sekitar Kecamatan Dukuhseti merasakan adanya gempa. Baik warga yang masih di rumah dan yang sudah beraktivitas. Salah satunya para pedagang di Pasar Alasdowo, Dukuhseti. Mereka merasakan gempa cukup kencang. Karena ketakutan, sebagian besar pedagang berhamburan lari keluar pasar. Bahkan, ada beberapa sepeda motor yang ambruk di tempat parkir pasar.
”Saat gempa itu kedengaran grek, grek, grek selama tiga kali, kemudian getarannya lebih sering. Kami takut dan berlarian keluar pasar. Tak peduli dagangan di dalam pasar yang penting lari menyelamatkan diri karena khawatir terjadi apa-apa di dalam pasar,” tutur Supatman, 55, salah satu pedagang Pasar Alasdowo kemarin.
Menurutnya, gempa itu terjadi sekitar 1 menit. Meski demikian membuat warga khawatir. Beruntung gempa itu tak mengakibatkan kerusakan. Hanya, warga khawatir jika terjadi gempa susulan yang mengakibatkan tsunami.
Warga lain, Sukarjo, warga Desa Tegalombo, Dukuhseti, juga merasakan hal yang sama. Pria 71 ini merasakan gempa saat membuat kopi di belakang rumahnya. Berbeda dengan Supatman, ia tak keluar rumah karena getarannya tak lama.
”Di dalam rumah saya sedang bersama cucu. Cucu saya juga merasakan. Kami tak keluar rumah. Kalau sampai 5-10 menit (lama gempa) mungkin saya ketakutan. Tapi warga lain khawatir dan berteriak ono lindu, ono lindu, ono lindu,” ungkapnya.
Kepala BPBD Pati Sanusi Siswoyo mengatakan, dampak dari gempa berkekuatan 4,3 SR itu tak mengakibatkan kerusakan rumah warga atau fasilitas umum. Juga tak menimbulkan korban jiwa. Adapun pusat gempa di Sumur Towo, Desa Kembang, Dukuhseti. ”Kami imbau kepada warga agar tak khawatir. Gempa di ini kami nyatakan aman dan tak ada korban dan dampak lain. Informasi dari BMKG juga tak menyebut ada gempa susulan,” jelasnya.
Gempa juga terasa di Jepara. Warga RT 11/RW 3, Dukuh Undaan, Desa Tunahan, Keling, Fiki Akmalul Romadhon mengaku sempat khawatir karena tinggal di dataran tinggi. Dikhawatirkan ada gempa susulan yang mengakibatkan hal tak diinginkan. ”Pada saat gempa saya sedang nimang anak. Tiba-tiba terasa ada getaran. Sampai jendela kamar bergetas. Tapi hanya berlangsung sekitar tiga detik,” tuturnya.
Hal yang sama juga dialami Cikal Bagas, warga Desa Bulungan, Pakisaji. Saat itu ia sudah bangun, namun masih berbaring di tempat tidur. Dia merasa ada getaran sekitar dua detik. ”Saya coba tanyakan kepada ibu saya di dapur. Ternyata juga merasakan. Ibu saya sedang menggoreng lauk untuk sarapan. Wajannya sempat miring, tapi tak sampai jatuh atau tumpah,” tuturnya.
Kepala BPBD Jepara Arwin Nor Isdiyanto menuturkan, dampak getaran gempa dirasakan warga yang tinggal di Jepara bagian utara. Mulai dari Kecamatan Jepara, Mlonggo, Bangsri, Kembang, Keling, sampai Donorojo. ”Dampak gempa ini tak siginifikan. Sampai saat ini (kemarin, Red), kami koordinasi dengan camat yang terdampak. Belum ada laporan kerusakan,” terangnya.
Sebagaimana pernyataan resmi dari Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Daryono mengungkapkan, gempa ini merupakan gempa dangkal akibat sesar lokal. Jika ditinjau lokasi episenter gempa berada di sekitar zona Sesar Muria. Meksi demikian, untuk memastikan sumber gempa perlu kajian lebih lanjut. Gempa Muria ini sangat menarik perhatian, karena di zona ini memang akhir-akhir ini cukup aktif secara seismik. Tercatat, di zona ini sudah beberapa kali terjadi gempa. Yakni pada 1890, 23 Oktober 2015, dan 18 Juli 2016,” imbuhnya. (put/war/lin)
Gempa itu terasa di wilayah utara Pati dan Jepara. Di Bumi Mina Tani, di antaranya terasa di Kecamatan Dukuhseti. Bahkan para pedagang di Pasar Alasdowo, Dukuhseti, berhamburan keluar pasar karena khawatir.
