fotohamadsaefurrohman/ekspres |
Di mata warga, Dwi Cahyo Nugroho, dikenal jarang keluar rumah. "Dia pendiam dan lebih sering di rumah. Keluar paling kalau shalat berjamaah," kata Ketua RT 2 RW 4 , Lasimin (53) ditemui, Minggu (13/5/2018).
Lasimin mengatakan Dwi Cahyo Nugroho sudah tidak tinggal di Kebumen selama 5 tahun terakhir. Selepas menamatkan pendidikannya di SMKN 2 Kebumen atau STM, Dwi Cahyo merantau ke Jakarta.
"Di sini dia tinggal bersama Mbahnya. Dari SD sampai SMA di Kebumen. Saat itu dia rajin dan sering membantu Mbahnya. Juga rajin shalat berjamaah di musola dekat rumah. Setelah lulus STM Negeri Kebumen , dia ke Jakarta" katanya.
Setelah lulus SMK, Dwi Cahyo bekerja di Astra. Namun setelah kontraknya habis sekitar dua tahun lalu, Dwi Cahyo terlihat mulai berubah. "Setelah kontraknya habis, dia sempat pulang sekitar puasa tahun kemarin. Saat itu terlihat berubah," imbuhnya.
Perubahan mencolok terlihat dari cara berpakaian. Dwi Cahyo menggunakan pakaian bercelana tinggi atau cingkrang. "Meski begitu, kami tidak menyangka dia ditangkap densus karena dugaan teror," kata Lasiman
Dwi Cahyo Nugroho diamankan Densus 88 bersama tiga terduga teroris lain, di terminal Pasir Hayam, Kecamatan Cilaku, Kabupaten Cianjur Minggu (13/5/2018). Saat itu, empat terduga teroris tersebut tewas dalam sebuah mobil. Dari tempat kejadian perkara (TKP), aparat mengamankan mobil warna abu abu dengan nomor polisi F 1416 UZ. Keempat terduga teroris adalah BBN (21) asal Jakarta Pusat, DCN (23) asal Kebumen, AR (33) asal Pekalongan, dan S (28) asal Lampung Utara..(saefur/cah)