JAKARTA – Hujan lebat dan angin kencang di beberapa daerah diperkirakan masih akan terjadi hingga 30 Juni 2018. Meski demikian, musim kemarau sudah menimbulkan dampak kekeringan. Salah satu daerah yang terdampak adalah Provinsi DI Yogyakarta.
Sebagaimana yang dilaporkan oleh BMKG sejak 18 Juni lalu, hujan lebat, petir, dan angin kencang serta gelombang tinggi diakibatkan oleh sirkulasi siklonik yang terbentuk di sebelah barat sumatera. Siklonik ini membawa masa udara basah dari Samudera Hindia. Menyebabkan pembentukan awan hujan mudah terjadi di hampir seluruh indonesia barat dan tengah. Serta sebagian wilayah Papua.
Meski demikian, masyarakat perlu mewaspadai dampak kekeringan. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan bahwa Kabupaten Gunung Kidul di Yogjakarta didera kekeringan signifikan. Wilayah yang terdampak meliputi 11 kecamatan yakni Kecamatan Girisubo, Ngelipar, Paliyam, Panggang, Purwosari, Rongkop, Tanjungsari, Tepus, Ngawen, Ponjong, dan Gedangsari.
Kepala Humas BMKG Hary Tirto Djatmiko mengatakan bahwa meskipun tersebar luas, potensi cuaca ekstrem berupa hujan lebat tidak merata di seluruh indonesia. Ada beberapa wilayah yang mengalami hari tanpa hujan (HTH) ekstrim selama lebih dari 60 hari.
Wilayah-wilayah tersebut diantaranya Jawa Tengah bagian utara, Yogjakarta, Jawa Timur bagian timur, Bali dan Nusa Tenggara. “Jadi Yogjakarta masuk di wilayah dengan HTH ekstrim,” kata Hary kemarin (26/6/2018).
Hari tanpa hujan tersebut, kata Hary terjadi di wilayah dengan curah hujan dibawah 50 milimeter per sepuluh hari. Berdasarkan analisis dasarian ketiga BMKG bulan Juni 2018, wilayah lain dengan curah hujan serendah ini diantaranya adalah sebagian Riau, Majalengka, sekitar Cirebon Jawa Barat, Jawa Tengah bagian timur sampai Bali bagian barat, Nusa Tenggara, Papua barat bagian selatan. “Juga sebagian besar Papua kecuali sekitar Pegunungan Jayawijaya,” jelas Hary.
Kapusdatin dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, kekeringan di Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta mengganggu kehidupan setidaknya 32 ribu Kepala Keluarga (KK) atau 96.423 jiwa.
Sutopo mengatakan, masyarakat di lokasi sangat membutuhkan bantuan air bersih. Sutopo memperkirakan, kemarau akan berlangsung hingga Oktober mendatang ”Ini dapat menimbulkan berbagai masalah terkait penyediaan air bersih,” katanya.
Upaya yang dilakukan BPBD Kabupaten Gunung Kidul sejauh ini adalah mendistribusika air bersih sebanyak 5.000 liter. Dimuat dalam 3.360 truk tangki air bersih dengan distribusi 24 mobil tangki air per hari. Sudah ada 6 unit armada mobil tangki dengan kapasitas 5.000 liter lengkap dengan disel pompa air, pipa dan selang. “Pendistribusian air bersih sudah dimulai tanggal 4 juni sampai sekarang,” jelas Sutopo.(tau)
Sebagaimana yang dilaporkan oleh BMKG sejak 18 Juni lalu, hujan lebat, petir, dan angin kencang serta gelombang tinggi diakibatkan oleh sirkulasi siklonik yang terbentuk di sebelah barat sumatera. Siklonik ini membawa masa udara basah dari Samudera Hindia. Menyebabkan pembentukan awan hujan mudah terjadi di hampir seluruh indonesia barat dan tengah. Serta sebagian wilayah Papua.
Meski demikian, masyarakat perlu mewaspadai dampak kekeringan. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan bahwa Kabupaten Gunung Kidul di Yogjakarta didera kekeringan signifikan. Wilayah yang terdampak meliputi 11 kecamatan yakni Kecamatan Girisubo, Ngelipar, Paliyam, Panggang, Purwosari, Rongkop, Tanjungsari, Tepus, Ngawen, Ponjong, dan Gedangsari.
Kepala Humas BMKG Hary Tirto Djatmiko mengatakan bahwa meskipun tersebar luas, potensi cuaca ekstrem berupa hujan lebat tidak merata di seluruh indonesia. Ada beberapa wilayah yang mengalami hari tanpa hujan (HTH) ekstrim selama lebih dari 60 hari.
Wilayah-wilayah tersebut diantaranya Jawa Tengah bagian utara, Yogjakarta, Jawa Timur bagian timur, Bali dan Nusa Tenggara. “Jadi Yogjakarta masuk di wilayah dengan HTH ekstrim,” kata Hary kemarin (26/6/2018).
Hari tanpa hujan tersebut, kata Hary terjadi di wilayah dengan curah hujan dibawah 50 milimeter per sepuluh hari. Berdasarkan analisis dasarian ketiga BMKG bulan Juni 2018, wilayah lain dengan curah hujan serendah ini diantaranya adalah sebagian Riau, Majalengka, sekitar Cirebon Jawa Barat, Jawa Tengah bagian timur sampai Bali bagian barat, Nusa Tenggara, Papua barat bagian selatan. “Juga sebagian besar Papua kecuali sekitar Pegunungan Jayawijaya,” jelas Hary.
Kapusdatin dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, kekeringan di Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta mengganggu kehidupan setidaknya 32 ribu Kepala Keluarga (KK) atau 96.423 jiwa.
Sutopo mengatakan, masyarakat di lokasi sangat membutuhkan bantuan air bersih. Sutopo memperkirakan, kemarau akan berlangsung hingga Oktober mendatang ”Ini dapat menimbulkan berbagai masalah terkait penyediaan air bersih,” katanya.
Upaya yang dilakukan BPBD Kabupaten Gunung Kidul sejauh ini adalah mendistribusika air bersih sebanyak 5.000 liter. Dimuat dalam 3.360 truk tangki air bersih dengan distribusi 24 mobil tangki air per hari. Sudah ada 6 unit armada mobil tangki dengan kapasitas 5.000 liter lengkap dengan disel pompa air, pipa dan selang. “Pendistribusian air bersih sudah dimulai tanggal 4 juni sampai sekarang,” jelas Sutopo.(tau)