Dari pantauan kemarin pagi, warga di sekitar Kecamatan Dukuhseti merasakan adanya gempa. Baik warga yang masih di rumah dan yang sudah beraktivitas. Salah satunya para pedagang di Pasar Alasdowo, Dukuhseti. Mereka merasakan gempa cukup kencang. Karena ketakutan, sebagian besar pedagang berhamburan lari keluar pasar. Bahkan, ada beberapa sepeda motor yang ambruk di tempat parkir pasar.
”Saat gempa itu kedengaran grek, grek, grek selama tiga kali, kemudian getarannya lebih sering. Kami takut dan berlarian keluar pasar. Tak peduli dagangan di dalam pasar yang penting lari menyelamatkan diri karena khawatir terjadi apa-apa di dalam pasar,” tutur Supatman, 55, salah satu pedagang Pasar Alasdowo kemarin.
Menurutnya, gempa itu terjadi sekitar 1 menit. Meski demikian membuat warga khawatir. Beruntung gempa itu tak mengakibatkan kerusakan. Hanya, warga khawatir jika terjadi gempa susulan yang mengakibatkan tsunami.
Warga lain, Sukarjo, warga Desa Tegalombo, Dukuhseti, juga merasakan hal yang sama. Pria 71 ini merasakan gempa saat membuat kopi di belakang rumahnya. Berbeda dengan Supatman, ia tak keluar rumah karena getarannya tak lama.
”Di dalam rumah saya sedang bersama cucu. Cucu saya juga merasakan. Kami tak keluar rumah. Kalau sampai 5-10 menit (lama gempa) mungkin saya ketakutan. Tapi warga lain khawatir dan berteriak ono lindu, ono lindu, ono lindu,” ungkapnya.
Kepala BPBD Pati Sanusi Siswoyo mengatakan, dampak dari gempa berkekuatan 4,3 SR itu tak mengakibatkan kerusakan rumah warga atau fasilitas umum. Juga tak menimbulkan korban jiwa. Adapun pusat gempa di Sumur Towo, Desa Kembang, Dukuhseti. ”Kami imbau kepada warga agar tak khawatir. Gempa di ini kami nyatakan aman dan tak ada korban dan dampak lain. Informasi dari BMKG juga tak menyebut ada gempa susulan,” jelasnya.
Gempa juga terasa di Jepara. Warga RT 11/RW 3, Dukuh Undaan, Desa Tunahan, Keling, Fiki Akmalul Romadhon mengaku sempat khawatir karena tinggal di dataran tinggi. Dikhawatirkan ada gempa susulan yang mengakibatkan hal tak diinginkan. ”Pada saat gempa saya sedang nimang anak. Tiba-tiba terasa ada getaran. Sampai jendela kamar bergetas. Tapi hanya berlangsung sekitar tiga detik,” tuturnya.
Hal yang sama juga dialami Cikal Bagas, warga Desa Bulungan, Pakisaji. Saat itu ia sudah bangun, namun masih berbaring di tempat tidur. Dia merasa ada getaran sekitar dua detik. ”Saya coba tanyakan kepada ibu saya di dapur. Ternyata juga merasakan. Ibu saya sedang menggoreng lauk untuk sarapan. Wajannya sempat miring, tapi tak sampai jatuh atau tumpah,” tuturnya.
Kepala BPBD Jepara Arwin Nor Isdiyanto menuturkan, dampak getaran gempa dirasakan warga yang tinggal di Jepara bagian utara. Mulai dari Kecamatan Jepara, Mlonggo, Bangsri, Kembang, Keling, sampai Donorojo. ”Dampak gempa ini tak siginifikan. Sampai saat ini (kemarin, Red), kami koordinasi dengan camat yang terdampak. Belum ada laporan kerusakan,” terangnya.
Sebagaimana pernyataan resmi dari Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Daryono mengungkapkan, gempa ini merupakan gempa dangkal akibat sesar lokal. Jika ditinjau lokasi episenter gempa berada di sekitar zona Sesar Muria. Meksi demikian, untuk memastikan sumber gempa perlu kajian lebih lanjut. Gempa Muria ini sangat menarik perhatian, karena di zona ini memang akhir-akhir ini cukup aktif secara seismik. Tercatat, di zona ini sudah beberapa kali terjadi gempa. Yakni pada 1890, 23 Oktober 2015, dan 18 Juli 2016,” imbuhnya. (put/war/lin)