fotoahmadsaefurrohman/ekspres |
Pengakuan itu disampaikan Mbah Dori saat Kebumen Ekspres berkunjung ke rumahnya, dan meminta wawancara khusus dengan pria warga Dukuh Krajan, Desa Roworejo Kecamatan Kebumen tersebut. Wawancara ini dilakukan pada akhir Desember 2017 lalu atau beberapa bulan sebelum Mbah Dori akhirnya merealisasikannya.
Saat itu, Mbah Dori tak ingin niatnya ke Mekah bersepeda untuk disebarluaskan ke publik. Bukan apa-apa. Dia tak ingin menjadi pusat perhatian publik. Dan lagi, tak semua orang bisa menerima pilihan tersebut.
Kalaupun ada yang kemudian temannya yang berangkat, Mbah Dori, karena dia sudah tak bisa mencegahnya. Apalagi, orang itu sahabatnya sendiri. Seperti diketahui, Mbah Dori berangkat bersama Nurudin, warga Desa Sidomoro Kecamatan Buluspesantren.
Yang paling menarik, tentu saja soal dipilihnya sepeda sebagai alat transportasi ke Mekah. Dori bukan golongan orang tidak mampu. Diapun tahu berangkat Haji ada prosedur khusus. Namun untuk perjalanannya kali ini, Mbah Dori memilih menggunakan sepeda.
Selain karena sudah terbiasa bersepeda, ada alasan lain yang lebih utama soal pilihannya tersebut. "Dengan bersepeda, saya bisa lebih banyak mendekatkan diri dengan Allah SWT. Kalau menggunakan sepeda motor mungkin 15 menit sampai di sebuah tempat. Namun dengan bersepeda, saya butuh waktu 1 jam. Artinya, saya bisa lebih banyak membaca Dzikir dan mengingat Allah SWT. Saya ingin hati saya tak pernah tidur mengingat Allah dan terhubung denganNya," ujarnya dalam bahasa jawa.
Di kesempatan yang sama, Mbah Dori juga mengakui kepergiannya ke Mekah menggunakan paspor wisata. Namun, itu tak menghalangi niatnya untuk beribadah di Rumah Allah SWT, Ka'bah di Mekah. Menariknya, Mbah Dori juga belajar bahasa inggris dan arab sebelum pergi ke Arab Saudi. Seperti disampaikan anak kandungnya dalam kesempatan terpisah, Mbah Dori belajar bahasa Arab di Kampung Arab Kecamatan Petanahan dan Kampung Inggris Kebumen di Kecamatan Ayah.
Ya, perjalanan ke Mekah dengan sepeda sepertinya menjadi perjalanan spiritual bagi Mbah Dori. Upayanya untuk mendekatkan diri dengan Pencipta. Sehingga dalam menjalaninya, Mbah Dori pasrah dan percaya sepenuhnya kepada Maha Pencipta yang akan memberinya jalan terbaik. Bahkan, Mbah Dori tak ingin ada orang lain yang meniru pilihannya bersepeda ke Mekah. "Estu ampun onten sing neru kados kulo. Kulo mawon sing kados ngeten," ujar suami Muniroh itu. (saefur/cah)