fotoahmadsaefurrohman/ekspres |
Hal itu diungkapkan para penggiat sepak bola di Kebumen yang ditemui pada kegiatan kejuaraan antar Sekolah Sepak Bola (SSB) Kelompok Umur (KU) 11 yang berlangsung di Lapangan Karangpoh, Pejagoan, akhir pekan kemarin (29/4/2018). Sebanyak 8 SSB seKabupaten Kebumen berpartisipasi pada event yang diselenggarakan Forum Pengelola SSB dan Askab PSSI Kabupaten Kebumen tersebut.
Baca juga:
(8 Kesebelasan Bersaing di Kejuaraan Antar SSB Kebumen)
Ilham Fauzi, pengelola SSB Tlogowulung Alian dan Iwan Santoso, Biotas FC Mirit, mengatakan, minimnya kompetisi menjadi persoalan terbesar mereka. Mengalahkan persoalan "klasik" lainnya seperti keterbatasan sarana dan prasarana, hingga pendanaan yang sudah menjadi makanan sehari-hari. Senada juga diungkapkan, Sumeri, pengelola SSB Fajar Muda Petanahan yang nyaris tidak bermasalah dengan soal pendanaan.
"Minimnya kompetisi, membuat sebagian siswa kami beralih ke futsal yang tak bagus bagi teknik mereka di lapangan besar," ujar Ilham Fauzi.
"Hanya berlatih dan berlatih tanpa diikuti adanya kompetisi membuat siswa menjadi bosan. Latihan yang dilakukan juga menjadi tidak ada tujuan. SSB kami sempat vakum," imbuh Iwan Santoso.
Minimnya kompetisi bahkan sudah dirasakan dampaknya saat ini. Perkembangan sepak bola di Kebumen sudah tertinggal di semua tingkatan. Dari usia dini hingga senior. "Kebumen saat ini sudah tertinggal lima langkah dari kabupaten lain. Hanya Purworejo dan Banyumas yang kurang lebih situasinya sama dengan Kebumen. Purbalingga, Cilacap Jogjakarta sudah jauh lebih maju," ujar Ilham Fauzi.
Namun demikian, ada juga kabar baik di tengah situasi tak menguntungkan tersebut. Yakni, antusiasme siswa-siswa SSB berikut orang tuanya yang sangat mendukung kegiatan bermain bola. Praktis, kini tinggal bagaimana pihak terkait berkomitmen menggelar kompetisi berjenjang dari tingkat usia dini yang digelar rutin dan berkelanjutan.
Tak kalah penting, Iwan Santoso berharap PSSI Kebumen dapat benar-benar mengedepankan pembinaan. Seperti dalam seleksi pemain misalnya, PSSI diminta benar-benar mencari pemain yang berpotensi bukan karena faktor kedekatan. "Saya juga mengusulkan bila ikut kejuaraan di luar daerah tak harus dengan nama Persak. Kalau SSB memang mampu, mengapa tidak menggunakan nama SSB itu saja," ujar pria yang juga mantan Pemain Persita Tangerang itu.
Cahyo Mardianto, pengelola SSB Indonesia Muda mengamini, Kebumen tertinggal dari daerah lain di cabang sepak bola. Dia lantas mencontohkan Kebumen tak bisa ikut kejuaraan usia dini semacam Piala Danone. Padahal, potensi pemain ada, bahkan bisa dikatakan melimpah. Di tingkat senior, Persak Kebumen saat ini bahkan vakum dari kompetisi.
Oleh sebab itu, pengelola SSB bersepakat menggulirkan event resmi dengan meminta dukungan Askab PSSI Kabupaten Kebumen. Hingga kemudian, digelar Kejuaraan Antar SSB yang bertajuk Festival dan digelar kemarin. Sebelumnya, para pengelola SSB itu menggulirkan kompetisi mandiri atau mereka sebut "arisan".
"Kali ini kita gelar bersama Askab PSSI Kebumen. Harapannya akan menjadi agenda rutin. Kalau memungkinkan digelar 6 bulan sekali atau minimal sekali dalam setahun," ungkap Cahyo yang juga sempat menangani Kesebelasan Persak Kebumen tersebut.
Cahyo berharap, kompetisi antar SSB ini menjadi momentum menggairahkan persepakbolaan di Kebumen yang saat ini kembali vakum. Ke depan, akan digelar untuk kompetisi KU 13,KU 15 dan seterusnya. Terdekat, Kejuaraan antar SSB KU-13 yang rencananya digulirkan habis lebaran. "Dari SSB ini kita berharap akan terjaring pemain-pemain yang bisa tampil mewakili Kebumen bahkan Persak di masa mendatang," ujarnya.
Sambutan positif juga datang dari peserta maupun orang tua. Ahmad Sarwan (35), sangat mendukung kegemaran anaknya bermain bola yang dinilai sangat positif. Dia pun berharap, kompetisi terus digulirkan sebagai upaya pembinaan. "Sebagai orang tua, saya berharap anak saya menjadi pemain profesional atau menjadi bagian dari Timnas Indonesia," ujar warga Desa Tlogowulung, Kecamatan Alian tersebut.
Sekjen Askab PSSI Kebumen, Anjar Prasetya yang kemarin didaulat membuka turnamen menyambut baik upaya dari para pengelola SSB. Kegiatan semacam ini penting bagi pembinaan jangka panjang cabang sepak bola di Kebumen.
SSB di Kebumen sendiri mulai berkembang. Hanya tinggal menyempurnakannya seperti melengkapi dengan kurikulum sebagai penduan para pengelola SSB. Dalam hal ini, PSSI Kebumen pun memiliki komitmen sama dalam pengembangan prestasi sepak bola. Yakni adanya kompetisi rutin baik kelompok KU-11,KU13,KU 15,KU 17 hingga ke tingkat klub dan para pemain senior.
"Melalui kegiatan ini, kami berharap akan muncul bibit-bibit baru, pesepak bola berkarakter dan memiliki teknik dan skill mumpuni. Sehingga nantinya mereka akan mengharumkan nama Kebumen baik di tingkat daerah, nasional bahkan internasional," ujar Anjar Prasetya.
Di saat yang sama, Anjar mengakui, sepak bola di Kebumen masih tertinggal dengan daerah lain. Bahkan, Persak tak ikut dalam kompetisi resmi PSSI. Anjar juga tidak menutup mata bila ada pihak-pihak yang kurang puas dengan kepengurusan Askab PSSI. Seringkali, keterbatasan dana menjadi kendala upaya pembinaan. "Kami mengajak seluruh pihak, mari memajukan sepak bola bersama-sama. Berikan kritik yang membangun dan kita bangun bareng-bareng sepak bola di Kebumen," ajak Anjar.. (cah)